Banner Iklan

Di Balik Buku Profesionalisme Militer dan Profesionalisasi TNI, Muhadjir Effendy Pernah Ingin Jadi Tentara

Admin JSN
07 Maret 2025 | 16.48 WIB Last Updated 2025-03-07T09:49:23Z
Profesor Muhadjir Effendy dan buku Profesionalisme Militer-Profesionalisasi TNI yang ditulisnya./dokpri untuk JSN

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Profesor Muhadjir Effendy membagikan proses kreatifnya dalam membuat buku 'Profesionalisme Militer dan Profesionalisasi TNI' yang terbit pertama kali pada 2008 silam.

Figur yang kini ditunjuk Presiden RI Prabowo Subianto menjadi Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji kemudian membagikan proses kreatifnya dalam menulis buku tersebut kepada awak media termasuk JSN pada Jumat (7/3).

Terungkap fakta menarik, bahwa cita-cita masa muda Muhadjir Effendy adalah menjadi tentara.

Walau kemudian tidak terwujud, ide dan harapannya mengenai tentara dan TNI tertuang dalam bukunya, Profesionalisme Militer: Profesionalisasi TNI.

Buku ini membahas momen Tentara Nasional Indonesia (TNI) bertransformasi menjadi institusi yang profesional, dari segi kompetensi teknis, kepemimpinan, hingga etika kemiliteran.

Muhadjir mengulas bagaimana dinamika sosial, politik, dan sejarah Indonesia membentuk karakteristik unik profesionalisme TNI yang berbeda dari angkatan militer di negara lain.

Sejak awal kemerdekaan, profesionalisme TNI menjadi perdebatan, dan buku ini menguraikan tiga elemen awal pembentuk TNI. Yakni eks-Pembela Tanah Air (PETA), eks-KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger), dan satuan-satuan gerilya.

Walaupun PETA dan KNIL memiliki visi profesionalisme yang berbeda, keduanya berperan penting dalam membangun fondasi militer Indonesia kala itu.

Hanya saja, selama pemerintahan Orde Baru, TNI mengadopsi peran ganda (dwifungsi). Mereka tidak hanya bertugas sebagai alat pertahanan negara, tetapi juga aktif dalam politik dan ekonomi.

Kemudian, Muhadjir yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, menjelaskan dalam bukunya bahwa era reformasi 1998 membawa perubahan besar dalam tubuh TNI.

Salah satunya, mengembalikan militer ke fungsi utamanya sebagai alat pertahanan negara yang profesional dan netral secara politik.

Kemudian, momen penting lainnya yakni lahir Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang TNI, yang menegaskan bahwa TNI harus terlatih, terdidik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan tunduk pada supremasi sipil serta prinsip demokrasi.

Muhadjir Effendy menggarisbawahi, profesionalisme TNI tidak hanya bergantung pada keterampilan teknis atau modernisasi alutsista, tetapi juga nilai-nilai moral, keprajuritan, dan kedisiplinan.

Pada buku ini, ia juga memperkenalkan Diagram Pentagonal Profesionalisme TNI yang mencakup lima elemen utama. Yaitu, kemampuan, kepemimpinan, motivasi, kesempatan, dan pengetahuan.

Ia juga mengungkapkan, profesionalisasi TNI harus mencakup aspek-aspek ini agar tercipta militer yang tangguh, berintegritas, dan mampu menjalankan tugas pertahanan negara secara optimal.

Buku ini turut menyoroti tantangan yang dihadapi TNI dalam upaya profesionalisasi, seperti ketimpangan dalam sistem pendidikan militer, pengaruh politik, serta perubahan sosial yang memengaruhi persepsi masyarakat terhadap militer.

Salah satu isu utama yang dibahas adalah bagaimana reformasi yang telah berjalan lebih dari dua dekade masih menghadapi hambatan dalam hal kontrol demokratis terhadap militer.

Kemudian, pria kelahiran Madiun ini juga mengkritisi kebijakan yang sering kali inkonsisten, terutama terkait peran TNI dalam keamanan domestik.

Meski TNI sudah tidak lagi memiliki hak politik dan bisnis, masih ada tantangan dalam memastikan bahwa mereka tetap fokus pada pertahanan negara dan tidak kembali terlibat dalam urusan sipil yang dapat mengganggu demokratisasi.

Secara umum, buku ini memberikan perspektif akademik yang mendalam tentang perjalanan TNI menuju profesionalisme. Tak heran, karena Muhadjir Effendy juga berlatar belakang akademisi sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Malang selama tiga periode (2000–2004, 2004–2008, 2008–2016).

Pada tulisannya, Muhadjir juga menggunakan pendekatan historis dan teoretis guna menggambarkan bagaimana TNI terus beradaptasi dengan tuntutan zaman.

Buku ini pun dapat menjadi referensi penting bagi akademisi, pengamat militer, serta siapa saja yang ingin memahami lebih dalam tentang dinamika hubungan sipil-militer di Indonesia. ***

Editor: YAN

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Di Balik Buku Profesionalisme Militer dan Profesionalisasi TNI, Muhadjir Effendy Pernah Ingin Jadi Tentara

Trending Now