Pasang iklan disini

 

Prof. Dr. Wahyu Wibowo: Menelusuri Imaji Liar dalam Puisi Memukau Karya Pulo Lasman Simanjuntak

Admin JSN
08 Januari 2025 | 09.18 WIB Last Updated 2025-01-08T02:18:32Z

 

Puisi-puisi karya Pulo Lasman Simanjuntak penuh dengan teknik pembentukan imaji liar

JAKARTA|JATIMSATUNEWS.COM – Pulo Lasman Simanjuntak, seorang penyair yang telah lama menggeluti dunia sastra, kembali mencuri perhatian para pecinta puisi. 

Prof. Dr. Wahyu Wibowo, Dosen Mata Kuliah Bahasa Filsafat di Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, mengungkapkan bahwa karya-karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak penuh dengan teknik pembentukan imaji liar.

“Maksud ‘liar’ di sini merujuk pada penggunaan diksi yang dianggap tidak umum. Sebagai contoh, pemilihan kata ‘janin’ untuk menggambarkan bahwa janin tersebut lahir dari pecahan rahim rembulan menciptakan imaji liar yang unik,” ungkap Prof. Wahyu Wibowo di Jakarta, Selasa (7/1/2025).

Menurutnya, penggunaan kata-kata yang menciptakan imaji liar membuat makna puisi menjadi ambigu, memaksa pembaca untuk merenungi dan menemukan makna yang sebenarnya.

Puisi karya Pulo Lasman Simanjuntak kaya dengan berbagai bentuk dan warna.Sepanjang kariernya, telah tekun mengusung gaya ini dalam setiap karyanya. 

Salah satu bait puisinya, “Kuburan berbatu-batu disinari matahari murtad”, menjadi contoh nyata dari pendekatan imaji liar yang diusungnya.

Sebelumnya ketika dihubungi di kediamannya pada Minggu malam ( 5/1/2025) Prof.Dr.Wahyu Wibowo mengatakan dalam proses kreativitasnya, Pulo Lasman Simanjuntak cenderung bergulat dalam sepinya.

"Manusia sepi yang tak hentinya berefleksi tentang hidupnya," ujar penyair yang telah menulis 50 judul buku ini.

"Yang mesti dibaca dalam rangka menonjolkan refleksinya dari ihwal yang ditangkap oleh panca inderanya," katanya lagi.

Itu sebabnya-lanjut Prof.Dr.Wahyu Wibowo- Penyair Pulo Lasman Simanjuntak bisa amat produktif menulis puisi sampai sekarang ini.

"Tanpa peduli apakah pembacanya bisa mencernanya dengan mudah," ucap pria kelahiran Kampung Serdang, Kemayoran, Jakarta Pusat, 8 Maret 1957 ini.

 Ketidakpeduliannya itu mohon dibaca tidak dalam rangka meraih "litentia poetica", sebagaimana kerap dituduhkan orang jika hendak membela seorang penyair yang puisinyanya "tidak berbicara apa-apa".

"Pada puisi Pulo Lasman Simanjuntak tetap saja terlihat dengan jelas betapa ia hendak mengatakan sesuatu, betapapun ia harus terengah-engah mengatakannya," kilahnya.

Pada puisinya berjudul, "Ulang Tahun Membaca Suara Tuhan", sebagai contoh, Pulo Lasman Simanjuntak kentara menegaskan bahwa lelah hidupnya ternyata tidak membuatnya diundang pada "mimpi purbanya" tentang eksistensi Tuhan. 

Ia selalu merasa "terjebak dalam sebuah permukiman liar", yang selalu dibanjiri air mata. Ia selalu berharap bahwa ia memang mesti selalu bergerak dalam kesakitan panjang, sementara usia terus saja beranjak.

"Pilu memang membaca puisi karya Pulo Lasman Simanjuntak. Dan, kepiluan itu melalui daya perlokutif tertentu mampu bersifat universal. Lasman Simanjuntak memang manusia sepi yang tak hentinya berefleksi tentang hidupnya," pungkasnya.

