Banner Iklan

Menkop Budi Arie Kunjungi KAN Jabung dan Uji Coba Metode Susu Pasteurisasi untuk Program MBG

Admin JSN
26 Februari 2025 | 08.27 WIB Last Updated 2025-02-26T01:27:56Z

Menkop Budi Arie berikan susu pasteurisasi dalam program MBG kepada siswa./dokpri untuk JSN

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Menteri Koperasi RI, Budi Arie Setiadi mengunjungi KAN Jabung di Kabupaten Malang pada Selasa, 25 Februari 2025.

Koperasi Agro Niaga (KAN) Jabung yang memiliki 2.432 anggota dikunjungi Menkop Budi Arie dalam rangka uji coba penyaluran susu pasteurisasi untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Kunjungan Menkop Budi Arie turut disambut Presiden Direktur (Presdir) KAN Jabung, Eva Marliyanti.

Melalui agenda ini diketahui jumlah susu yang disuplai untuk MBG saat ini dalam satu wilayah Bululawang yang mencakup 14 sekolah sebanyak 401 liter.

Peluncuran Uji Coba Penyaluran Susu Pasteurisasi melalui Koperasi ini juga dalam upaya mendukung program makan bergizi gratis, terutama di Malang.

Kemudian, pada momen ini Farm KAN Jabung memastikan bahwa peternakan sapi rakyat untuk mendukung program MBG. Selain itu, juga dilaksanakan penandatanganan prasasti peresmian farm.

Kepada awak media, Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi turut membeberkan informasi apa saja yang terkait dengan agenda ini.

"Saya bersama rombongan dari Kementerian Koperasi ini hadir di agenda Uji Coba Minum Susu Pasteurisasi. Temanya begitu. Karena banyak masalah tentang susu ini karena susu kita banyak impor," buka Menkop Budi, seperti yang diterima JSN.

"Nah kali ini, susunya dari peternakan lokal yakni Kan Jabung yang saya kunjungi untuk mengecek apakah benar tentang peternakan sapi atau bukan. Kami fokus dalam hal ini karena produk susu dari peternakan sapi ini juga dapat membantu program MBG," lanjutnya.
Menteri Budi Arie minum susu pasteurisasi yang menjadi demonstrasi metode baru dalam pelaksanaan program MBG./dokpri untuk JSN

"Susu yang diproduksi pun sudah tidak menggunakan kemasan yang harganya terlalu mahal. Jadi, esensi dari produknya adalah memastikan konsumen membeli susunya bukan kemasannya. Maka, susunya pun susu segar dan kami sudah coba ternyata bisa untuk dikonsumsi. Susunya pasteurisasi, segar, dan saya sudah minum untuk menguji kelayakannya. Kalau tidak percaya, silakan coba, kalau persediannya (untuk diuji coba) masih ada," imbuhnya.

Menurut Budi, program ini nantinya bisa menjadi contoh model produksi tentang bagaimana susu segar dari peternakan lokal--dari peternakan rakyat, dapat disalurkan ke masyarakat dengan metode pasteurisasi dan dapat disalurkan dengan dispenser.

"Jika di sini bisa dilakukan, maka wilayah lain yang terdapat peternakan lokal untuk produksi susu sapi segar seharusnya bisa. Masalah dari susu segar ini kan selain distribusinya juga karena masa edarnya (layak konsumsinya) tidak lama," bebernya.

Maka imbuh Budi, di tiap wilayah setidaknya perlu ada sentra-sentra produksi susu segar dari peternakan lokal terdekat untuk distribusi di tiap lokasi pelaksanaan program MBG.

"Seperti di Boyolali (Jawa Tengah), Pangalengan di Kabupaten Bandung Jawa Barat, nah itu bisa kalau diterapkan sentra-sentra susu segar pasteurisasi seperti ini," sebutnya.

Peninjauan terkait produknya, menurut Budi bersih, higienis, dan ibu-ibu yang terlibat dalam penyiapan produk ini bersemangat. "Dan, menghasilkan sekitar 3.047 paket per hari," ungkapnya.

