Pasang iklan disini

 

Fahrudin Faiz Hadir pada Kegiatan: "Isra' Intelektual dan Mi'raj Spiritual" di Ponpes Luhur Baitul Hikmah Bersama Gramedia

Eko Rudianto
10 Februari 2025 | 20.36 WIB Last Updated 2025-02-11T09:13:34Z


MALANG | JATIMSATUNEWS.COM : Gemerlap cahaya ilmu dan spiritual bersinar di Pesantren Luhur Baitul Hikmah Malang dalam rangkaian kegiatan Isra' Intelektual Mi'raj Spiritual serta Bincang sekaligus bedah buku yang berjudul Nalar Keislaman dan Keilmuan yang ditulis oleh Dr. Fahrudin Faiz pada Sabtu (8/2/25). 

Tak hanya ceramah dan bincang buku, kegiatan ini juga didukung oleh, Tim Gramedia yang juga menyelenggarakan bazar buku dengan diskon 20%, Imortal Music, Times Indonesia, dan Riset Luhur. Sebagai narasumber adalah dua tokoh ilmu filsafat terkemuka yaitu Dr. Fahrudin Faiz (penulis buku Nalar Keislaman dan Keilmuan) dan Ach. Dhofir Zuhry (penulis buku Filsafat untuk Pemalas). 

Selain dihadiri oleh kurang lebih 150 orang, beberapa tokoh juga terlihat hadir seperti Yatimul Ainun Pimred Times Indonesia, Budiana dari Gramedia, Beberapa Dosen STIA Al-Hikam Malang dan keluarga Pondok Pesantren Annur Bululawang. 

Ketua panitia kegiatan, mengatakan terimakasihnya atas kehadirian semua pihak terutama narasumber dan pengasuh sebagai tuan rumah. Selain ia juga sesekali menyampaikan mengenai profil pesantren Luhur Baitul Hikmah yang merupakan Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat

"Saya ucapkan terimakasih kepada pengasuh Pesantren Luhur Ibu Anis dan pak Ach Dhofir Zuhry telah mempercayai saya, dan juga narasumber kita atas kehadirannya disini. Juga teman-teman sekalian, karena cukup banyak persiapan-persiapan kemarin dan saya terimakasih kepada semuanya. Disini juga saya sampaikan bahwa disini ada Sekolah tinggi ilmu filsafat" ujar Zam-Zam.

Sementara itu, perwakilan tim Gramedia menyampaikan latar belakang terciptanya tema ini merupakan bukti keilmuan dari narasumber, hingga program ngaji literasi yang terjalan sejak tahun 2019 dengan kurang lebih 300 pesantren yang telah menjadi sasaran. 

"Saya turut andil dalam penentuan tema Isra' (sebagai) Intelektual Mi'raj (Sebagai) spiritual ini ya. Nah dari tema kelihatan intelektualnya, bungkus gus! Tidak ada diskusi. Saya juga menyampaikan terimakasih pada pak Faiz dan Gus Dhofir sudah setia bersama kami, kemarin habis Masjid Istiqlal dan ke Bogor alhamdulillah tetap bersedia, tetap tersenyum meskipun capeknya luar biasa pastinya. Program Ngaji Literasi ini sudah sejak 2019 dan ada 300 pesantren yang sudah kami kunjungi" ujar pria yang akrab disapa Budiana tersebut. 

Budiana melanjutkan, bahwa program ngaji literasi tersebut sudah mulai menjalar ke Universitas termasuk UIN. Kedepan, program ini akan juga menyasar tanpa tendensi apapun termasuk agama.

"Selain pesantren juga universitas, seperti UIN. Kedepannya ke yang lain atau bahkan yang tidak beragama sekalipun karena filsafat lebih tua dari pada ilmu, begitu kalau kata pak Faiz dan Gus Dhofir" disampaikan dengan santai dan diiringi tawa hadirin. 

Diakhir penyampaiannya, Budiana juga mengucapkan terimakasih atas semua pihak yang ikut serta dalam mensukseskan acara, termasuk para dosen Al-Hikam yang telah mengkoordinasikan hingga pemateri bisa disini serta motivasi bagai peserta bahwa kegiatan tersebut bisa membawa dampak yang baik bagi peserta yang mengikuti.

"Terimakasih para dosen Al-Hikam malang yang turut hadir dan membawa pak Faiz kesini. Acara malam ini saja jamin membekas dan memberikan dampak yang baik" pungkasnya.

Acara kemudian dilanjutkan sesi bincang sekaligus bedah buku, sesi tanya jawab serta ditutup dengan do'a dan sesi foto bersama sekaligus tanda tangan penulis bagi yang telah membeli buku. Secara khusus penulis juga melampirkan hasil forum yang berjalan pada malam hari itu, secara singkat dijabarkan pada pointers berikut ini : 

A. Herlianto, MA (Moderator)

  1. Ilmu hanya dipandang secara Aksiologis : hanya memandang ilmu tentang baik dan buruknya

B. Fahrudin Faiz (Penulis Buku Nalar Keislaman dan Keilmuan)

  1. Kajian agama itu tidak tentang ibadah mahdah, tapi juga menyentuh isu-isu kontemporer,
  2. Penting silaturahmi tidak perlu sibuk materi
  3. Isu-ibu baru (feminisme, bio-etik, toleransi, moderasi dan lain-lain) untuk menjawab isu-isu di medsos yang banyak muncul misalnya kuno, tidak ilmiah dan lain-lain
  4. Praktik beragama-bukan islam sebagai ilmu
  5. Bagaimana mempertemukan islam dan ilmu
  6. Puncak Ilmu adalah spiritual 

Konsep Jenjang Ilmu milik Sunan Kalijaga : 

A. Hirarki Keilmuan 

  1. Kanoman

Pengetahuan Basic Hidup (Skill Dasar) : Cara Makan, cara tidur, sopan santun dengan orang biasanya untuk anak-anak muda. 

