Kota Malang harus mampu menjadikan semua kampus sebagai pusat pengembangan SDM masyarakat asli Malang yang unggul
Oleh: M. Fauzan Zenrif
ARTIKEL|JATIMSATUNEWS.COM - Bagaimana dengan peran konkrit perguruan tinggi di Kota Malang yang sangat krusial dalam mewujudkan visi “Malang sebagai Singapore van Java,” karena perguruan tinggi merupakan pusat penghasil inovasi, sumber daya manusia unggul, dan agen perubahan Masyarakat?
Kota Malang harus mampu menjadikan semua kampus sebagai pusat pengembangan SDM masyarakat asli Malang yang unggul. Pendidikan berkualitas tinggi yang dihasilkan oleh kampus-kampus besar seperti Universitas Brawijaya (UB), Universitas Negeri Malang (UM), UIN Maliki Malang, Universitas Islam Malang (Unisma), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Polinema, dan tentu puluhan kampus lainnya, menjadi fondasi untuk menyiapkan SDM kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap teknologi, baik melalui program beasiswa untuk kebutuhan jangka panjang maupun pelatihan untuk kepentingan jangka pendek, sebagaimana saya sampai pada bagian sebelumnya. Lebih dari itu, Kota Malang juga harus mampu mendorong implementasi riil kurikulum semua prodi di semua perguruan tinggi berbasis industri dan teknologi masa depan (AI, green tech, digital skill) agar bisa mempercepat pergerakan transformasi. Sebagaimana Kota Malang juga harus memastikan semua industri bisa berkolaborasi dengan perguruan tinggi.
Untuk kepentingan pengembangan dan inovasi, Kota Malang harus mampu menjadikan kampus di Malang sebagai lokomotif Inovasi dan penelitian. Artinya, eksistensi kampus di Malang sebagai potensi harus menjadi sentra riset dan inkubator startup untuk pengembangan ekonomi kreatif dan digital, seperti yang dilakukan Singapore melalui kampus NTU atau NUS. Dana APBD Kota Malang dengan berkolaborasi dengan kampus juga digunakan untuk mendorong lahirnya teknopreneur dan solusi urban melalui penelitian kolaboratif yang aplikatif, misalnya untuk transportasi pintar, energi hijau, pendidikan inklusif, dan ekonomi lokal berbasis teknologi. Untuk kepentingan itu, Kota Malang perlu memiliki motor kolaborasi Triple Helix (Kampus–Industri–Pemerintah) agar menjadi jembatan antara dunia akademik dan sektor industri serta pemerintah kota dalam perumusan kebijakan bersama dengan berbasis data dan evidence. Kolaborasi ini misalnya dimanfaatkan untuk mendorong pengembangan kawasan industri kreatif, digitalisasi UMKM, dan kebijakan pembangunan kota berkelanjutan.
Pada sisi lain, kampus sebagai institusi yang menjadi agen Transformasi Sosial dan Lingkungan, harus menjadikan pusat kegiatan pengabdian masyarakat berbasis solusi teknologi (smart village, urban farming, pengolahan sampah digital, dll), baik untuk kepentingan menggerakkan mahasiswa dan dosen dalam program-program KKN Tematik (KKN-T) yang fokus pada perubahan sosial, kesehatan, dan lingkungan urban. Dengan demikian, kehadiran puluhan atau bahkan ratusan ribu mahasiswa dari luar kota, bahkan luar negeri, akan menciptakan multiplier effect ekonomi, hunian, transportasi, kuliner, hiburan, hingga teknologi informasi. Kampu menjadi Generator Ekonomi Lokal. Bahkan, Kampus dapat mengembangkan zona ekonomi kreatif berbasis mahasiswa, seperti creative hub, coworking space, dan pasar digital. Selebihnya, keberadaan puluhan bahkan ratusan ribu mahasiswa tersebut bisa menjadi kontributor terhadap City Branding “Malang Smart, Green, Creative.” Misalnya dengan menjadikan mahasiswa dan akademisi sebagai duta soft diplomacy kota, yang mempromosikan Malang sebagai kota ramah, inovatif, dan inklusif secara masif. Dengan prodi yang terkait, perguruan tinggi dapat membantu mendesain identitas kota, baik melalui seni, arsitektur, maupun teknologi informasi.
