Pasang iklan disini

 

Kreasi Gantungan Tas Cantik di Desa Argosari Bersama STIE Malangkucecwara, Siap Jadi Komoditas Kerajinan Tangan di Masa Depan

Admin JSN
09 Januari 2025 | 18.19 WIB Last Updated 2025-01-09T12:12:15Z
Kreasi gantungan tas dari ibu-ibu PKK Desa Argosari, Jabung, Kabupaten Malang yang diprakarsai STIE Malangkucecwara./dok. JSN-ANS

MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Kemitraan STIE Malangkucecwara dengan Desa Argosari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang masih terjalin hingga saat ini.

Menariknya, kerja sama kedua belah pihak sudah terbangun sejak 2014.

Kini, pada 2025, hubungan positif keduanya kembali berjalan dengan pemberdayaan masyarakat Desa Argosari, terutama pada ibu-ibu PKK.

Seperti yang diunggah pada kanal YouTube resmi Jatim Satu News, Kamis (9/1), pihak STIE Malangkucecwara sedang menjalankan program kreativitas dan sosialisasi kewirausahaan kepada warga Argosari.

Terdapat empat dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Malang. Terdiri dari ketua program sekaligus Wakil Ketua 1 STIE Malang, Tutik Arniati.

Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Siti Munfaqiroh. Pelatih Kewirausahaan sekaligus Kepala PSDM dan Umum, Yuyuk Liana, dan Sekretaris Pusat Pengembangan Karier, Rina Irawati.

Munfaqiroh, mahasiswi, Kades Arifin, Tutik Arniati, Yuyuk Liana, Rina Irawati, dan mahasiswa STIE Malangkucecwara.

Mereka diikuti dua mahasiswa putra dan putri semester 1 untuk ikut serta dalam sosialisasi kreativitas kerajinan tangan dan kewirausahaan kepada masyarakat Argosari yang dipimpin Kepala Desa, Arifin.

"Pelaksanaan ini sebagai kerja sama kampus kami dengan Desa Argosari. Kesepakatannya atau MoU-nya bahwa kami bermitra hingga 3 tahun, dan biasanya diperbarui lagi. Kami di sini sudah sejak 2014," ungkap Tutik Arniati, kepada JSN.

Kades Arifin pun membenarkan bahwa kerja sama desanya dengan ABM--sebutan lain STIE Malangkucecwara--sudah terjalin pada 2014.

"Kerja sama sudah lama, dan saya senang sekali dengan tujuan Bu Tutik terhadap pemberdayaan di desa kami. Sejak 2014 sudah banyak sekali yang diberikan ke desa kami," tutur Arifin.

Dia mencontohkan pada 2022 lalu, pihak kampus turut membantu anak-anak sekolah dasar di Argosari untuk memiliki rak sepatu hingga rak buku.

"Jadi, saya selaku kepala desa Argosari mengucapkan banyak terima kasih kepada ABM. Semoga sukses selalu," imbuhnya.

Tutik juga menjelaskan kegiatan yang sedang dilaksanakan adalah program pengembangan kreativitas dari pembuatan tas, pembuatan gantungan kunci, gantungan tas, dan materi membangun kewirausahaan serta penentuan kerja.

"Seperti, bagaimana kita sebagai perajin atau produsen dapat menentukan harga. Karena, di masyarakat kita kadang dalam menentukan harga masih suka berpatokan pada 'pokoke' sudah lebih naik dari modal yang dikeluarkan maka sudah diberikan. Padahal, ada komponen lain yang sebenarnya harus dimasukkan dalam penentuan harga seperti tenaga atau jasa pembuatan," beber Tutik.

Dari pihak mahasiswa, mereka mengaku mendapat ilmu baru dari implementasi hubungan antara kreativitas dengan kewirausahaan.

"Saya sebelumnya hanya pernah belajar kerajinan tangan saat sekolah tetapi tidak sampai seperti yang dipraktikkan tadi di masyarakat desa Argosari," ujar mahasiswi akuntansi STIE Malang.

Mahasiswi tersebut juga memuji antusiasme masyarakat Argosari yang menurutnya sangat aktif ketika ada kreasi baru yang dikenalkan ke mereka.

Seperti yang dijelaskan Tutik, kegiatan yang sedang dilakukan ABM ke masyarakat Argosari juga untuk memberi kesadaran terhadap nilai kerajinan tangan yang sejatinya dapat menjadi ladang pemasukan alias cuan.

