ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM
TikTok telah menjadi platform yang sangat berpengaruh dalam membentuk realitas, pola perilaku, dan budaya, khususnya di kalangan generasi muda. Media sosial yang awalnya hanya digunakan untuk hiburan ini kini berkembang menjadi ruang yang menentukan tren gaya hidup, kecantikan, hingga standar sosial baru yang diikuti banyak orang.
Fenomena ini bahkan melahirkan istilah “Standar TikTok”, yang merujuk pada pola hidup yang didorong oleh tren viral di platform tersebut. Tanpa disadari, banyak pengguna, terutama remaja, mulai menjadikan konten di Tik Tok sebagai tolok ukur dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari cara berpakaian, memilih barang, hingga memandang kesuksesan.
Bahaya Standarisasi Tik Tok,Tik Tok kini bukan sekadar platform berbagi video, tetapi telah membentuk cara pandang masyarakat, khususnya remaja, terhadap realitas. Banyak yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif akibat dorongan tren di Tik Tok, yang sering kali menampilkan kehidupan glamor dan standar yang sulit dicapai oleh kebanyakan orang.
Kondisi ini memicu siklus yang tidak sehat, di mana seseorang merasa lebih bahagia atau percaya diri hanya jika mereka dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh tren di media sosial. Padahal, banyak dari tren tersebut tidak merepresentasikan kehidupan nyata dan hanya menampilkan sisi terbaik dari seseorang tanpa menunjukkan perjuangan di baliknya.
Standar Tik Tok Yang Sering Muncul
Beberapa standar yang sering muncul di TikTok antara lain:
1. Standar Kecantikan
Banyak video di Tik Tok yang menampilkan kecantikan fisik tertentu, seperti tubuh langsing, kulit mulus, dan wajah simetris, yang akhirnya dijadikan tolok ukur kecantikan oleh banyak pengguna. Hal ini bisa menyebabkan tekanan sosial yang tinggi, terutama bagi mereka yang merasa tidak sesuai dengan standar tersebut.
2. Gaya Hidup Hedonisme
Konten yang memperlihatkan liburan eksklusif, barang-barang branded, dan kehidupan serba glamor membuat banyak orang merasa harus mengikuti pola hidup tersebut agar dianggap sukses. Sayangnya, tidak semua orang mampu menjalani gaya hidup seperti itu, sehingga muncul rasa tidak puas terhadap kehidupan sendiri.
3. Pencapaian Sosial
Popularitas di Tik Tok sering kali diukur berdasarkan jumlah pengikut dan interaksi yang didapatkan. Akibatnya, banyak orang merasa harus mencapai status sosial tertentu di media sosial agar dianggap berhasil, meskipun hal tersebut tidak mencerminkan kesuksesan di dunia nyata.
4. Tren Pasangan Ideal
Video yang menampilkan hubungan pasangan yang romantis dan sempurna sering kali muncul di Tik Tok. Hal ini dapat menimbulkan ekspektasi yang tidak realistis terhadap hubungan, sehingga banyak orang merasa hubungan mereka kurang ideal jika tidak sesuai dengan yang digambarkan di media sosial.
Dampak Negatif Standarisasi Tik Tok,standarisasi Tik Tok dapat membawa dampak negatif, terutama bagi kesehatan mental dan kesejahteraan sosial. Tekanan untuk memenuhi standar tertentu dapat menyebabkan kecemasan, rasa minder, bahkan depresi. Selain itu, tren konsumtif yang didorong oleh Tik Tok juga membuat banyak orang menghabiskan uang untuk hal-hal yang sebenarnya tidak mereka butuhkan.
Fenomena ini juga berisiko membuat seseorang kehilangan identitas diri karena terlalu mengikuti tren tanpa memahami nilai-nilai yang sebenarnya penting dalam kehidupan mereka.
Menjaga Keseimbangan dalam Konsumsi Media Sosial, Meskipun Tik Tok memiliki sisi positif, seperti memberikan ruang bagi kreativitas dan edukasi, sangat penting bagi setiap individu untuk tetap bijak dalam menggunakannya. Menetapkan batasan dalam mengonsumsi konten, memilah informasi dengan kritis, serta tidak mudah terpengaruh oleh standar yang ditetapkan media sosial dapat membantu menjaga keseimbangan hidup.
Kesadaran akan dampak media sosial sangat dibutuhkan agar generasi muda dapat tetap berkembang tanpa terjebak dalam ekspektasi yang tidak realistis. Dengan demikian, penggunaan Tik Tok dan media sosial lainnya bisa menjadi lebih sehat dan bermanfaat bagi perkembangan pribadi maupun sosial.