Sebagai contoh Program Bersama Kampus-Kota Malang misalnya, Malang Tech Valley (Zona inovasi berbasis kampus, untuk teknologi, startup, dan AI), Malang Smart Village (Desa binaan kampus dengan pendekatan digital dan ramah lingkungan), Campus-Driven Tourism (Kolaborasi pariwisata edukatif, budaya, dan riset lokal), dan Green Campus Movement (Kampus menjadi model pengelolaan energi dan lingkungan hijau).
Lebih detail lagi apa yang harus atau jendak dilakukan Kerjasama antara UIN Maliki Malang dengan Pemerintah Kota Malang untuk melaksanakan Program-Program tersebut, fokus di Kecamatan Lowokwaru. Secara geografis Kecamatan Lowokwaru memiliki luas 20,89 km² atau 2.089,513 hektar, dengan jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 186.013 jiwa. Dengan luas wilayah 20,89 km² dan jumlah penduduk 186.013 jiwa, kepadatan penduduk sekitar 8.902 jiwa/km².
Kecamatan Lowokwaru dikenal sebagai pusat pendidikan di Kota Malang dengan keberadaan sejumlah perguruan tinggi, antara lain Tingkat Universitas Negeri ada Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, dan Universitas Swasta, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Islam Malang, Universitas Gajayana, Universitas Tribhuwana Tungga Dewi, dan Universitas Widya Gama. Sedangkan Sekolah Tinggi dan Institut ada Institut Pertanian Malang, Institut Sains dan Teknologi Palapa, Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Asia Malang, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kertanegara, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Malangkucecwara, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Sunan Giri, Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan Malang, Sekolah Tinggi Teknik Malang, STIKES Widyagama Husada Malang, dan STMIK Asia Malang.
Potensi usaha penduduk pada tahun 2023, Kecamatan Lowokwaru memiliki 5.539 usaha mikro di bidang kuliner, 248 usaha mikro di bidang fashion, 16 usaha mikro di bidang pendidikan, 56 usaha mikro di bidang otomotif, 9 usaha mikro di bidang agrobisnis, 31 usaha mikro di bidang teknologi internet, dan 3.549 usaha mikro di bidang lainnya. Peningkatan jumlah UMKM di Kecamatan Lowokwaru dari tahun 2021 hingga 2023, khususnya di bidang kuliner yang meningkat dari 4.781 usaha pada 2021 menjadi 5.539 usaha pada 2023. Berdasarkan terhadap jumlah distribusi UMKM di Kota Malang, Kecamatan Lowokwaru memiliki jumlah UMKM terbanyak dibandingkan kecamatan lain di Kota Malang. Data-data ini memberikan gambaran potensi dan perkembangan Kecamatan Lowokwaru dalam berbagai sektor, yang dapat menjadi dasar perencanaan dan pengembangan wilayah ke depan.
Dalam Sektor Industri, Kecamatan Lowokwaru memiliki Industri Keramik Dinoyo, dikenal sebagai sentra industri keramik yang telah lama berdiri. Dari 32 pengusaha keramik di wilayah ini, variabel seperti modal, tenaga kerja, pendidikan, dan jaringan memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan mereka. Secara simultan, faktor-faktor tersebut berkontribusi sebesar 91,8% terhadap pendapatan pengusaha, dengan kontribusi masing-masing: modal (0,160), tenaga kerja (0,433), pendidikan (0,197), dan jaringan (0,595).
Selain itu juga ada Industri Mebel di Tunjungsekar. Studi terhadap 30 responden menunjukkan bahwa variabel upah tenaga kerja dan lama usaha memiliki pengaruh signifikan terhadap pendapatan industri mebel, sementara variabel modal tidak menunjukkan pengaruh signifikan. Nilai koefisien determinasi (R²) sebesar 0,48 mengindikasikan bahwa 48% variasi pendapatan dapat dijelaskan oleh variabel modal, upah, dan lama usaha.
