![]() |
Vokasi Universitas Brawijaya luncurkan DIGITREE guna turut serta dalam kepedulian terhadap lingkungan./dokpri untuk JSN |
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Fakultas Vokasi Universitas Brawijaya (UB) meluncurkan inovasi Digitalisasi Pohon (DIGITREE) untuk menjadi bagian dari komitmen mengembangkan teknologi berbasis lingkungan.
Sistem ini mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), salah satunya tentang perlindungan ekosistem daratan, sekaligus mendorong pelestarian lingkungan berbasis digital.
DIGITREE hadir sebagai solusi inovatif dengan memanfaatkan teknologi QR Code yang dipasang pada tiap pohon di lingkungan Fakultas Vokasi UB.
Melalui pemindaian kode tersebut, pengguna dapat mengakses informasi lengkap mengenai pohon, mulai dari taksonomi, morfologi, hingga sejarah dan cerita rakyat yang berkaitan dengan pohon tersebut.
Informasi yang disajikan dalam berbagai format, yakni berupa teks, audio, gambar, dan video, sehingga akan menarik perhatian dan mudah dipahami masyarakat.
Pengembangan DIGITREE melibatkan tim yang terdiri dari dosen, mahasiswa, dan alumni lintas disiplin ilmu.
Tim ini dipimpin Bayu Sutawijaya, S.Kom., M.Kom, dengan anggota yang terdiri Susenohaji, SE., M.Si, Erlangga Setyawan, S.P., M.M, Citra Dewi Megawati, S.Sn., MT, Miro Boyke Persijn, Maulana Derifato Achmad, dan Riko Saputra L.
![]() |
Susenohaji bersama Mahasiswa Vokasi UB saat memperkenalkan DIGITREE./dokpri untuk JSN |
Kolaborasi ini menggabungkan lima keahlian, yaitu pemrograman, database, strategi pemasaran dan kebijakan, televisi dan animasi, serta kehutanan.
Susenohaji, salah seorang anggota tim, menjelaskan pentingnya sinergi dalam pengembangan sistem ini.
"Saya di sini fokus pada strategi marketing dan kebijakan, dengan perancangan berbagai riset dan jurnal tentang bagaimana membangun pentahelix dalam menciptakan keberlanjutan produk," ungkapnya kepada PRASETYA Online, Selasa (4/3) yang kemudian diterima JSN (6/3).
DIGITREE bukan sekadar inovasi teknologi, tetapi hadir sebagai pendekatan sosial dalam mendukung perekonomian masyarakat desa.
Susenohaji menambahkan bahwa konsep ini terinspirasi dari gagasan aset desa, yakni pohon, budaya, dan sumber daya alam lainnya bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat.
"Aset desa ini tidak hanya berupa barang yang menghasilkan uang seperti meja atau kursi, tetapi juga pohon dan kekayaan alam lainnya. Melalui digitalisasi ini, masyarakat bisa membagikan cerita tentang pohon, termasuk taksonomi, sejarah, hingga cerita rakyat yang melekat. Harapannya, desa wisata bisa berkembang, pengunjung bisa bermalam, dan meningkatkan taraf pendapatan desa secara merata," tuturnya.
Guna menjaga keberlanjutan sistem, DIGITREE mengusung model Software as a Service (SaaS) yang berbasis langganan yang memungkinkan desa atau komunitas mendapat pendapatan berkelanjutan.
Sistem ini juga membuka peluang bagi sponsor Corporate Social Responsibility (CSR) untuk mendukung biaya operasional dan pemeliharaan aplikasi.
"Aplikasi harus terus berjalan jika ada dana yang mendukung. Dengan semakin banyak pengunjung, maka pendapatan desa akan meningkat. Ini menjadi instrumen pemerataan, bukan pemusatan kekayaan," imbuhnya.
Susenohaji tak menampik bahwa, tata kelola menjadi tantangan besar yang dihadapi tim. Menurutnya, penyatuan visi antaranggota tim menjadi proses yang tidak mudah.
"Bukan menemukan ahlinya yang sulit, tetapi menyatukan visi dan cara pandang untuk sengsara bersama, itu yang susah," bebernya.
![]() |
Akademisi Vokasi UB luncurkan DIGITREE di berbagai lokasi./dokpri untuk JSN |
Mengenai DIGITREE, pertama kali diimplementasikan di Kota Probolinggo melalui program Matching Fund, dengan digitalisasi sebanyak 2 ribu pohon di berbagai lokasi. Ada di Alun-Alun, Pendopo, Pantai Cemara, dan Taman Wisata Lingkungan Hidup.
Selanjutnya, sistem ini akan diperluas ke tiga sekolah di Malang serta Kebun Raya Purwodadi melalui kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam program Riset Kolaboratif Indonesia (RIM).
DIGITREE juga telah diperkenalkan dalam acara Pencanangan Gerakan Anti Green Money Laundering yang diselenggarakan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
Selain menawarkan teknologi digital, DIGITREE juga mendukung edukasi lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan.
Tim pengembang pun berharap sistem ini dapat menjadi amal jariyah yang memfasilitasi masyarakat untuk lebih mencintai lingkungan.
"Tujuan kami di sini bukan sekadar peduli, tetapi juga ingin memfasilitasi banyak orang agar lebih cinta kepada lingkungan. Hal ini juga membuktikan bahwa Vokasi UB tidak hanya diam, tetapi berkontribusi nyata dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian lingkungan," tandas Susenohaji.
Melalui inovasi ini, Fakultas Vokasi UB memastikan partisipasinya dalam mendukung SDGs melalui teknologi yang inklusif, berkelanjutan, dan berbasis masyarakat.
DIGITREE juga diharapkan menjadi langkah nyata dalam menjaga ekosistem dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan digital yang modern dan efektif. ***
Editor: YAN