Acara yang yang mengundang antusiasme masyarakat ini di ikuti seluruh masyarakat Desa Wonorejo Blandit.
Rangkaian acara dimulai sejak pagi hari, mulai pukul 07.00 yaitu dengan dilaksanakanya haul akbar buyut Burhanudin dan sesepuh desa Wonorejo, yakni pembacaan ayat suci Al-Qur’an secara berjamaah di seluruh masjid dan musholah desa wonorejo oleh masyarakat setempat, serta melangsungkan kirim doa, nama-nama tokoh “bedah krawang” leluhur, pendiri dusun atau desa, tokoh dan ulama agama penyebar Islam, hingga nama arwah dari semua warga desa wonorejo dengan niatan agar senantiasa di ampuni dosa serta kesalahan semasa hidupnya.
Dilanjutkan pada pukul 13.00 yaitu acara kirap gunungan atau sedekah bumi, masyarakat Wonorejo menyebutnya dengan acara jabutan atau barikan.
Acara Jabutan atau Barikan sendiri telah dilaksanakan masyarakat desa Wonorejo sejak lama, Slamet wahyudi masyarakat desa Wonorejo menyampaikan bahwa acara Jabutan sudah di laksanakan mulai dari jaman leluhurnya dulu. Harapanya acara tersebut terus dilaksanakan suaya kegiatan tersebut tidak hilang karena acara tersebut merupakan salah satu kearifan lokal yang ada di Desa Wonorejo.
Acara Jabutan atau Kirab Gunungan diarak mulai dari lapangan desa Wonorejo dan finish di depan rumah kepala desa Wonorejo.
Setelah sampai di depan rumah kepala desa wonorejo gunungan tersebut dibacakan doa jawa tau ujub oleh bapak dolah salah satu sesepuh desa wonorejo sebelum gunungan tersebut di jabut atau diperebutkan masyarakat.
Rangkaian acara di tutup dengan pengajian umum yang bertempat di makam buyut bor atau buyut burhanudin. yang dalam acara tersebut diisi dengan mauidoh hasanah oleh KRT.
KH Musyrifin PRB selaku pendiri Bengkel Ahklak Padepokan Bumiaji Panatagama memaparkan tentang keistimewaan bulan suro serta mengungkapkan siapakah Buyut Bor tersebut. Kyai memaparkan bahwa Buyut Burhanudin merupakan salah satu waliyullah yang berada di Malang.
Diriwayatkan Buyut Burhanudin adalah salah satu putra dari Prabu Brawijaya V, putra ke 35 yang bernamakan Jaka Balut atau Raden Kdangsoka. Beliau mendirikan suatu padepokan atau pesantren di daerah walandit atau wonorejo sekarang, beliau wafat pada 3 bulan suro tahun 1549 M.
