MALANG | JATIMSATUNEWS.COM: Laporan seorang mertua ke Polres Kepanjen yang menyebut rumahnya telah dibobol menantu perempuan berujung terkuaknya sengketa rumah tangga dalam keluarga tersebut.
Kholipah, mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang baru pulang dari Singapore (sebelumnya pada 2016-2024 sebelum menikah dengan saudara Hendra, sudah menjadi TKI di Taiwan juga HK dan Singapore dari 2006-2024) meradang dirinya diberitakan telah membobol rumah mertuanya apalagi sampai dilaporkan ke polisi, Senin, 17/2/2024.
Dalam keterangannya pada media ditemani RW dan istrinya, Kholipah menolak tudingan tersebut dan mengungkap fakta bahwa rumah itu juga merupakan tempat tinggalnya bersama suaminya, Hendra, yang diduga berselingkuh dan main judi online selama ia bekerja di luar negeri. Karena dirinya juga masuk dalam daftar Kartu Keluarga di rumah tersebut.
Dikisahkan, Kholipah pulang ke Indonesia pada 29 November 2024 dengan kondisi rumah tangganya di ujung tanduk. Ia mendengar kabar bahwa suaminya berselingkuh dan main judi online bahkan berencana menikahi wanita lain. Merasa dikhianati setelah bertahun-tahun bekerja keras di luar negeri, ia memutuskan untuk bercerai dan mengambil barang-barang miliknya dari rumah yang pernah ia tempati.
“Saya kerja di luar negeri capek, tapi semuanya habis digunakan suami untuk hobby barunya Judi online dan juga selingkuhannya," keluh Kholipah yang mengaku dirinya menderita sakit kanker kronis dengan asumsi hidup hanya sampai 3 tahun.
"Saat saya pulang, saya sudah konfirmasi ke suami bahwa saya akan datang pada tanggal 30 November. Saya juga katakan bahwa saya akan ambil barang-barang. Saat itu bakda Dhuhur saya mengambil barang-barang saya. Tapi ternyata saat saya buka pakai kunci RUMAH tidak bisa dibuka, rumahnya dikunci dan dipalang kayu, menurut saya berarti sudah ada niat dari mereka untuk menghalangi saya masuk,” ungkap Kholipah.
Karena tidak bisa masuk, ia meminta bantuan keponakannya, Muhammad Adi Setyawan dan beberapa orang yang ia bayar untuk membantu mendobrak dan mengambil barang-barangnya. Barang yang diambil antara lain sound system, speaker, serta sepeda motor trail yang sudah diletakkan di luar rumah.
"Sepertinya barang-barang itu sudah siap akan diangkut untuk disembunyikan ke tempat lain," urai Kholipah.
Berlanjut, saat masuk ke dalam rumah, ia mendapati beberapa barang berharganya telah hilang, termasuk empat sepeda motor lain, sertifikat tanah, Surat Jual beli sawah, BPKB Mobil, semua BPKB sepeda motor, serta buku tabungan miliknya, dan perhiasan mahar nikah berupa kalung 10 gram, juga uang tabungan anak Kholipah yang dititipkan Hendra dan KTP Kholipah.
Tak mendapat yang diinginkan, maka dia membawa apa apa yang menurutnya telah diusahakan ketika sedang bekerja ke luar negeri. Rumah dikunci dari luar seperti semula, dia pun pergi sesudah itu, tanpa mengunci pagar apalagi menggembok seperti tudingan laporan mertua ke polisi.j
Tudingan bahwa Kholipah membobol rumah dan mengambil barang-barang milik mertuanya dibantah keras olehnya. Ia menegaskan bahwa semua barang yang ia ambil adalah hasil jerih payahnya sendiri.
“Saya punya bukti pembelian barang-barang itu di teman-teman saya di Hong Kong, Taiwan juga Singapore. Jadi, laporan mereka ke polisi tidak benar. Kasus ini juga sudah dimediasi di desa pada 11 Desember lalu,” kata Kholipah.
Dalam mediasi tersebut, diputuskan bahwa Hendra harus mengembalikan barang-barang milik Kholipah yang disembunyikan dalam waktu tujuh hari. Selain itu, Hendra juga diminta mengembalikan uang sebesar Rp 750 juta, yang merupakan akumulasi dari hasil kerja Kholipah selama bertahun-tahun.
“Saya tidak menyuruh mertua keluar dari rumah tapi saya tidak mengizinkan anak mertua saya yaitu Hencon juga Hendra masuk rumah saya, karena saya sudah sakit hati dengan mereka, mertua keluar rumah mungkin mereka merasa malu karena anaknya berbuat seperti itu,” tambahnya.
Permasalahan semakin rumit ketika muncul sengketa mengenai kepemilikan rumah. Menurut Kholipah, rumah tersebut dibangun dari hasil jerih payahnya dan uangnya yang digunakan untuk renovasi pada tahun 2018 akhir/awal 2019. Saat ia masih bekerja di luar negeri, surat kepemilikan rumah diiming-imingkan akan dialihkan kepada suaminya dan dirinya.
