Foto bersama ketika usai training dan proses pembuatan Biosaka |
SAMPANG I JATIMSATUNEWS.COM: Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Pangarengan, Kabupaten Sampang, mengadakan training penyuluh pertanian mengenai pembuatan Biosaka di kantor BPP Kecamatan Pangarengan, Rabu, (5/4/23).
Kegiatan ini diikuti oleh seluruh perwakilan pertanian pada masing-masing Desa, Penyuluh Pertanian Swadaya serta petugas teknis di BPP atau lebih dikenal petugas POPT Kecamatan Pangarengan Moh Husni. Disamping itu, kegiatan ini juga dihadiri oleh Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Pangarengan, Prayitno
Dalam sambutannya, Prayitno Koordinator Penyuluh Pertanian menyampaikan agar inovasi Biosaka ini dapat dikembangkan kepada masyarakat, karena Biosaka tersebut bisa membantu masyarakat petani dalam mengurangi pemakaian pupuk kimia dan dapat sebagai pengendali Hama dan Penyakit Tanaman.
"Selain itu, teknologi ini sangat sederahana, murah dan dapat dibuat sendiri oleh petani dalam upaya menekan biaya produksi dan meningkatkan produktivitas usahataninya," ujar Prayit.
Selanjutnya Materi dan Praktek Biosaka ini dipandu oleh Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Moh Husni menyampaikan bahwa Biosaka bukanlah pupuk maupun pestisida, namun Biosaka merupakan elevator atau penyemangat dan penyambung sinyal pada tanaman.
Biosaka dapat merangsang bagian-bagian tanaman agar lebih aktif dalam menyerap nutrisi atau unsur hara. Pemakaian Biosaka juga dapat mengurangi pemakaian pupuk sekitar 40% dan dapat mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Dalam paparannya, Husni menjelaskan bahwa dalam pembuatan Biosaka cukup menggunakan kearifan lokal berupa bahan-bahan dari tanaman yang berada di sekitar.
"Tanaman yang paling baik dijadikan bahan Biosaka adalah tanaman yang tumbuh subur dan bagus di lahan-lahan ekstrim dan kritis, namun jika tidak ada tanaman yang seperti itu maka bisa digunakan tanaman yang ada," ujarnya.
Persyaratan tanaman yang dapat diolah menjadi Biosaka adalah tanaman yang bebas dari serangan Hama dan Penyakit serta bebas dari kimia. Jenis tanaman yang digunakan dalam pembuatan Biosaka minimal 5 jenis dengan kelipatan ganjil.
Setelah pemaparan materi dan diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan mengumpulkan bahan-bahan tanaman di sekitar BPP untuk diolah menjadi Biosaka. Pada praktek pembuatan Biosaka, alat-alat yang dibutuhkan adalah ember, botol aqua, dan saringan, corong. Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah 1 genggam daun-daun, bunga maupun bagian tanaman dan 2,5 liter Air (lebih baik air sumur atau air hujan).
Cara pembuatan Biosaka, pertama-tama pisahan atau pilih tanaman yang bebas serangan Hama Penyakit dan kimia dan dicuci/dibersihkan, masukkan ke dalam baskom dan tambahkan 2,5 Liter Air. Selanjutnya diremas (tanpa menggunakan tenaga), sambil meremas aduk air berlawanan arah jarum jam. Peremasan dan pengadukan dilakukan sekitar 15 menit dimana hasilnya air dan cairan tanaman sudah homogen.
“Ketika membuat Biosaka dibutuhkan keikhlasan, kesabaran untuk keberhasilan pembuatannya. Biosaka dapat diaplikasikan pada semua jenis tanaman. Biosaka dapat langsung dipakai dan dapat disimpan kurang lebih 2 bulan,” jelasnya.
Pengaplikasian Biosaka pada tanaman Muda seperti sayuran dengan takaran 100 cc untuk 1 tangki handspryer untuk 1 ha lahan. Pemakaian bisa disemprotkan ke daun maupun ke tanah.
“Yang penting dalam pengaplikasian adalah pengembunan. Waktu yang dianjurkan untuk penyemprotan atau pemakaian adalah sore atau pagi hari ketika matahari tidak ada,” kata Husni
Peserta sangat antusias dalam mengikuti praktek pembuatannya dan sangat tertarik untuk mencoba teknologi mudah dan murah ini. (Fach)