PASURUAN|JATIMSATUNEWS.COM – Desa Kalipucang, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, dikenal sebagai salah satu desa unggulan dalam peternakan sapi. Hal tersebut karena Desa Kalipucang memiliki pemandangan alam yang asri dan sumber daya alam yang melimpah, sehingga desa ini menjadi lokasi strategis bagi para peternak sapi untuk mengembangkan usaha mereka, serta letak Desa Kalipucang yang dekat dengan PT Indolakto membuat susu sapi yang dihasilkan dapat didistribusikan ke PT Indolakto.
Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Kalipucang telah mengalami perkembangan pesat dalam sektor peternakan. Pemerintah setempat bersama dengan Dinas Pertanian telah melaksanakan berbagai program pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kualitas peternakan. Program ini mencakup pengenalan teknik pemeliharaan yang lebih baik, pengelolaan pakan yang efisien, dan perawatan kesehatan hewan.
Menurut salah satu warga, Pak Iswanto, menjelaskan bahwa saat ini persentase warga yang memilih menjadi peternak sapi semakin meningkat. “Saat ini banyak lahan warga yang dijadikan tempat menanam rumput daripada tanaman lain seperti kopi dan buah jeruk, banyak warga yang memilih menjadi peternak sapi perah karena perputaran uangnya lebih cepat daripada bertani kopi atau buah jeruk” ungkapnya. Setiap harinya satu sapi mampu menghasilkan sekitar 15 liter susu sapi. Selain susu, peternak juga memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk organik yang diaplikasikan pada ladangnya masing-masing. Penggunaannya biasa kotoran sapi langsung disebar di ladang, namun juga ada yang diolah terlebih dahulu menjadi biogas, baru setelahnya digunakan sebagai pupuk organik. Selain digunakan sebagai pupuk organik, biogas yang telah dibuat juga dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Melihat melimpahnya produksi susu di Desa Kalipucang, terdapat beberapa pelaku UMKM yang menjadikan susu sebagai produk olahan, seperti es krim susu sapi, permen susu sapi, dan stik susu sapi. Tentunya dengan adanya usaha tersebut mampu mendoronng perekonomian masyarakat Desa Kalipucang. Produk olahan tersebut seringkali hanya dijual secara langsung ditoko kelontong serta di sentra oleh-oleh Kecamatan Tutur. Sayangnya, produk olahan tersebut belum dijual secara online karena berbagai kendala, seperti pelaku UMKM yang kurang mendapatkan edukasi mengenai pemasaran secara digital.