"Waktu itu saya diminta ikut membiayai renovasi rumah oleh suami dan mertua, diiming-imingi nanti rumah akan dipindahkan atas nama saya dan suami," urainya.
“Saya bayar Rp 12 juta untuk urusan notaris, yang mana notaris itu adalah kenalan dari teman suami saya yaitu Cak Sulis, ternyata namanya atas nama suami saya Hendra dan ibunya Rianah, saya sendiri tidak ikut tanda tangan apa-apa yang mestinya saya ikut. Pernah ada wacana dipalsukan saja karena saya tidak ada, tapi saya tidak mau,” tutur Kholipah.
Terkait izin mengambil barang, Kholipah mengaku sudah menghubungi istri Ketua RW saat itu, Susi, karena Pak Iswandi tidak berada dirumah dan juga sudah menghubungi suaminya, Hendra. Namun, setelah kejadian, ia justru dilaporkan telah membobol rumah.
Istri Nova Ketua RW yang baru, Akmarina membenarkan bahwa ada laporan dari warga sekitar saat kejadian.
“Tetangga saya, Su’ar, datang ke rumah dan bilang bahwa rumah Bu Nah (Rianah) sedang diambil barangnya oleh Kholipah. Saya lalu menghubungi Hendra, dan dia hanya meminta agar barang-barangnya difoto dan dilaporkan ke RW,” jelas Akmarina.
Namun, ia mempertanyakan mengapa dalam laporan ke polisi, namanya dan suaminya Laporan seorang mertua ke Polres Kepanjen yang menyebut rumahnya telah dibobol menantu perempuan berujung terkuaknya sengketa rumah tangga dalam keluarga tersebut.
Kholipah, mantan Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang baru pulang dari Singaporem,m (sebelumnya pada 2016-2024 sebelum menikah dengan saudara Hendra, sudah menjadi TKI di Taiwan juga HK dan Singapore dari 2006-2024) meradang dirinya diberitakan telah membobol rumah mertuanya apalagi sampai dilaporkan ke polisi, Senin, 17/2/2024.
Dalam keterangannya pada media ditemani RW dan istrinya, Kholipah menolak tudingan tersebut dan mengungkap fakta bahwa rumah itu juga merupakan tempat tinggalnya bersama suaminya, Hendra, yang diduga berselingkuh dan main j..mmm dirinya juga masuk dalam daftar Kartu Keluarga di rumah tersebut.
Dikisahkan, Kholipah pulang ke Indonesia pada 29 November 2024 dengan kondisi rumah tangganya di ujung tanduk. Ia mendengar kabar bahwa suaminya berselingkuh dan main judi online bahkan berencana menikahi wanita lain. Merasa dikhianati setelah bertahun-tahun bekerja keras di luar negeri, ia memutuskan untuk bercerai dan mengambil barang-barang miliknya dari rumah yang pernah ia tempati.
“Saya kerja di luar negeri capek, tapi semuanya habis digunakan suami untuk hobby barunya Judi online dan juga selingkuhannya," keluh Kholipah yang mengaku dirinya menderita sakit kanker kronis dengan asumsi hidup hanya sampai 3 tahun.
"Saat saya pulang, saya sudah konfirmasi ke suami bahwa saya akan datang pada tanggal 30 November. Saya juga katakan bahwa saya akan ambil barang-barang. Saat itu bakda Dhuhur saya mengambil barang-barang saya. Tapi ternyata saat saya buka pakai kunci RUMAH tidak bisa dibuka, rumahnya dikunci dan dipalang kayu, menurut saya berarti sudah ada niat dari mereka untuk menghalangi saya masuk,” ungkap Kholipah.
Karena tidak bisa masuk, ia meminta bantuan keponakannya, Muhammad Adi Setyawan dan beberapa orang yang ia bayar untuk membantu mendobrak dan mengambil barang-barangnya. Barang yang diambil antara lain sound system, speaker, serta sepeda motor trail yang sudah diletakkan di luar rumah.
"Sepertinya barang-barang itu sudah siap akan diangkut untuk disembunyikan ke tempat lain," urai Kholipah.
Berlanjut, saat masuk ke dalam rumah, ia mendapati beberapa barang berharganya telah hilang, termasuk empat sepeda motor lain, sertifikat tanah, Surat Jual beli sawah, BPKB Mobil, semua BPKB sepeda motor, serta buku tabungan miliknya, dan perhiasan mahar nikah berupa kalung 10 gram, juga uang tabungan anak Kholipah yang dititipkan Hendra dan KTP Kholipah.
Tak mendapat yang diinginkan, maka dia membawa apa apa yang menurutnya telah diusahakan ketika sedang bekerja ke luar negeri. Rumah dikunci dari luar seperti semula, dia pun pergi sesudah itu, tanpa mengunci pagar apalagi menggembok seperti tudingan laporan mertua ke polisi.