  1. Kanuragan : Memiliki Kemampuan atau Skill untuk bekal hidup, mengajar, mengobati. 
  2. Kadunyan : Cara Hidup Berumah Tangga, Bersosialisasi dengan Masyarakat, Ilmu Berbudaya dengan oranglain. 
  3. Kasepuhan : Orang Jawa Menyebutnya Ilmu Tua yang meliputi Etik, Moral, Hidup Bijaksana, Pendalaman Moral, Kearfian, 
  4. Kasampurnan : Ketuhanan, Spiritual, mulai menarik diri dari dunia ramai, fokus untuk akhirat. 

Perjalanan intelektual memiliki tangga, mulai dari yang duniawi hingga akhirat. Semua hal diatas harus bisa ditempuh step by step, kalau melompat atau salahsatu yang kurang maka akhirnya ilmu spiritual hanya untuk memenuhi kebutuhan dunia. 


B. Orip iku Urup 

Artinya Hidup itu Menyala, mari kita pastikan tujuan hidup tTidak sekedar suksesnya saya, tapi kemanfaatanku kontribusiku untuk sekelilingku, sehingga hidup yang bermakna tentusaja dengan ilmu, tanpa bekal ilmu tidak bisa berkontribusi dan menerangi sekitar kita. Istilah menyala bukan seperti lilin yang habis terbakar, namun menyalalah pasti kamu akan menerangi. Orang baik pasti pinter, kalau orang pinter belum baik berarti ilmunya yang masih belum mencapai tingkatan. 


Orang dalam mencari kebahagiaan ada 3 : 

  1. Mencari kesenangan
  2. Berbuat Baik 
  3. Hidup yang berguna : bahagianya lebih panjang 


C. Anglaras Ilining Banyu, Angeli Ananging Ora Keli

Artinya Mengikuti Aliran Air, Mengalir Tetapi Tidak Tenggelam. Ilmuan atau akademisi harus mengikuti situasi terkini sebab nanti akan menurunkan marwah keilmuannya. Namun tidak boleh menjadi follower, dengan ilmunya harus menjadi tren center. 


Hanya ikan mati yang terbawa oleh arus, bahwa arus membawamu lebih cepat itu benar, namun kita memiliki harus memili rute tersendiri. 


Ibnu Shina : orang sampai dekat kepada Allah SWT tidak selalu jalur tarekat. Namun juga lewat perenungan yang akan mencapai makrifat atau jalur akal. 


D. Kyai Mahfudz Tremas

Santri Hari ini, kalau tidak pinter rugi, karena Ilmu Sidah Dikumpulan dan buku sudah diterbikan, kalau tidak pinter eman-eman. 


"Sekarang mencari buku itu mudah bahkan Gramedia sekarang kesini membawa buku". 


"Yallah tundukkanlah, takhlukkanlah untukku selnua kitab-kitab" 


"Allahumma sakhirlana kutuba"


C. Gus Ach Dhofir Zuhry

Konstruksi untuk kebenaran 

  1. Berawal ketika kegelisahan nabi wahyu terhenti setelah 2,5 tahun (30 bulan) nabi nganggur gak nerima wahyu membaca. Maka membacalah ayat qauniyah. Setelah itu nabi ke Toif namun mendapatkan penolakan padahal kampungnya bani saad yang nerupakan kampunya Halimatus Sa'diyah ibu sepersusuan beliau, dan akhirnya nabi sedih. Setelah itu kembali ke Makkah dan malaikat menawarkan akan menimpali batu, namun nabi menolak. Inilah yang melatarbelakangi Mi'raj. 
  2. Mengapa temuan-temuan saintek adalah orang barat yang bahkan tidak membaca Al-Qur'an namun meraka cakap membaca alam semesta. 
  3. Kita merasa sudah hebat setelah hafal, membaca, ahli tafsir namun lupa membaca alam raya. Kita sibuk dengan shaleh kita sendiri namun tidak sibuk dengan kesalehan alam. 
  4. Hikmah Cerita Anekdot Nasruddin Hoja yang pandai dalam permainan kata. Barangkali cara dalam menjawab pertanyaan wanita, akhirnya menjadi wali karena tidak suka berdebat dengan wanita atau sabar menghadapi wanita.
  5. Halaman 47 : Sebenarnya baik dalam kesadaran agama maupun kesadaran ilmiah itu berada dalam kesadaran sejarah dan dialektika. 
  6. Manusia yang ia dalam sejarahnya, sungai mengalir kelaut sejarah mengalir kelangit, maka tulislah namamu dilangit sejarah. 
  7. Mengkritik UIN tentang islamic studies : Ismail Razi Al-Farobi. 
  8. Islam Otoritarianisme and Underdevelopment : sudah ada kong kalikong antara raja yang dilegitimasi oleh agama, akhirnya kolonialisme serta dalam satu tarikan nafas dengan kuatan militer. 
  9. Denitologisasi : Menenggelamkan mitos yang dahulu nenek moyang kita demi mitos yang masih baru (ilmiah) juga untuk second opinion. 
  10. Sultan Agung Hanyoto Kusumo : melanjutkan ajaran sunan Kalijaga dalam bentuk syair atau lagu.
  11. Ajaran Kapitayanisme : Tuhannya Sang Hyang Naya.









Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Fahrudin Faiz Hadir pada Kegiatan: "Isra' Intelektual dan Mi'raj Spiritual" di Ponpes Luhur Baitul Hikmah Bersama Gramedia

Trending Now