Wakil Bupati Pasuruan terpilih, Gus Shobih bersama Gus Baihaqi, berharap Pagar Nusa menjadi barisan pertama penjaga kedaulatan NKRI./dok. JSN-ANS |
PASURUAN | JATIMSATUNEWS.COM - Wakil Bupati Pasuruan, Muhammad Shobih Asrori atau yang akrab disapa Gus Shobih, turut hadir dalam Harlah NU ke-102 tahun yang selenggarakan MWCNU Grati.
Agenda ini berlangsung pada Minggu (2/2) pagi yang turut menggelar Pagar Nusa Kolosal yang diikuti para pesilat putra dan putri Kecamatan Grati.
Kehadiran Gus Shobih pun tak lepas dari relasi karibnya dengan Ketua Majelis Wilayah Cabang Nahdlatul Ulama Grati, Akhmad Baihaqi Kadmi alias Gus Baihaqi.
"Saya sudah lama berteman dengan Gus Baihaqi, bahkan ibu saya dan ibu beliau juga berteman. Jadi, saya ingin hadir juga dalam acara Pagar Nusa Kolosal ini yang diselenggarakan untuk memperingati Harlah NU ke-102 tahun," ucap Gus Shobih, seperti yang diliput JSN di lokasi.
Shobih kemudian menceritakan sejarah Pagar Nusa. Dari ketua pertama Pagar Nusa yakni KH Abdullah Maksum Jauhari dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri pada 1986.
Kemudian, Pagar Nusa diinisiasi KH Suharbillah dari Surabaya, KH Maksum, dan KH Mustofa Bisri dari Rembang.
Lalu, awal pembicaraannya di Ponpes Tebuireng, Jombang pada 27 September 1985. Dilanjut pada 10 Desember dibentuk Kepanitiaan Pagar Nusa hingga 15 Januari 1986. "Lalu, pada 5 Januari 1986 Kepengurusan Harian Pagar Nusa Jawa Timur didirikan yang kemudian menjadi awal mula pengurus Pagar Nusa pusat hingga seterusnya," beber Gus Shobih.
Menurut Shobih, Pagar Nusa merupakan badan otonom atau organisasi yang paling akhir didirikan pengurus Nahdlatul Ulama. "Jadi, organisasi-organisasi lain, seperti Muslimat, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU, dan lainnya sudah berdiri lebih dulu," sambungnya.
"Nama Pagar Nusa itu diambil dari NU dan Bangsa. Jadi, maknanya adalah memagari NU dan bangsa," jelasnya.
Dia mengatakan bahwa tujuan pendirian Pagar Nusa sebetulnya sudah dipupuk sejak zaman penjajahan Belanda yang berdurasi 350 tahun dan termasuk dijajah Jepang 3,5 tahun.
"Untuk melawan Belanda, repot. Susahnya minta ampun. Akhirnya, pondok-pondok pesantren yang kala itu para kiainya juga merangkap sebagai pengasuh ponpes juga berlatarbelakang sebagai para jawara. Mereka adalah para pendekar pencak silat, yang kemudian dengan sembunyi-sembunyi melatih santri-santrinya agar bisa melawan Belanda," bebernya.
Namun, pascakemerdekaan, beragam pencak silat yang sebelumnya masih di bawah naungan pondok pesantren menjadi kurang terorganisir dengan baik.
Ditambah pula dengan jumlah para santri yang bisa pencak silat mulai terkikis. Padahal, sebelumnya pondok pesantren adalah pusat pendidikan, medis, dan pencak silat. Maka dari itu, para kiai prihatin dan mereka berkumpul untuk bermusyawarah guna mendirikan Pagar Nusa.
"Para ulama, masyayikh, kiai menaruh harapan, bahwa panjenengan (Anda) semua dapat menjadi barisan pertama yang mempertahankan NKRI. Ini merupakan harapan mereka terhadap pencak silat Pagar Nusa. Semoga harapan tersebut bisa tercapai," ujarnya.
Sebagai Wabup Pasuruan, Shobih mengaku juga tidak akan menutup mata terhadap kegiatan NU. Bahkan, secara khusus dirinya juga tetap memperhatikan pencak silat dan Pagar Nusa.
"Insyaallah, Pagar Nusa ini juga masuk dalam urusan saya selaku wakil bupati," tegasnya.
Wabup Shobih terpilih pada Pilkada 2024 lalu dengan mendampingi Bupati terpilih Muhammad Rusdi Sutejo. ***
Penulis: YAN