MALANG | JATIMSAYUNEWS.COM - Kota Malang, yang dikenal sebagai Kota Pendidikan dengan lebih dari 60 perguruan tinggi dan ribuan mahasiswa setiap tahunnya, kini menghadapi tantangan serius dalam bentuk tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan perguruan tinggi. 8 Februari
Ketua Fraksi DPRD Kota Malang, Suryiadi, mengungkapkan bahwa fenomena ini disebabkan oleh sejumlah faktor, sekaligus menawarkan solusi konkrit untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Permasalahan yang Mendasar
Suryadi menyatakan bahwa penyebab utama tingginya pengangguran di Kota Malang antara lain, Banyak lulusan perguruan tinggi yang memilih untuk menetap di Malang, sementara lapangan pekerjaan yang tersedia untuk fresh graduate terbatas, Kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan pasar kerja yang semakin dinamis.
Kurangnya minat berwirausaha di kalangan lulusan, sehingga mereka lebih cenderung menunggu adanya lowongan daripada menciptakan peluang kerja sendiri. Preferensi untuk mencari pekerjaan di kota asal, padahal di luar kota peluang yang ditawarkan mungkin lebih luas. Ujarnya.
Potensi Pemuda Kota Malang
Data pemuda Kota Malang menunjukkan besarnya potensi generasi muda yang ada di berbagai kecamatan, yaitu Blimbing 22.149 laki-laki, 21.104 perempuan, Klojen 10.928 laki-laki, 10.566 perempuan, Kedungkandang: 24.452 laki-laki, 24.084 perempuan, Sukun: 23.020 laki-laki, 22.493 perempuan, Lowokwaru: 18.541 laki-laki, 18.430 perempuan
Jumlah yang signifikan ini menuntut adanya sinergi antar pihak untuk memanfaatkan potensi pemuda secara maksimal dan mengantisipasi dampak dari tingginya angka pengangguran.
Dalam upaya mengatasi krisis pengangguran, Suryadi mengemukakan beberapa langkah strategis, antara lain
Mahasiswa didorong untuk aktif mengambil program magang, pelatihan, dan kerja praktik agar memiliki pengalaman nyata yang relevan dengan tuntutan pasar kerja.
Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu menciptakan budaya kewirausahaan sejak dini, agar lulusan tidak hanya bergantung pada lowongan pekerjaan yang ada, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja melalui inovasi dan usaha sendiri.
Suryadi menyarankan agar para lulusan berani merantau ke kota atau daerah lain yang memiliki peluang kerja lebih banyak, daripada terpaku pada satu wilayah dengan keterbatasan lapangan pekerjaan.
Organisasi seperti HMI berperan penting dalam membangun jaringan profesional, memberikan pelatihan kepemimpinan, dan mengembangkan soft skills serta hard skills yang diperlukan untuk bersaing di pasar kerja.
Peran Strategis HMI
Menurut Suryadi, HMI tidak hanya berfokus pada pengembangan karakter dan nilai-nilai Islam serta nasionalisme, tetapi juga aktif membantu anggotanya mengasah keterampilan teknis dan kewirausahaan. Organisasi ini turut memperluas jaringan alumni yang dapat memberikan dukungan dan informasi terkait peluang kerja. "HMI memiliki peran strategis dalam menyiapkan SDM unggul yang siap menghadapi tantangan global. Melalui pelatihan kepemimpinan dan program pengembangan keterampilan, HMI membantu mahasiswa untuk tidak hanya menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga kompeten dalam dunia kerja," ujarnya.
Harapan ke Depan
Suryadi menegaskan bahwa sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dunia industri, dan organisasi kepemudaan seperti HMI sangat penting untuk mengatasi krisis pengangguran ini. Ia berharap, dengan langkah-langkah strategis yang telah diusulkan, Kota Malang tidak hanya dikenal sebagai pusat pendidikan, tetapi juga sebagai tempat yang mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai bagi para lulusan.
"Kita harus menciptakan ekosistem yang mendukung inovasi dan kewirausahaan agar generasi muda dapat berkontribusi secara optimal dalam perekonomian daerah," pungkasnya.