Source: Pinterest |
Kesehatan mental adalah hak semua orang. Saatnya kita menghentikan stigma dan mulai peduli. Karena setiap nyawa adalah berharga.
OPINI | JATIMSATUNEWS.COM - Di era modern ini, dengan teknologi yang semakin canggih, terdapat fenomena yang memprihatinkan, yaitu meningkatnya kasus bunuh diri, khususnya di kalangan remaja. Ribuan nyawa hilang setiap tahun, meninggalkan keluarga dan teman-teman dalam duka mendalam. Namun, yang lebih mengkhawatirkan adalah kurangnya pemahaman dan kepedulian terhadap kesehatan mental, sebuah isu penting yang sering kali diabaikan.
Masih banyak masyarakat, terutama generasi muda, yang terjebak dalam stigma bahwa masalah kesehatan mental adalah sesuatu yang biasa atau sepele. Depresi, misalnya, kerap dianggap ringan oleh orang-orang sekitar, padahal jika tidak ditangani, bisa berujung pada tindakan menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri. Kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental perlu ditingkatkan, salah satunya dengan menciptakan lingkungan yang aman, mendukung, dan saling menghargai.
Salah satu kasus yang ramai diperbincangkan belakangan ini adalah bunuh diri seorang mahasiswa Universitas Kristen Petra di Surabaya. Korban, seorang mahasiswa berinisial R yang berusia 23 tahun, mengakhiri hidupnya dengan melompat dari lantai 12 pada Selasa, 1 Oktober 2024, sekitar pukul 10.45 WIB. Kasus ini mengejutkan banyak pihak dan memunculkan diskusi mendalam tentang depresi dan kesehatan mental.
Menurut informasi, R pernah mendapatkan perawatan dari psikiater dan diketahui mengalami depresi akibat kehilangan sang kakek, sosok yang sangat dekat dengannya. Faktor ini diyakini menjadi pemicu utama aksi nekat tersebut. Kasus ini juga menggarisbawahi pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental, terutama di kalangan mahasiswa dan remaja yang rentan mengalami tekanan emosional.
Dari sisi psikologi, ada beberapa teori yang dapat membantu memahami faktor-faktor yang memengaruhi kasus bunuh diri. Depresi berat, misalnya, sering menjadi penyebab utama. Seseorang yang mengalami depresi bisa merasakan sakit emosional yang begitu parah hingga kehilangan harapan hidup. Gangguan bipolar juga memiliki kaitan erat dengan kecenderungan bunuh diri, terutama ketika penderita mengalami episode depresi yang berat.
Sayangnya, stigma terhadap masalah kesehatan mental masih tinggi, membuat banyak orang ragu atau enggan mencari bantuan. Dukungan dari keluarga, masyarakat, dan institusi pendidikan menjadi sangat penting dalam mencegah terjadinya kasus serupa.
Sebagai langkah nyata, penting untuk meningkatkan kesadaran melalui edukasi dan kampanye tentang kesehatan mental di berbagai lapisan masyarakat, termasuk sekolah dan kampus. Selain itu, layanan kesehatan mental seperti konseling dan terapi perlu diperluas, bahkan hingga ke daerah-daerah terpencil. Lingkungan yang aman dan positif juga berperan besar dalam mencegah tekanan emosional yang berlebihan.
---
Mahasiswa Universitas Airlangga