Ratusan umat Katolik dari berbagai penjuru Kota Malang berkumpul dalam Misa Kudus Requiem sebagai penghormatan terakhir bagi Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April 2025.
Paus yang dikenal luas karena kesederhanaannya, kasihnya terhadap kaum marginal, serta perhatian mendalam terhadap lingkungan ini dikenang dalam suasana penuh doa dan refleksi.
Misa Arwah ini tak hanya menjadi bentuk duka, namun juga perwujudan persatuan spiritual umat Katolik Indonesia dengan umat di seluruh dunia yang tengah kehilangan figur gembala besar mereka.
Misa dipimpin langsung oleh Uskup Keuskupan Malang, Mgr. Henricus Pidyarto Gunawan, O.Carm., bersama 15 imam dari berbagai paroki.
Dalam khotbahnya, Uskup Hendricus mengajak umat untuk bersatu dalam doa dan mengenang warisan iman yang telah ditinggalkan oleh Paus Fransiskus.
> “Mari kita berdoa agar jiwa Paus Fransiskus diterima dalam kemuliaan abadi di surga. Dalam kepergiannya, kita tidak hanya berduka, tetapi juga dipanggil untuk melanjutkan semangat pelayanan dan keberanian moral yang telah ia wariskan,” ujarnya.
Tangis haru terdengar dari bangku umat saat Uskup menyampaikan bahwa tak hanya umat Katolik yang berduka, namun juga banyak orang non-Katolik yang turut merasa kehilangan seorang pemimpin yang tulus dan mencintai semua.
Di altar, sebuah potret Paus Fransiskus diletakkan, dihiasi bunga mawar putih dan merah serta dua lilin besar—simbol duka dan pengharapan akan kehidupan kekal.
Misa diselingi nyanyian liturgi dan doa-doa yang menyentuh, menambah nuansa reflektif di dalam gereja megah yang menjadi pusat kegiatan keuskupan Malang itu.
Ny. Rudi, salah satu umat yang hadir bersama putrinya, Jeniffer, mengungkapkan bahwa ajaran Paus Fransiskus yang paling membekas baginya adalah tentang kepedulian terhadap sesama dan pentingnya menjaga perdamaian.
> “Paus mengajarkan kita untuk mencintai perdamaian, untuk peduli pada yang kecil dan terlupakan. Itulah yang akan terus kami kenang,” ucap Ny. Rudi dengan mata berkaca-kaca.
Jeniffer menambahkan, keikutsertaannya dalam Misa Arwah ini adalah bentuk penghormatan terakhir kepada Paus yang selama dua belas tahun menjadi panutan dalam hidup beriman.
> “Saya merasa perlu hadir. Ini bentuk syukur atas kepemimpinan Bapa Paus yang telah membimbing Gereja Katolik selama ini,” ujar warga Janti Barat Sukun ini.
Sementara itu, Petrus, umat dari daerah Klaseman, menempuh perjalanan khusus untuk mengikuti misa tersebut. “Saya ingin mempersembahkan cinta terakhir saya untuk Bapa Suci. Apa pun akan saya usahakan demi itu,” ucapnya.
Penanggung jawab gereja, Heri, menyebut Misa Requiem ini merupakan bagian dari perayaan serentak yang digelar oleh Keuskupan Malang bersama paroki-paroki di seluruh Indonesia. “Kami melaksanakan misa ini serempak. Di Vatikan mungkin hanya berbeda waktu.
Harapan kami, semangat perdamaian dan kepedulian kepada kaum miskin yang ditanamkan Paus Fransiskus bisa dilanjutkan oleh penerusnya,” ungkap Heri.
Setelah Misa, umat menyalakan lilin dan berjalan dalam keheningan menuju altar, melantunkan doa bagi arwah Paus Fransiskus yang telah menutup bab penting dalam sejarah Gereja Katolik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Apa yang Anda pikirkan?