LUMAJANG | JATIMSATUNEWS.COM
Kekeringan lahan pertanian seluas 306 hektar dan menyebabkan matinya sumur warga di Kabupaten Lumajang Jawa Timur dampak jebolnya dam Boreng yang diterjang lahar dingin 4 tahun silam, sementara untuk penanganan rehabilitasi melalui anggaran Rp 13.099.711.244 melalui APBD provesi tahun 2024.
Tidak adanya air selama ini lahan pertanian tanaman padi sepanjang musim tersebut sebagian besar ditanami jagung kedelai, ada yang dijual jadi perumahan dan ada yang tidak ditanami, kondisi itu berada kelurahan Jogoyudan, Desa Boreng dan Desa Blukon. Dampak lain matinya sumber mata air sumur warga.
Pembangunan yang memakan waktu sekitar 6 bulan itu kondisinya telah selesai sehingga orang nomor satu di pemerintahan Provinsi Jawa Timur di dapuk meresmikan pada hari Kamis (06/03/2025).
yang di saksikan beberapa pejabat provinsi dan kabupaten salah satunya Bupati Lumajang Indah Amperawati dan Wakil Bupati Lumajang Yudha Adji Kusuma.
Dalam sambutannya Khofifah Indar Parawangsa bangunan yang mengunakan ABPD Provesi Jawa Timur tahun 2024 itu diharapkan mampu mengembalikan fungsi secara maksimal dalam mendorong tercapainya program Presiden Prabowo Subianto dalam ketahan pangan dan swasembada pangan nasional.
Dam Boreng yang mempunyai lebar 51 meter, panjang 43,5 meter, tinggi Mercu 3,7 meter, pintu pembilas dan lebar pintu pembilas 2,4 meter, pintu intake 1 dan lebar pintu intake 1,2 meter dan luas area yang akan manfaatkan air sungai Kali Asem itu 206 meter.
Khofifah Indar Parawangsa menyampaikan aliran tersier menjadi keluhan para kelompok tani untuk mendapatkan kecukupan air pada tanamannya agar tanamannya tumbuh maksimal dengan hasil yang memuaskan.
Pinta Khofifah Indar Parawangsa keberadaan dam Boreng yang sudah bisa operasikan dan dinikmati masyarakat dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh masyarakat yang ada di tiga desa, yang mana imbas jebolnya dam tersebut tidak hanya pertanian terdampak namun juga menyebabkan kekurangan air bersih.
Dam Boreng yang telah di rehabilitasi sebelum sudah dilakukan penanganan dan dananya yang terserap tidak sedikit penanganan pertama jebol lagi akibat lahar kembali terjadi bahkan air meluber ke beberapa lokasi di dalam kota Kabupaten Lumajang, penanganan kedua melalui pipanisasi dengan harapan air sungai Kaliasem dam Boreng tersebut mencukupi kebutuhan lahan pertanian namun buktinya hanya sebagai kecil yang tertangani.
Petani untuk bisa bertahan tanam memerlukan biaya besar dari sumur bor setiap mengairi per hektar memerlukan biaya hampir Rp 2 juta, sehingga kalau di kalkulasi hasilnya tidak menutupi pengeluaran.(Roeb_JSN)