MADIUN | JATIMSATUNEWS.COM - Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun memiliki beragam budaya yang masih lestari, salah satunya adalah bersih desa. Bersih desa merupakan tradisi tahunan masyarakat Desa Sidomulyo yang dilaksanakan setiap bulan Suro.
Upacara bersih desa sebagai bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat. Pun memohon perlindungan agar desa terhindar dari hal-hal negatif. Maksud lain dari tradisi ini juga sebagai penghormatan kepada cikal bakal, sesepuh yang telah berjuang membangun desa.
Bersih desa kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Sebelum tahun 2024 sebagian warga membawa sesajen dalam tampah dan melaksanakan doa bersama di makam Kyai Ageng Reksogati. Sekarang sesaji diganti dengan gunungan yang diwakili setiap rukun warga, organisasi PKK.
Budaya kirab gunungan selain mengisi acara bersih desa, juga sebagai upaya pengembangan desa menjadi desa wisata. Desa wisata akan berdampak pada sosial, budaya serta ekonomi masyarakat.
Pengiraban gunungan hasil bumi akan dimulai dari kantor desa hingga pemakaman desa di mana pendiri desa dimakamkan, yakni Kyai Ageng Reksogati. Berdasarkan beberapa sumber, Kyai Ageng Reksogati merupakan tokoh ulama yang diutus Kesultanan Demak sebagai penyebar agama Islam yang menjabat sebagai wakil Sultan Demak di wilayah Purabaya. Pun sebagai pendiri Kabupaten Madiun.
Jelang puncak bersih desa, Ahad, 28 Juli, tepatnya 21 Muharam 1446 H atau 21 Suro 1958, warga antusias gotong royong. Setiap rukun warga diharuskan membuat gunungan. Semangat warga membuat gunungan dan mengikuti kirab patut mendapat apresiasi karena tidak mudah untuk memulai. Seperti yang terpantau Jatimsatunews, warga gotong royong mempersiapkan jauh-jauh hari. (SRD)
Penulis : Sri Rohmatiah Djalil
