.png)
LUMAJANG | JATIMSATUNEWS.COM: Sebuah cerita pahit-manis terjadi di Desa Kedawung, Kecamatan Padang, Kabupaten Lumajang, ketika Kepala Desa Bawon, yang berusia 37 tahun, merasakan pahitnya gula. Konflik terkait tanaman tebu, bahan utama gula, di Tanah Kas Desa (TKD) Kedawung hampir membawa kepala desa ini ke dalam jeruji besi.
Namun, kepala desa ini tidak tinggal diam. Dengan tekad kuat dan semangat untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, ia mendekati keluarga dan teman-temannya. Bantuan datang dari Kepala Desa Merak, Buadi (52 tahun), dan warga Desa Merak, Agos (39 tahun), yang juga terlibat dalam sewa menyewa tanah di TKD tersebut.
Proses penyelesaian masalah ini memakan waktu selama 35 hari, dimana Kades Bawon tidak bisa pulang, menunggu prosesnya selesai. Selama waktu itu, ia mengambil banyak hikmah, terutama mengenai kekurangannya sebagai pemimpin dan perlunya panduan dari para senior.
Kades Bawon berkomentar, "Saya sangat bersyukur atas pengalaman ini. Selama 35 hari, saya banyak belajar, terutama tentang kelemahan dalam kepemimpinan saya. Saya juga ingin menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada warga Desa Kedawung. Saya siap untuk menjadi pemimpin yang lebih baik, lebih berkomitmen dalam pelayanan, dan memperbaiki diri. Jika ada kekurangan dalam profesionalisme saya, saya meminta maaf. Kita membutuhkan panduan dan petunjuk sesama kepala desa. Semoga kedepannya lebih baik,"
Kejadian ini memotivasi Kades Bawon untuk terus berusaha dan memperbaiki diri. Keluarga dan warga sangat merasa lega dengan kepulangannya. Sebelum kepulangannya, ada isu-isu mengenai penjabat sementara dan penggantian antar waktu, tetapi Aba Sukri, seorang tokoh masyarakat dan petani yang berpengalaman, memberikan wejangan bijak.
"Biarkan dia merasakan hasil tanamannya. Kita harus menunggu keputusan yang sudah disepakati. Kita mempercayai orang yang telah kita percayai sejak awal. Kita hanya menunggu hasilnya,"
Dengan kepala desa kembali, kebahagiaan pun menyelimuti Desa Kedawung.