Kemudian, mengenai menu MBG menurutnya sudah cukup, barang yang disediakan baik, dan sangat mengundang selera untuk mengonsumsinya. "Tapi tentu itu untuk anak-anak," selorohnya.

Dia memastikan bahwa Kementerian Koperasi masih terus melakukan konsolidasi dan pendataan terhadap koperasi-koperasi yang siap memasok bahan-bahan baku untuk MBG.

"Asumsi dari program MBG adalah satu, tidak mungkin setiap daerah dapat menghasilkan semua yang ada di dalam menu MBG. Misalnya, beras, telur, sayur-sayuran, buah-buahan, dan susu. Kan tidak semuanya bisa dihasilkan oleh satu daerah. Maka dari itu, ada yang namanya kop-hub," jelasnya.

Ia pun mengaku sudah menginstruksikan kepada koperasi-koperasi untuk mencari tahu koperasi mana saja yang bisa memproduksi bahan baku tertentu. "Misalnya, ada yang bisa mengadakan telur, maka yang kurang pasokan telur dapat menghubungi koperasi tersebut. Begitu pula dengan bahan baku lain seperti susu, sayur, hingga beras. Tidak semua daerah menghasilkan itu sendiri. Jadi, tujuannya untuk saling mengisi kebutuhan daerahnya masing-masing," ucapnya.

Khusus susu, menurut Budi produksi dalam negeri baru 20 persen, 80 persennya adalah impor. "Dan susu sebetulnya tidak wajib di dalam MBG. Tetapi di daerah-daerah tertentu yang dapat menghasilkan produk susu dari peternakan-peternakan lokalnya harus diserap di dalam program MBG," sambungnya.

Mengenai program MBG saat Ramadhan Budi menyarankan awak media untuk bertanya kepada Badan Gizi Nasional (BGN), karena nanti mereka yang akan membuat petunjuk pelaksana dan petunjuk teknisnya.

"Mengenai menu MBG yang wajib ada itu tempe dan telur, karena telur menurut Pak Presiden Prabowo Subianto secara saintifik memiliki kandungan protein yang tinggi. Jadi, mungkin kalau belum ada susu, maka disediakan telur dulu. Secara nasional, produksi telur masih banyak," ucapnya lagi.

Kemudian, dia mengatakan bahwa komoditas yang harus bisa disediakan koperasi adalah beras, sayur, telur, ayam, buah-buahan, hingga susu.

Mengenai efisiensi anggaran berdasarkan perintah Presiden Prabowo Subianto menurutnya bagus dan harus tepat sasaran demi rakyat.
Disaksikan Presdir KAN Jabung Eva Marliyanti (ketiga dari kanan), Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi menandatangani prasasti peresmian JAB Farm KAN Jabung, Malang./dokpri untuk JSN

Lalu, tentang data koperasi yang sudah terlibat dalam program MBG, menurut data yang terverifikasi, sekarang ada 321 koperasi yang sudah siap untuk terlibat dalam program MBG. Ini dari total sekitar 1.300 koperasi yang didata. Koperasi yang belum siap, masih diperhatikan Kemenkop.

Program MBG menurutnya juga akan melibatkan para kepala daerah yang saat ini masih retret di Magelang. Jika sudah pulang, mereka akan perlu berkoordinasi lagi mengenai program ini.

Dia juga menegaskan bahwa sinergi koperasi dengan pemerintah daerah harus ada, karena koperasinya ada di daerah-daerah. Maka harus ada pembinaan-pembinaan dari pemdanya masing-masing, baik di tingkat kabupaten dan kota.

Pada momen sama, kunjungan Menkop Budi Arie juga disambut Presdir KAN Jabung, Eva Marliyanti.

"Kunjungan dari Menteri Koperasi sebetulnya berkaitan dengan program MBG. Beliau ingin melihat kesiapan-kesiapan koperasi di Indonesia untuk mendukung program MBG. Salah satunya yang terlibat saat ini adalah Koperasi KAN Jabung, karena kami sudah mendukung program MBG yang ada di Malang," ungkap Eva.

