cr: detikNews |
ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM - Guru jangan hanya di maknai sebagai guru saja, tetapi guru harus di maknai sebagai Orang Tua.
Selama ini banyak wali murid yg memahami bahwa guru itu hanya sebagai pengajar yang
hanya mentransfer ilmu pedagogik semata, mereka lupa bahwa di samping sebagai
pengajar guru juga sebagai pendidik yang memiliki tugas ndadani akhlaq atau
perilaku anak.
Pertanyaanya adalah.....” mampukah orang tua
di rumah itu melakukan dua fungsi tersebut...? ( Mengajar dan juga mendidik
anaknya sendiri...)
Apa yang di lakukan oleh p. Rufi'an
(mengingatkan sholat) dan atau melakukan stressing ke siswanya ketika dia
melakukan perilaku yg melanggar norma, Beliau sebenarnya sedang menjalankan
fungsinya sebagai pendidik. Hal ini yg kurang di pahami oleh orang tua siswa,
sehingga terjadilah sebuah peristiwa yang seberanya bisa di bicarakan dari hati
ke hati, tanpa ego dan emosional. Mereka tidak paham bahwa guru itu juga orang
tua yakni orang tua di sekolah. Ini artinya mengarahkan, membina dan ndadani
akhlaq / perilaku anak menuju perilaku yg lebih baik sesuai dengan norma agama
bahkan norma sosial bukan hanya tanggung jawab orang tua di rumah saja,
melainkan bagian dari tanggung jawab
seorang guru di sekolah.
Yang perlu di pahami adalah bahwa di dalam
menjalankan fungsinya, tentu setiap guru memiliki metode yang berbeda-beda, tetapi
titik akhirnya adalah sebuah kemajuan dan perkembangan kepada sebuah kondisi
yang terbaik.
Fenomena yg terjadi di masyarakat bahwa ketika
seorang siswa melakukan perilaku tercela sering kali guru selalu di
cangking-cangking tetapi ketika anak meraih prestasi, guru sering di abaikan.
Maka dalam rangka menjaga marwah seorang guru, perlu adanya sebuah edukasi yang
menyeluruh baik di intern pendidik, Siswa maupun di masyarakat, bahwa guru
adalah “Orang Tua di Sekolah” yang memiliki tugas “Mengajar dan Mendidik”.
Dalam hal guru sebagai pengajar, pasti guru
menginginkan siswanya mjd anak yg sukses dalam akademik dan non akademik
sementara dalam kaitannya sebagai pendidik
guru tentu selalu menginginkan anak didiknya menjadi pribadi yang berperilaku
baik dan terpuji, santun dan beradab.
Kembali ke persoalan p. Rufi'an saya Yaqin Haqul Yaqin beliau melakukan hal itu tidak di landasi like and dislike tetapi hanya krn melakukan fungsinya sebagai pendidik, mendidik anaknya menuju ke arah yang lebih baik menjadi alwaladun sholihah dan menjadi qurrota a’yun sebagaimana harapan kedua orang tuanya.
Oleh : Imam Suhariyanto S.Ag, S.Pd