Pasang iklan disini

 

Menyambut 2025 dengan PPN 12%: Apakah Ini Awal dari Pemulihan atau Krisis Baru?

Admin JSN
01 Januari 2025 | 10.50 WIB Last Updated 2025-01-01T07:26:24Z

 

Source: https://nawacitapost.com

PPN naik jadi 12% di 2025. Beban rakyat atau peluang pembangunan? Semua tergantung pada bagaimana pemerintah mengelola kebijakan ini. Apakah masyarakat kecil akan tetap tertekan, atau kita akan melihat pertumbuhan yang lebih inklusif?

OPINI | JATIMSATUNEWS.COM - Pada 2025, Indonesia akan mengalami perubahan besar dalam sistem pajak, khususnya dengan naiknya tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10% menjadi 12%. Kenaikan tarif pajak ini merupakan bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara. Namun, kebijakan ini menimbulkan pertanyaan: apakah kebijakan ini akan membantu pemulihan ekonomi Indonesia atau justru memperburuk keadaan?

PPN adalah pajak yang dikenakan pada barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen. Dengan menaikkan tarif PPN, pemerintah berharap dapat mendapatkan lebih banyak uang dari pajak ini. Pendapatan pajak yang lebih besar akan digunakan untuk mendanai berbagai program pembangunan, seperti infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan program sosial lainnya.

Namun, meskipun tujuan kenaikan pajak ini untuk memperbaiki keuangan negara, kebijakan ini berpotensi meningkatkan harga barang dan jasa di pasaran. Ini tentu saja akan mempengaruhi masyarakat, terutama mereka yang sudah terbebani dengan inflasi dan biaya hidup yang tinggi.

Kenaikan PPN berarti harga barang dan jasa yang kita beli akan lebih mahal. Barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, bahan bakar, dan barang lainnya, akan mengalami kenaikan harga. Bagi masyarakat berpendapatan rendah dan menengah, ini bisa sangat memberatkan karena sebagian besar uang mereka digunakan untuk membeli barang-barang tersebut.

Meskipun pemerintah berencana memberikan bantuan sosial untuk meringankan beban masyarakat, seperti melalui Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan langsung tunai (BLT), bantuan ini sering kali tidak cukup untuk menutup kenaikan harga yang signifikan. Oleh karena itu, masyarakat yang sudah merasakan kesulitan ekonomi bisa semakin tertekan dengan kebijakan ini.

Source: https://retizen.republika.co.id

Sektor usaha, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), juga akan merasakan dampak dari kenaikan PPN. UMKM yang sudah kesulitan mengatur harga jual dan biaya operasional mereka akan semakin terbebani dengan adanya kenaikan pajak ini. Banyak pelaku UMKM mungkin akan kesulitan untuk menaikkan harga barang mereka karena takut kehilangan pelanggan. Sebaliknya, jika mereka tidak menaikkan harga, mereka harus menanggung biaya tambahan yang bisa merugikan usaha mereka.

Bagi UMKM yang belum memanfaatkan teknologi digital, mereka akan semakin kesulitan dalam beradaptasi dengan kebijakan ini. Oleh karena itu, pemerintah perlu memberikan dukungan bagi UMKM agar dapat bertransformasi digital, sehingga mereka dapat lebih efisien dan mengurangi biaya operasional.

Selain itu dari kalangan orang dengan pendapatan rendah dan menengah, kenaikan PPN menjadi beban tambahan yang sudah cukup berat akibat harga barang yang semakin mahal. Mereka khawatir harga barang kebutuhan pokok, seperti makanan dan bahan bakar, akan semakin naik, yang akan memperburuk daya beli mereka. Sebagian besar pengeluaran mereka memang untuk kebutuhan dasar ini, jadi kenaikan harga akan sangat terasa.

Ibu rumah tangga dan pekerja dengan upah rendah merasa khawatir, terutama karena harga barang yang sudah mahal akibat inflasi. Misalnya, beras, minyak goreng, dan sayuran, yang sudah naik, diperkirakan akan semakin mahal dengan kenaikan PPN. Masyarakat berpendapatan rendah merasa semakin terbebani, dan mereka mengeluh bahwa kebijakan ini lebih banyak memberatkan mereka, sementara orang kaya atau perusahaan besar mungkin tidak terlalu terpengaruh.

Meskipun ada banyak tantangan, kenaikan PPN juga bisa membawa dampak positif jika dikelola dengan baik. Pemerintah bisa menggunakan pendapatan tambahan dari pajak ini untuk membangun infrastruktur yang lebih baik, yang bisa menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemerintah juga bisa memperkuat sistem jaring pengaman sosial yang membantu masyarakat yang kesulitan.

Dengan perbaikan infrastruktur dan program sosial yang lebih baik, ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih stabil dan lebih inklusif, serta menarik lebih banyak investasi. Pada akhirnya, jika kebijakan ini berjalan dengan baik, kita bisa melihat perekonomian Indonesia yang lebih kuat dan lebih siap menghadapi tantangan di masa depan.

Kenaikan PPN ini memiliki dua kemungkinan. Di satu sisi, jika pemerintah bisa mengelola pendapatan tambahan dengan bijak dan menggunakan dana tersebut untuk meningkatkan infrastruktur serta mendukung masyarakat dan sektor usaha, ini bisa menjadi awal dari pemulihan ekonomi yang lebih baik. Namun, jika kebijakan ini hanya fokus pada penerimaan negara tanpa memperhatikan dampaknya pada masyarakat dan UMKM, maka kebijakan ini bisa memperburuk keadaan dan memperbesar kesenjangan sosial.

---

Rahma Anisa Fitri
Mahasiswa Universitas Airlangga

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menyambut 2025 dengan PPN 12%: Apakah Ini Awal dari Pemulihan atau Krisis Baru?

Trending Now