Selain sudah mendukung program MBG di Malang, Koperasi KAN Jabung juga sedang menjalankan program dari Kementerian Koperasi. Yakni, sedang membuat metode baru untuk MBG.

"Jika sebelumnya menggunakan cup untuk wadah susu, maka agar dapat mengurangi limbah dijalankan program penggunaan dispenser," ujarnya.

Jadi, menurut Eva, tiap sekolah akan diberikan dispenser sesuai dengan kapasitas muridnya dan murid juga akan diberikan gelas. Tiap kali makan siang, murid dapat mengambil susu yang ada di dispenser.

Saat ini, programnya sedang dalam masa uji coba. "Sekarang kemasannya besar lalu kami tuangkan ke dispenser agar mengurangi limbah," jelasnya.

Jumlah yang diberikan dalam satu titik di An Nur, sekitar 3.040 paket per hari. "Di sini ada dua dapur. Jadi, kapasitas yang kami keluarkan tiap hari sekitar lebih dari 6 ribu. Tetapi untuk program dari Kemenkop ini hanya di An Nur. Jadi ini percontohan untuk metode dispenser," tuturnya.

Menurut Eva, di beberapa kecamatan yang ada di Malang, sudah menjalankan MBG. KAN Jabung pun akan mendukung pada bagian bahan baku susu sesuai dengan penjalanan programnya.

"Kapasitas dari kami saat ini sudah memenuhi sekitar 55 ribu cup per hari. Satu dapur sebetulnya maksimalnya 4 ribu tapi kami coba maksimalkan lagi. Cup itu ukurannya sudah ada ketentuannya untuk MBG. Ada dua, yakni ukuran 115 ml dan 120 ml.

Mengenai tenaga kerjanya untuk melaksanakan program ini, KAN Jabung tidak mempunyai tenaga khusus. Sebab, mereka sudah ada tenaga produksi, pemasaran, dan sales distribusi. Merekalah yang akan dioptimalkan untuk distribusi dan edukasi.

"Karena, ada perbedaan susu untuk anak-anak dan susu untuk MBG. Untuk MBG ada pasteurisasi, dan ada susu tanpa rasa dan tanpa gula," jelasnya.

Mengenai paketan MBG Rp 10 ribu per anak seperti yang dikatakan Presiden Prabowo Subianto, Eva mengatakan estimasi harga tersebut mungkin tetap bisa terpenuhi.

Tetapi, mengenai penyediaan peralatan seperti dispenser dan gelas bukan ranah tanggung jawab KAN Jabung. "Kami mendukung di susu. Kalau susu itu pasti lebih murah. Perkiraan mungkin selisihnya akan berkurang sekitar 300 rupiah," ungkapnya.

Dia juga memastikan bahwa distribusi susu pasteurisasi harus sekali konsumsi per hari agar layak minum. "Setiap kali didistribusikan wajib langsung diminum di tempat. Jadi, harus habis dalam satu hari," imbuhnya.

Selain itu, kandungan di dalam susu yang disediakan karena pasteurisasi, maka tidak ada kandungan lain selain susu tersebut.
Presdir Eva saat mendampingi Menkop Budi Arie dalam peninjauan peternakan yang dikelola KAN Jabung./dokpri untuk JSN

"Kami juga tetap mengupayakan peningkatan produksi dari peternakan rakyat. Peternakan rakyat ada dua model. Model pertama adalah kami melakukan dukungan dengan pembiayaan atau kredit untuk penambahan populasi. Lalu, model kedua adalah kemitraan, dengan menggandeng investor dari industri untuk meletakkan sapi-sapinya di anggota-anggota kami. Itu impor," tandasnya. ***
Penulis: YAN
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menkop Budi Arie Kunjungi KAN Jabung dan Uji Coba Metode Susu Pasteurisasi untuk Program MBG

Trending Now