Dari sektor Pertanian Kota (Urban Farming), Kecamatan Lowokaru memiliki Luas Lahan Pertanian sawah beririgasi sebesar 245 hektar pada tahun 2023, mengalami sedikit penurunan dari 247 hektar pada tahun sebelumnya. Jumlah kelompok tani meningkat dari 31 kelompok pada tahun 2021 menjadi 35 kelompok pada tahun 2023, menunjukkan pertumbuhan komunitas petani yang aktif. Sedangkan Petani Tanaman Pangan terdapat 377 petani tanaman pangan pada tahun 2023, menurun dari 417 petani pada tahun 2022. Dan Petani Perkebunan: Jumlah petani perkebunan stabil di angka 76 orang pada tahun 2022 dan 2023.
Di Kelurahan Tlogomas, khususnya RW 05 dan RW 09, masyarakat memanfaatkan lahan kosong untuk kegiatan urban farming. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat masyarakat terhadap kegiatan ini meliputi ketersediaan lahan, pengetahuan, dan dukungan pemerintah. Kelurahan Lowokwaru melaksanakan program KRPL yang bertujuan memanfaatkan lahan pekarangan untuk meningkatkan sumber daya pangan masyarakat. Program ini memberikan dampak positif dalam aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dengan melihat pada potensi alam dan SDM, maka peran Program Studi di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dalam mewujudkan Malang sebagai Singapore van Java, misalnya Prodi Informatika / Sistem Informasi berperan mengembangkan aplikasi layanan publik digital, solusi smart city, dan sistem manajemen informasi untuk mendukung kota pintar. Prodi Teknik Arsitektur untuk merancang tata kota hijau, kawasan edukatif, dan infrastruktur berkelanjutan yang mendukung kota modern dan ramah lingkungan. Prodi Ekonomi Syariah / Perbankan Syariah untuk mengembangkan inklusi keuangan syariah, UMKM digital, serta model bisnis halal berbasis teknologi dan nilai-nilai Islam. Prodi Pendidikan / Tarbiyah untuk membentuk SDM unggul dengan pendekatan pembelajaran digital, kurikulum berbasis karakter, dan metode pengajaran inovatif.
Sedangkan Prodi Bahasa dan Sastra Arab / Inggris bisa berperan untuk mendukung branding kota melalui diplomasi budaya, pariwisata edukatif, dan komunikasi internasional berbasis nilai lokal. Prodi Psikologi dan Bimbingan Konseling Islam untuk mendukung kesehatan mental masyarakat perkotaan, menciptakan ekosistem kota yang sejahtera secara psikologis dan sosial. Prodi Hukum Keluarga / Hukum Tata Negara bisa berperan dalam kajian kebijakan publik, regulasi tata kelola kota, serta penguatan kelembagaan hukum daerah. Prodi Matematika dan Ilmu Alam untuk mendukung analisis data kota, pengembangan teknologi ramah lingkungan, dan inovasi ilmiah untuk pembangunan berkelanjutan.
Dalam rangka peningkatan peran tersebut, UIN Maliki Malang perlu memiliki peta analisis akademik yang mengintegrasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat). Peta analisis tersebut dapat membantu memetakan keterkaitan antara ketiganya secara konseptual dan operasional dalam konteks akademik.
Strategi Manajemen Integratif Utama yang perlu dikembangkan UIN Maliki Malang Curriculum Linkage, yakni integrasi hasil penelitian ke dalam bahan ajar dan pembelajaran, serta penyesuaian kurikulum berdasarkan kebutuhan masyarakat.
Research-Based Community Engagement, yaitu penelitian diarahkan untuk menjawab kebutuhan dan permasalahan riil masyarakat. Hasilnya diterapkan dalam kegiatan pengabdian. Student-Centered Synergy, untuk dapat melibatkan mahasiswa dalam ketiga aspek: pembelajaran berbasis proyek, penelitian kolaboratif, dan pengabdian aplikatif. Dan Triple-Helix Collaboration, yaitu kolaborasi antara perguruan tinggi, industri, dan pemerintah (termasuk masyarakat) untuk memperkuat keberlanjutan hasil Tri Dharma.
Wallahu A’lam