Banner Iklan

Ketika Langit Diam: Wasiat Terakhir yang Terlupakan

Admin JSN
23 Maret 2025 | 11.40 WIB Last Updated 2025-03-23T04:41:00Z

Diam itu mahal, terutama bila kebenaran membutuhkan suara dan keberanian tetap menjadi cahaya, meski hanya dinyalakan oleh segelintir jiwa

ARTIKEL|JATIMSATUNEWS.COM - Di pembaringan terakhirnya, tubuh mulia itu mulai melemah. Nafasnya berat, matanya sayu, namun cahaya hikmah masih memancar dari wajahnya yang dimuliakan. Di sisi kanan dan kirinya, Hasan dan Husain menggenggam jemarinya yang mulai dingin. Dalam suara yang lirih namun penuh cahaya langit, Imam Ali bin Abi Thalib berwasiat:

‎و لا تتركوا الأمر بالمعروف و النهي عن المنكر 

‎فيولى الأمر أشراركم ثم تدعون فلا يستجاب لكم 

“Jangan kalian tinggalkan amar makruf dan nahi mungkar. Jika kalian diam, maka urusan akan diserahkan kepada orang-orang jahat, dan ketika kalian berdoa, tidak akan dikabulkan.”

Itu bukan sekadar pesan seorang ayah kepada anaknya, tapi jeritan hati seorang kekasih Allah yang melihat jauh ke depan—tentang zaman yang akan datang. Zaman di mana kebenaran dibungkam, dan kebatilan bersuara lantang. Zaman di mana ulama lebih memilih kenyamanan daripada keberanian.

Kini, kita hidup di zaman itu. Doa-doa mengalir deras di multazam, air mata jatuh di Raudhah, lidah bergetar di sepertiga malam sepanjang Ramadan, namun langit terasa hening. Mengapa?

Karena kita memilih diam, ketika kezaliman merajalela dan ketidakadilan dipertontonkan. Karena banyak dari mereka yang seharusnya menjadi penjaga nurani umat, malah terperangkap dalam kenyamanan kedekatan kekuasaan.

Ketika lembaga-lembaga keagamaan tak lagi berdiri sepenuhnya untuk umat, dan lebih memilih kedekatan pada kekuatan duniawi daripada suara hati nurani, maka doa dan dzikir perlahan kehilangan getarnya. Bukan karena Allah tak mendengar, tapi karena amanat umat tak lagi dijunjung tinggi.

Sebagaimana peringatan Imam al-Ghazali:

‎إنما فسدت الرعية بفساد الملوك، وفساد الملوك بفساد العلماء فلولا القضاة السوء والعلماء السوء لقل فساد الملوك خوفاً من إنكارهم

“Sesungguhnya rakyat rusak karena rusaknya para raja, dan para raja rusak karena rusaknya para ulama. Seandainya tidak ada hakim dan ulama yang buruk, niscaya para raja akan sedikit melakukan kerusakan karena takut akan teguran mereka.”

Diam itu mahal, terutama bila kebenaran membutuhkan suara. Dan keberanian tetap menjadi cahaya, meski hanya dinyalakan oleh segelintir jiwa.


Tabik,

Nur Hamid

Karangsuko, 23 Maret 2025

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketika Langit Diam: Wasiat Terakhir yang Terlupakan

Trending Now