Pasang iklan disini

 

Suara Hati Guru di Tengah Ancaman Hukum

Admin JSN
31 Januari 2025 | 20.46 WIB Last Updated 2025-01-31T15:02:48Z

 

cr: pinterest

ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM - Sebagai seorang guru, saya selalu percaya bahwa pendidikan adalah jalan untuk menciptakan generasi yang lebih baik. Setiap hari, saya datang ke kelas dengan niat tulus untuk membimbing anak-anak ini menjadi manusia yang berakhlak, cerdas, dan mandiri. Namun, belakangan ini, ada sesuatu yang mengganggu hati saya. Bukan soal kurikulum yang terus berubah atau tuntutan administrasi yang semakin berat, melainkan bayang-bayang ancaman hukum yang terasa semakin dekat.

Sebagai seorang guru, saya sering bertanya-tanya, kapan profesi yang mulia ini mulai berubah menjadi ladang penuh ketidakpastian? Dulu, menjadi guru adalah sebuah kebanggaan, bukan hanya karena ilmu yang diajarkan, tetapi juga karena rasa hormat yang diberikan masyarakat. Namun, kini suasana itu perlahan memudar, digantikan oleh rasa was-was yang menghantui setiap langkah. Setiap keputusan, setiap kata, bahkan setiap sentuhan yang dimaksudkan untuk mendidik, bisa menjadi bumerang yang menyeret kami ke meja hijau.

Saya masih ingat betul bagaimana dulu, orang tua dan guru berdiri di sisi yang sama, bahu-membahu untuk membentuk generasi yang lebih baik. Tetapi sekarang, segalanya berubah. Ada ketakutan yang terus mengintai, bahwa tindakan saya untuk mendisiplinkan siswa, yang sejatinya bertujuan mendidik, dapat dianggap melanggar hukum. Sebagai manusia biasa, saya tidak luput dari kesalahan, tetapi rasanya tidak adil ketika niat baik kami sering disalahartikan, bahkan berujung pada kriminalisasi.

Setiap hari, saya berhadapan dengan puluhan siswa, masing-masing membawa karakter, latar belakang, dan tantangan yang berbeda. Tugas saya tidak hanya mengajarkan pelajaran, tetapi juga membentuk karakter mereka. Namun, di tengah harapan itu, ada bayang-bayang ketakutan yang terus membayangi: apakah tindakan saya akan disalahartikan? Apakah ada orang tua yang akan merasa tidak puas dan memilih jalur hukum tanpa mencoba memahami maksud sebenarnya? Beban mental ini perlahan menjadi bagian dari rutinitas saya.

Hukum memang penting untuk melindungi hak-hak anak, tetapi bagaimana dengan perlindungan untuk kami, para guru? Kami juga manusia, yang bekerja keras untuk memberikan yang terbaik, sering kali dengan sumber daya yang terbatas. Namun, ketika hukum lebih sering berpihak pada mereka yang mengadukan daripada mereka yang mendidik, rasanya seperti kami kehilangan tempat berpijak. Apakah kami masih bisa mendidik dengan hati tanpa rasa takut?


Dalam hati, saya sering bertanya: apakah masyarakat masih percaya pada guru? Saya rindu saat di mana orang tua datang ke sekolah untuk berdiskusi, bukan untuk mencari-cari kesalahan. Saya rindu saat di mana kata-kata kami dihormati, bukan diragukan. Saya ingin kembali ke masa di mana pendidikan adalah kerja sama, bukan ajang saling menyalahkan.

Sebagai guru, saya hanya berharap, mari kita kembalikan kepercayaan dan rasa hormat yang pernah ada. Mari kita jadikan hukum sebagai pelindung, bukan ancaman. Saya percaya, dengan dialog yang baik dan saling pengertian, kita bisa menciptakan lingkungan yang aman, tidak hanya bagi siswa, tetapi juga bagi kami, para pendidik yang selalu berusaha memberikan yang terbaik. Sebab, tanpa rasa aman, bagaimana kami bisa mendidik dengan sepenuh hati?


---


Nama                           : Ariyani Fajar Apriliana

Asal Madrasah            : MTsN 4 Malang

Guru                            : Bahasa Inggris


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Suara Hati Guru di Tengah Ancaman Hukum

Trending Now