"Jadi kegiatan ini untuk ibu-ibu agar bisa mempunyai inovasi baru untuk mengembangkan kewirausahaannya," sambungnya.

Apa yang disampaikan mahasiswi ini juga disetujui koleganya. Menurut mahasiswa tersebut, di STIE dapat mempelajari ilmu manajemen yang lebih dalam dan praktiknya juga bagus untuk menambah pengalaman kepada mahasiswa seperti dirinya.

Dosen manajemen, Yuyuk Liana turut menambahkan fakta menarik bahwa di desa ini memiliki Bu Lurah yang serbabisa alias multitasking, baik dalam mendorong kreativitas warganya maupun dalam hal manajemen keuangan warganya.

"Pokoknya Bu Lurah keterampilan apa saja bisa semua, termasuk manajemen keuangan untuk program pemberdayaan ini," seru Yuyuk yang disambut tawa riang para dosen dan mahasiswa serta senyum tersipu dari Kades Arifin.

Pernyataan Yuyuk pun diamini Rina Irawati yang turut mengawal pelaksanaan ini.

Munfaqiroh di tengah ibu-ibu PKK Desa Argosari yang sedang membuat gantungan tas./dok. JSN-ANS

Beralih ke lokasi praktik pembuatan gantungan tas, banyak ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Argosari.

Salah satu peserta kerajinan tangan, Tuti, menjelaskan bahwa agenda bulan ini (Januari) adalah membuat gantungan tas.

Saat ini, yang lebih dulu dipraktikkan adalah membuat gantungan tas pada tas jenis anyaman.

Tas anyaman dihargai 40 ribu rupiah dan gantungan tasnya seharga 10 ribu rupiah. Maka, secara total harga tas anyaman yang dibuat ibu-ibu PKK Argosari yakni Rp 50 ribu.

Sedangkan, untuk gantungan tas premium dibanderol 20 ribu. Pembuatan gantungan tas premium akan menjadi langkah berikutnya jika sudah bisa membuat gantungan tas reguler.

"Saat ini sudah ada banyak UMKM di desa Argosari, salah satu produk yang sudah dijual adalah tas anyaman ini. Namun, stoknya masih terbatas. Maka, bulan depan mulai beralih ke pembuatan tas ini," jelas Tuti.

Dia mengaku sudah bisa menjahit anyaman untuk pembuatan tas dan gantungannya karena pada bulan sebelumnya ada program menyulam taplak meja. "Diajari Bu Lurah," ujarnya.

Kemudian, untuk ide pembuatan ornamennya, dirinya mengaku mencari inspirasi sendiri. Maklum dewasa ini akses informasi terkait kreasi kerajinan tangan sudah lebih mudah karena ada internet.

Dia juga mengungkapkan jika program yang diikuti PKK tiap bulan berganti dan berkesinambungan. Seperti yang terjadi saat ini, yakni usai menyulam, anggota PKK membuat gantungan tas, lalu naik ke proses membuat tas anyaman.

Mengenai apa yang sudah diajarkan selain praktik membuat kerajinan tangan, Tuti mengatakan bahwa ada pembelajaran tentang bisnis.

"Tadi diajari tentang bisnis agar bisa membuat kerajinan yang mahal," imbuhnya sembari sedikit tertawa.

Tentu, dirinya berharap bahwa ke depan produk hasil kerajinan tangan warga Argosari dapat menjadi komoditas yang layak dihargai karena kualitasnya.

"Semoga, pelatihan seperti ini bisa membuahkan hasil yang maksimal. Bisa kami jual di area sekitar Argosari dulu, nanti kalau sudah lancar, kami juga ingin belajar membuat produk yang seperti ini--sembari menunjukkan tas premium yang tampak lebih mahal," tutup Tuti.

Menarik untuk diikuti bagaimana perkembangan kreativitas dari masyarakat Desa Argosari untuk menciptakan produk asli daerahnya yang berkualitas dan dapat menjadi komoditas UMKM yang bermutu tinggi. ***

Penulis: YAN

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kreasi Gantungan Tas Cantik di Desa Argosari Bersama STIE Malangkucecwara, Siap Jadi Komoditas Kerajinan Tangan di Masa Depan

Trending Now