Tudingan bahwa Kholipah membobol rumah dan mengambil barang-barang milik mertuanya dibantah keras olehnya. Ia menegaskan bahwa semua barang yang ia ambil adalah hasil jerih payahnya sendiri.
“Saya punya bukti pembelian barang-barang itu di teman-teman saya di Hong Kong, Taiwan juga Singapore. Jadi, laporan mereka ke polisi tidak benar. Kasus ini juga sudah dimediasi di desa pada 11 Desember lalu,” kata Kholipah.
Dalam mediasi tersebut, diputuskan bahwa Hendra harus mengembalikan barang-barang milik Kholipah yang disembunyikan dalam waktu tujuh hari. Selain itu, Hendra juga diminta mengembalikan uang sebesar Rp 750 juta, yang merupakan akumulasi dari hasil kerja Kholipah selama bertahun-tahun.
“Saya tidak menyuruh mertua keluar dari rumah tapi saya tidak mengizinkan anak mertua saya yaitu Hencon juga Hendra masuk rumah saya, karena saya sudah sakit hati dengan mereka, mertua keluar rumah mungkin mereka merasa malu karena anaknya berbuat seperti itu,” tambahnya.
Permasalahan semakin rumit ketika muncul sengketa mengenai kepemilikan rumah. Menurut Kholipah, rumah tersebut dibangun dari hasil jerih payahnya dan uangnya yang digunakan untuk renovasi pada tahun 2018 akhir/awal 2019. Saat ia masih bekerja di luar negeri, surat kepemilikan rumah diiming-imingkan akan dialihkan kepada suaminya dan dirinya.
"Waktu itu saya diminta ikut membiayai renovasi rumah oleh suami dan mertua, diiming-imingi nanti rumah akan dipindahkan atas nama saya dan suami," urainya.
“Saya bayar Rp 12 juta untuk urusan notaris, yang mana notaris itu adalah kenalan dari teman suami saya yaitu Cak Sulis, ternyata namanya atas nama suami saya Hendra dan ibunya Rianah, saya sendiri tidak ikut tanda tangan apa-apa yang mestinya saya ikut. Pernah ada wacana dipalsukan saja karena saya tidak ada, tapi saya tidak mau,” tutur Kholipah.
Terkait izin mengambil barang, Kholipah mengaku sudah menghubungi istri Ketua RW saat itu, Susi, karena Pak Iswandi tidak berada dirumah dan juga sudah menghubungi suaminya, Hendra. Namun, setelah kejadian, ia justru dilaporkan telah membobol rumah.
![]() |
Istri Nova Ketua RW yang baru, Akmarina membenarkan bahwa ada laporan dari warga sekitar saat kejadian. |
“Tetangga saya, Su’ar, datang ke rumah dan bilang bahwa rumah Bu Nah (Rianah) sedang diambil barangnya oleh Kholipah. Saya lalu menghubungi Hendra, dan dia hanya meminta agar barang-barangnya difoto dan dilaporkan ke RW,” jelas Akmarina.
Namun, ia mempertanyakan mengapa dalam laporan ke polisi, namanya dan suaminya dicantumkan, sedangkan saksi lain seperti Su’ar dan Ketua RW sebelumnya, Iswandi, tidak dicantumkan.
Dalam hal ini pun Kholipah mengaku tidak tahu jika dirinya dilaporkan ke polisi atas dugaan penjarahan rumah mertua, dia tahunya dari media online yang memberitakan sehingga dia juga mengklarifikasi hal ini untuk memberikan hak jawab atas tudingan padanya melalui JatimSatuNews yang telah memberitakan kejadian pelaporan mertuanya ke Polres.
"Setelah mediasi di desa tanggal 11 Desember, dalam waktu seminggu tanggal 17 Desember saya meminta bantuan Pak Nova, RW baru, juga Ricky, RT baru, untuk mengantar ke Turen. Tepatnya ke rumah Hencon dengan tujuan menanyakan keberadaan sertifikat rumah. Apakah disimpan mertua? Karena takutnya dimasukan pinjaman bank oleh Hendra. Saya tidak ada niat meminta paksa sertifikat rumah tersebut seperti yang mertua tuturkan di berita. Saya juga baik-baik minta mertua untuk menghubungi Hendra, anaknya, agar mau bertanggung jawab sesuai tuntutan kesepakatan di desa tapi mertua tidak ada respon sama sekali. Sehingga, membuat saya emosi. Berujung pertengkaran mulut antara saya dan Hencon. Hencon juga berusaha mau memukul saya tapi dihalangi oleh RT di sana dan istrinya, Merga. Akhirnya, saya pergi dengan rasa kecewa," jelas Kholipah.
Hingga saat ini, kasus ini masih dalam proses dan belum ada tindak lanjut dari pihak kepolisian terkait laporan yang dibuat oleh Rianah yang dalam hal ini adalah ibu kandung Hendra. Ans