Tentunya, metode ini sudah diterapkan oleh para pendahulu kita, maka tidak lain dan tidak bukan sudah teruji dan ikut memberikan dampak bagi dunia pendidikan khususnya di Indonesia. Kali ini penulis akan artikel mengenai bagaimana santri/ peserta didik mengalami Efikasi Diri didalam konsep metode pendidikan pesantren.
Secara khusus, pondok pesantren memang memiliki basis keilmuan dalam bidang agama yang lebih masif, sebab pendekatan ilmu agama akan lebih terserap jika long-education meski dalam kerangka yang lebih singkat. Artinya dalam pondok pesantren, siswa atau santri belajar sekaligus menerapkan ilmunya secara langsung mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, bahkan didalam tidurnya santri harus pula dengan ilmu.
Seperti yang dikatakan oleh salahsatu wali santri yang sekaligus sebagai Wakil Dekan Fakultas Vokasi Universitas Negeri Malang, Dr. Ely Siswanto, S.Sos., M.M bahwa dalam rangka menjamin kebutuhan ilmu agama putranya, ia lebih memilih pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan untuk anaknya, meski begitu ia percaya bahwa pondok pesantren mampu bersaing dalam disiplin ilmu lain selain agama yang tidak kalah dengan sekolah formal non pondok pesantren.
"Kita memang ingin apa putra kita ini di samping memiliki kemampuan ilmu umum ilmu atau formal tapi ilmu agama itu menjadi pondasi utama sehingga kami memiliiki Al-Rifa'ie ini karena dari sisi konten keilmuan agama luar biasa karena pesantren itu memang basisnya ilmu agama tapi ilmu umumnya Insyaallah tidak kalah dengan apa sekolah-sekolah yang lain itu diantaranya apa alasan kita" ujar Ely.
Disadari atau tidak bahwa Waldorf Education milik Rudolf Steiner juga disisipkan dalam konsep pendidikan pondok pesantren, sebagian orang modern juga menganggapnya sistem Boarding School. Hal yang menarik lainnya adalah ketika berada dipondok pesantren Character Building sudah menjadi keharusan dimana siswa atau santri memiliki jati diri sesuai potensi, porsi dan proporsinya masing-masing.
"Disamping itu agar anak-anak memiliki apa kompetensi keilmuan juga memiliki apa kemandirian ketika dia mondok itu Insyaallah dia akan punya kemandirian yang baik nanti ke depannya untuk masa depan anak" terang Ely.
Dalam kata lain, potensi anak memang beragam. Tak ada anak yang tidak memiliki prestasi, yang ada hanya guru yang tak mampu menumbuhkan potensi setiap anak, untuk itu menjadi guru adalah siap belajar seumur hidup dan siap menjadi murid seumur hidup.
"Saya rasa setiap anak memiliki potensi masing-masing ya perlu digali kaya Fahim ini Insyaallah punya potensi apa misalkan tilawah ini kita berharap nanti apa pesantren ini maupun sekolah bisa menggali semaksimal mungkin yang miliki anak agar bisa memiliki prestasi yang lebih baik lagi ya itu harapan kita" Pungkas Ely.
Itulah pendapat Dr. Ely Siswanto mengenai Pondok Modern Al-Rifa'ie Gondanglegi - Malang. Ayo bergabung bersama kami dan percayakan masa depan anak anda.