Pasang iklan disini

 

Pakar Biologi UB, Sutiman Bambang Sumitro Sebut Indonesia Belum Sepenuhnya Jadi Negara Industri

Admin JSN
07 Januari 2025 | 13.07 WIB Last Updated 2025-01-07T06:16:45Z
Pakar Biologi UB, Profesor Sutiman Bambang Sumitro ungkap kondisi Indonesia saat masih belum menjadi negara industri./dokpri untuk JSN

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Pakar Biologi Universitas Brawijaya (UB), Prof. Drs. Sutiman Bambang Sumitro, SU., D.Sc., memberikan pendapatnya tentang kondisi Indonesia dewasa ini.

Menurutnya, Indonesia belum dapat dikatakan sebagai negara industri. Ini diungkapkan usai mengikuti sidang pleno terbuka Majelis Wali Amanat (MWA) UB pada Minggu (5/1).

Dosen Biologi UB ini memberikan patokan paling mudah dilihat yakni, banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Artinya, mereka belum terserap di dalam dunia kerja.

"Permasalahan kita justru banyaknya pengangguran di perguruan tinggi. Mereka dipersiapkan sebagai penggerak perekonomian, untuk menjadi pemikir, perancang, penggagas, paling tidak adalah sebagai analis. Sepertinya berkaitan dengan posisi Indonesia yang belum banyak industri yang menyambungkan ranah hulu sampai ke hilir. Beda dengan lulusan SD, SMP atau SMA, yang saat ini lebih mudah memperoleh pekerjaaan," ungkap Profesor Sutiman, seperti yang diterima JSN.

Menurutnya, Indonesia masih sebagai negara pasar, khususnya untuk industri-industri tertentu seperti bidang farmasi dan kesehatan secara umum.

Sutiman berharap, pemerintah Indonesia bisa memberi solusi terkait hal ini. Dia mencontohkan Tiongkok (China) yang sedang terus mengejar ketertinggalan dari Amerika Serikat dalam bersaing merebut industri pasar dunia.

"Negara Cina itu mengejar Amerika (AS), di dalam perkembangan teknologi, sains terapannya. Nah, ini hanya bisa dilakukan kalau ada hubungan kerja yang bagus, antara perguruan tinggi dan industri," jelasnya.

Dia mengaku sebagai akademisi masih memiliki persoalan yakni tidak semua produk riset yang telah dipatenkannya masuk ke sistem industri.

Bahkan, ada juga beberapa paten yang sudah dibeli dan dilakukan riset transformasinya berupa kajian 'cost and benefit' sampai sekarang belum sampai ke pasar.

"Paten yang ada rasanya kayak dipateni (dimatikan). Berhenti menjadi dokumen untuk kinerja naik pangkat saja, dan akhirnya menjadi tumpukan dokumen yang tidak terimplementasikan," imbuhnya.

Guna mengatasi kondisi yang ada, Sutiman bersama beberapa kolega akademik maupun non-akademik, mencoba mengembangkan riset berbasis komunitas.

Mereka mendirikan Lembaga penelitian, Institut Molekul Indonesia, yang bekerjasama dengan paguyuban seminat bernama Reverse Aging & Homeostasis Club.

Mereka merupakan penerima manfaat hasil riset sekaligus juga penyumbang dananya. Kepuasan mereka, anggota klub, terhadap hasil riset ini adalah jaminan keberlanjutan program risetnya.

Menurutnya, anggota klub kini makin banyak sehingga memungkinkan melakukan trial fase tiga, selepas kajian in siliko, maupun in vivo dengan hewan coba, serta trial terbatas pada puluhan relawan.

"Saya mengembangkan metode peningkatan kualitas hidup untuk memperbaiki suplai gas-gas essential dalam bentuk gelembung nano ukuran 60-80 nanometer. Gas-gas tersebut memiliki posisi penting dalam sistem penyelenggaraan energi dan gasotransmitter, dan sebetulnya merupakan gas-gas yang normal ada di dalam tubuh manusia. Tetapi mengalami masalah ketika seseorang menjadi menua atau ada penyakit-penyakit degeneratif," bebernya.

Jenis-jenis penyakit ini merupakan fenomena kompleks yang perlu dipikirkan untuk diatasi tidak dengan sekadar dianalisis, namun juga didekati secara komprehensif.

Pada idiom Bahasa inggris dikenal dengan 'killing two birds with one stone'. Yaitu, menyelesaikan masalah kompleks dengan satu tindakan.

Data BPS yang menyebutkan harapan hidup di Indonesia adalah 72,6 tahun, sayang sekali di jalanan, atau di tempat-tempat umum relatif sangan sedikit dijumpai mereka yang berusia 60 tahun ke atas.

Ini artinya, mereka tinggal di rumah, dan sangat boleh jadi menjadi beban keluarga karena permasalahan kualitas kesehatan tubuh dan mentalnya. Umumnya pada usia ini mereka menderita penyakit degeneratif.

"Seperti kanker, stroke, Alzheimer, gagal ginjal, hepatitis, Spasmofilia, Miastenia, autism, Lumpuh otak (cerebral palsy), dan down syndrom," jelasnya.

Adapun pembeberan ini dilakukan Sutiman kepada awak media usai mengikuti sidang pleno terbuka MWA UB di gedung Samantha Krida Universitas Brawijaya Malang, pada akhir pekan (5/1) lalu. ***

Editor: YAN

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pakar Biologi UB, Sutiman Bambang Sumitro Sebut Indonesia Belum Sepenuhnya Jadi Negara Industri

Trending Now