KOTA MALANG | JATIMSATUNEWS.COM -
Riyoyo Kupatan di Kampung Budaya Polowijen (KBP). Kini benar-benar terkesan beda dari tahun-tahun sebelumnya. Riyoyo Kupatan yang rutin di selenggarakan hari ke 8 sebagai hari tutupan lebaran jatuh di hari Senin 7 April 2023. Biasanya di selenggarakan di panggung KBP kali ini di geser di Pawon KBP.
Tradisi Riyoyo Kupatan di banyak tempat banyak dijumpai seperti arak-arakan gunungan ketupat keliling kampung yang berakhir di plataran alun-alun. Ada pula yang di larung ke laut ada pula yang di buat tawuran ketupat. Namun di KBP momen riyoyo kupatan di buat sebagai ajang edukasi budaya dengan membuat ketupat dan di masak langsung di tungku pawon KBP.
Ki Demang Penggagas KBP menjelaskan bahwa ini adalah cara KBP memperkenalkan gastronomi ketupat dengan sentuhan seni budaya dan tradisi. , "Makanan bukan sekedar kuliner siap saji, tetapi melalu proses dari bahan baku cara membuat ketupat cara memasak dan menyajikannya semua serba alami, tradisional dan diolah di Pawon KBP ini," ujarnya.
Menurutnya, yang berbeda di tahun ini. KBP juga mengajarkan ke anak remaja bagaimana membuat cara ketupat yang tipe dan modelnya ada 12 model ketupat. "Selanjutnya ketupat dan lepet di masak di dandang dengan saringan kukusan bambu diatas tungku dengan menggunakan kayu bakar. Kurang lebih waktu 3 jam sampai benar benar matang, demikian pula sayur opor ayam juga dimasak sekalian siap di sajikan," terang pria yang merupakan Kepala Forkom Pokdarwis Kota Malang.
Riyoyo Kupatan ini di hadiri kurang lebih 50 orang dari berbagai perwakilan komunitas diantaranya Perempuan Bersanggul Nusantara, Srikandi Pemuda Pancasila, Komunitas Kebaya Indonesia, Jowo Line Dance, Kampung Hetitage Kajoetangan, Kampung Lampion, Forkom Pokdarwis Kota Malang, Komite Kebudayaan Kota Malang, serta beberapa budayawan senior Mbah Rinto, Mbah Karjo, Ki Lelono.
Acaranya seru meriah karena membuat ketupat dan masak ketupatnya di Pawon bersama-sama. Acara di buka dengan Tari Beskalan Putri Malang. Sontak ibu ibu dari perwakilan komunitas bergabung menari pula. Kegiatan juga diisi dengan tari Tembang Turi Turi Putih dan Salam Kerong dari Jowo Line Dance yang di pandu oleh Mbah Rinto. Selain itu masing-masing perwakilan bergantian memberi ucapan lebaran.
Sembari mengajari beberapa anak anak KBP membuat ketupat. Mbah Karjo Budayawan Malang berbagi informasi bahwa ada beberapa sebutan ketupat menurut ragam bentuknya, seperti (a) kupat luar, (b) kupat bawang, (c) kupat kodok, (d) kupat sinto, (e) kupat kepel, (f) kupat kepala kerbau, (g) kupat kepala ayam angudari, (h) kupat burung merpati, (i) kupat angsa, (j) kupat jantung, (k) kupat bantal, (l) kupat kolibri. Bahkan ada pula varian bentuk yang uniknya dinamai (m) kupat candi Borobudur.
"Kupat sebenarnya bagi orang jawa bukan hanya hadir di momen Idul Fitri saja, tapi di setiap acara dan upacara tradisi orang jawa selalu ada dan bentuk ketupatnya berbeda beda sesuai kegunaan dan fungsi upacara," tutur Mbak Karjo.
Dirinya menjelaskan bahwa kupat bentuk boto dan tumpeng umum ada di riyoyo kupatan. "Jika sedang tanam dan panen padi biasanya kupat bentuk burung. Beda lagi kalo ritual ruwatan biasanya kupat luwar," bebernya.
Sebelum makan bersama ketupat dan opor ayam. Acara ditutup dengan salam salaman dan Ki Demang membagikan " _galak_ _gampil_ " atau uang jajan lebaran pada 20 anak anak anak yang turut hadir juga. Acara sangat meriah karena di kemas dengan suasana keluargaan penuh kehangatan meskipun di sore itu sempat di guyur hujan. (Har)