Banner Iklan

Tradisi Selamatan Ketupat, Lontong dan Lepet serta Sayur Opor di Masjid Nurul Jadid Dusun Suruh Kedungbako, Rejoso, Pasuruan

Admin JSN
07 April 2025 | 11.45 WIB Last Updated 2025-04-07T04:45:31Z

 

Tradisi selamatan ketupat, umat Muslim diajak untuk terus memperbaiki diri, rajin dan giat beribadah, menjalankan perintah Allah SWT, serta menjauhi segala larangan-Nya tanpa rasa sombong

PASURUAN|JATIMSATUNEWS.COM - Senin (07/04/2024), bertepatan dengan tanggal 8 Syawal, dilaksanakan doa bersama dalam rangka menyempurnakan ibadah sunnah puasa enam hari di bulan Syawal.

Kegiatan diawali dengan pembacaan Sholawat Barzanji, Sholawat Maulid Diba’, serta pembacaan Surat Yasin dan Tahlil yang ditujukan untuk mendoakan orang tua, nenek moyang, dan leluhur yang telah meninggal dunia.

Doa bersama ini dipimpin oleh Ustadz H. Ahmad Mawardi, S.Ag., dan Ustadz Imron, serta diikuti oleh puluhan jamaah Masjid Nurul Jadid, Dusun Suruh, Desa Kedungbako.

Tradisi ini berjalan mulai tahun 1970-an yang awalnya saling unjung-unjung memberi ke saudara, tetangga dan kerabat yang pada paginya dilanjutkan dengan kegembiraan mereka pergi ke tempat wisata Pemandian Banyu Biru, Umbulan dan sekarang juga ke pantai Lekok untuk melihat tradisi scilot dan perahu hias bahkan naik perahu layar.

Dalam tradisi masyarakat Jawa, membuat ketupat dari daun janur (daun kelapa muda) memiliki makna filosofis yang mendalam. Kata "kupat" dalam bahasa Jawa diartikan sebagai "aku patuh", yaitu simbol pengakuan atas kepatuhan dalam menjalankan perintah Allah SWT serta meninggalkan segala larangan-Nya.

Sementara itu, "lepet" melambangkan "aku lepat", yakni pengakuan atas segala kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan. Lepet diikat dengan tiga tali, yang masing-masing melambangkan penyempurnaan tiga pilar utama dalam ajaran Islam: keislaman, keimanan, dan keikhsanan kepada Allah SWT.

Adapun lontong, juga menyimpan makna mendalam. Makanan ini mengingatkan kita pada kematian. Lontong dibungkus kain (daun pisang) dan diikat di kedua ujungnya, mirip seperti jenazah yang dibungkus kain kafan dan diikat sebelum dimakamkan. Saat akan dimakan, lontong harus dilepas pengikat dan sujennya (tusukannya). Demikian pula, ketika jenazah dimasukkan ke liang lahat, ikatan kafan harus dilepas. Hal ini menjadi pengingat bahwa segala yang terikat di dunia akan ditinggalkan saat kita kembali kepada-Nya.

Dari ketiga simbol ini, umat Muslim diajak untuk terus memperbaiki diri, rajin dan giat beribadah, menjalankan perintah Allah SWT, serta menjauhi segala larangan-Nya tanpa rasa sombong. Semua itu dilakukan sebagai wujud keikhlasan demi meraih ridho dan pertolongan dari Allah SWT dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW.

(SA)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Tradisi Selamatan Ketupat, Lontong dan Lepet serta Sayur Opor di Masjid Nurul Jadid Dusun Suruh Kedungbako, Rejoso, Pasuruan

Trending Now