Banner Iklan

Mengintip "Tradisi Praonan" Simbol Syukur Dan Harapan Nelayan

07 April 2025 | 21.32 WIB Last Updated 2025-04-07T14:34:57Z

Tradisi Praonan bukan sekedar naik perahu,tapi simbol silahturahmi,Rejeki,dan kearifan lokal yang terus hidup ditengah laut kota Pasuruan


PASURUAN | JATIMSATUNEWS.COM

Wakapolres Pasuruan Kota, Kompol Yokbeth Wally, S.I.K., memimpin apel pagi gabungan dalam rangka pengamanan kegiatan masyarakat pada tradisi tahunan Praonan, yang digelar di pesisir Kota Pasuruan. Apel dilaksanakan di Area Kantor Satpolairud Polres Pasuruan Kota (Pelabuhan Kota Pasuruan) pada Senin pagi (07/04/2025).

Dalam arahannya, Kompol Yokbeth menekankan pentingnya penggunaan safety serta Alat Pelindung Diri (APD) bagi seluruh personel yang terlibat dalam patroli pengamanan. Ia juga mengingatkan agar seluruh pihak mengutamakan keselamatan dalam pelaksanaan kegiatan tradisional yang melibatkan ribuan masyarakat ini.

Apel gabungan ini diikuti oleh berbagai unsur lintas sektoral, di antaranya:

KSOP Kelas IV Probolinggo Wilayah Kerja Pasuruan: 2 personel

Pos TNI AL Kamaladu Kota Pasuruan: 3 personel, hadir dengan perahu karet

UPT PPP Mayangan Probolinggo: 5 personel, menyiapkan kapal stand-by

BPBD Kota Pasuruan: 10 personel, membawa 1 unit mobil damkar dan 1 unit mobil rescue

Dinas Kominfo Kota Pasuruan: 5 personel dengan perlengkapan public address

HNSI Kota Pasuruan: 10 personel

Pokdarwis Pantura: 10 personel

Stakeholder lainnya: SAR Kota (3), Saka Pramuka (5), Humas Polres (1), Polri (2), Satpolairud (3) Orang dalam 1 Perahu.

Sebelum pemberangkatan patroli, pengarahan tambahan juga disampaikan oleh Miftaful dari Polresta Kopas. Ia menyebut bahwa tradisi Praonan tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga membawa berkah rejeki tambahan bagi para nelayan. Ia kembali menekankan pentingnya keselamatan bagi seluruh personel dan warga.

Personel dari BPBD, Damkar, Pusdalops, SRPB, SAR Kopas, dan Saka Pramuka kemudian menjalani briefing teknis oleh Kepala Pelaksana BPBD Kota Pasuruan, Ary Wikiono, S.H.. Beliau mengingatkan agar setiap personel memperhatikan keselamatan diri dan masyarakat selama kegiatan berlangsung.

Menjelang siang, ribuan warga dari berbagai daerah mulai memadati kawasan pesisir untuk bersilaturahmi dengan keluarga sekaligus menikmati sensasi berkeliling laut menggunakan perahu nelayan setempat. Harga sewa perahu cukup terjangkau, berkisar Rp10.000 – Rp15.000.

Salah satu warga muda asal Sapulante, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan, mengungkapkan kegembiraannya, “Alhamdulillah, Praonan tahun ini sangat ramai. Banyak masyarakat luar daerah datang dan ikut menyewa perahu, ini menambah semarak tradisi kita.”

Menjelang waktu Dzuhur, suasana laut semakin hidup.Tim SAR Kopas yang satu kapal dengan Satpolairud turut berdiskusi mengenai budaya Praonan. Hilmi (43), warga asli Lekok, menuturkan bahwa tahun ini tradisi lebih meriah karena cuaca mendukung angin tenang dan air laut cukup pasang, memungkinkan masyarakat menikmati perjalanan laut hingga perbatasan wilayah seperti Kraton, Rejoso, hingga Pantai Lekok.

Sebagai catatan budaya, kata "Praonan" berasal dari kata "Praon" dalam bahasa Jawa, yang berarti perahu, namun dalam konteks ini merujuk pada aktivitas melaut para nelayan secara beramai-ramai sebagai bentuk syukur dan silaturahmi masyarakat pesisir.(DM)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Mengintip "Tradisi Praonan" Simbol Syukur Dan Harapan Nelayan

Trending Now