Ibarat Berada di Kebun Apel 

“Ibarat berada di kebun apel, Pulo Lasman Simanjuntak memetik apel-apel dengan bahagia dan riang, lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Begitu apel-apel itu berada di keranjangnya, semua orang akan sepakat bahwa itu adalah apel hasil petikan Pulo Lasman Simanjuntak,” kata penyair dan sastrawan, Herman Syahara di Jakarta, belum lama ini

Dalam pandangan Herman, setiap puisi Pulo Lasman Simanjuntak seperti berbagai macam apel dengan berbagai warna, ukuran, dan bentuk. Perlakuan unik terhadap diksi menciptakan puisi yang sarat dengan majas-majas rapat dan rimbun.

Namun, perlu dicatat bahwa Pulo Lasman Simanjuntak- selain sebagai seorang rohaniawan yang mengenal podium dan jemaat- juga merupakan seorang jurnalis berpengalaman. 

Kombinasi antara keahlian jurnalistik dan pengkhotbahannya terlihat jelas dalam setiap puisi yang dihasilkannya.

Penyair Nanang R Supriyatin juga memberikan apresiasi terhadap karya Pulo Lasman Simanjuntak. 

Menurutnya, diksi dan tema yang diusung menciptakan inspirasi bagi pembaca.

“Narasinya dan estetika harus dibangun terus. Diksi dan tema dalam puisi Pulo Lasman Simanjuntak sudah terbangun sangat kuat,” ujar Nanang R Supriyatin.

Dengan keunikan gaya dan imaji liar dalam puisinya, terus mengukir jejaknya di dunia sastra Indonesia. 

"Karya-karyanya menjadi sumber inspirasi bagi pembaca yang ingin menikmati keindahan kata-kata yang tak terduga," pungkasnya.

"Puisi karya Penyair Pulo Lasman Simanjuntak dengan imaji-imaji dan kelebat yang liar ini perlu kita kaji dan teliti bersama," ucap Penyair dan Sastrawan D.Zawawi Imron yang ditulisnya dalam WhatsApp Group Sastra Semesta (SS) di Jakarta, belum lama ini.

"Karya puisinya kental bernada surrealis ini bisa (mungkin) menjadi penyegar. Eksprimen-eksprimen kreatif perlu dilakukan, karena zaman makin melaju ke masa depan," ujar Penyair dan Sastrawan D.Zawawi Imron, kelahiran 1 Januari 1945, mulai terkenal dalam percaturan sastra Indonesia sejak TEMU PENYAIR 10 KOTA di Taman Ismail Marzuki tahun 1982.

Sementara Penyair, dan Sastrawan dari Kota Palembang , Sumatera Selatan, Anto Narasoma, berkomentar terhadap beberapa karya puisi Pulo Lasman Simanjuntak.

“Wah, secara estetik, puisimu begitu kuat Bang Lasman Simanjuntak.Secara semiotik, pemaparan nilai di dalamnya begitu matang," katanya.

“Iya. Itulah kandungan jiwa yang sarat estetika sastra. Apabila melihat fokus ide yang ditangkap, ia akan menjadi karya yang bernas dan kaya estetik," katanya lagi.

Sedangkan Penyair dan Cerpenis Humam D Chudori berkomentar singkat pemilihan diksi oleh Penyair Pulo Lasman Simanjuntak dalam karya puisi-nya sungguh luar biasa. 

"Menggunakan metafora yang tepat," selanya.

"Puisi-puisi Bang Lasman Simanjuntak memiliki kekhasan pilihan frase dan diksi yang unik, otonom, membuat puisinya berkarakter," pungkas Doddi Ahmad Fauzi, Penyair yang juga mantan Redaktur Sastra Harian Umum Media Indonesia. (**)

Kontributor: Eykel Lasflorest

Prof. Dr. Wahyu Wibowo Dosen Mata Kuliah Bahasa Filsafat pada Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional, Jakarta. (Foto : Ist/Kir/Lasman Simanjuntak)





Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Prof. Dr. Wahyu Wibowo: Menelusuri Imaji Liar dalam Puisi Memukau Karya Pulo Lasman Simanjuntak

Trending Now