Pertama dahulu membawa dispenser sebagai buah tangan ketika menjumpai dan berkenalan dengan pengurus bank Sampah. Takjub dengan antusias pantang panas Ibu-ibu, dia janjikan sesuatu untuk pengurus, Kaos.
Kali ini, kedua kali dia datang kaos itu sudah jadi. Penyerahannya dipenuhi euforia. Perempuan-perempuan cantik sumringah menerima kaos dengan logo MZ dan bank sampah warna merah darah itu. Berfoto, gembira bersama.
Hal lain, progress mengagumkan ditorehkan bank sampah ini. Bukan hanya sukses mengelola sehingga hampir 90 persen penghuni harmoni menjadi nasabah, akan tetapi persoalan utama dari keberadaan TPST di tempat tersebut terpecahkan sempurna.
Sampah organik dan anorganik tak lagi menumpuk menimbulkan bau, biaya pembuangan ke TPA yang mencapai 5 juta perbulan kini nampak tercukupi, bahkan ada selisih lebih.
Semua itu karena ide membudidayakan magot di TPST. sampah kering bisa dijual, sampah basah jadi tempat budidaya Magot.
Satu lagi janji akan diberikan Muhammad Zaini. Studi banding bila nasabah mencapai 90 persen.
"Ayo, saya ajak pengurus study banding ke Malang, bank sampah besar yang sudah berhasil mengelola sampah," papar M Zaini yang saat itu datang mengenakan kaos putih bertulis Indonesia.
Antusias mewarnai wajah Ibu-ibu pengurus. Dialog sharing, kesepakatan diperoleh, pengurus yang dimotori bu Darso, istri ketua RW, akan diwujudkan sesudah hari raya.
Ans
