Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak, Zaenuddin Hudi Prasojo optimistis Pontianak progresif menuju Kota Paling Toleran di Indonesia./dokumentasi kampus untuk JSN |
PONTIANAK | JATIMSATUNEWS.COM - Direktur Pascasarjana IAIN Pontianak, Zaenuddin Hudi Prasojo menyebut Pontianak progresif menuju Kota Paling Toleran di masa mendatang.
Optimisme ini disampaikan Zaenuddin Prasojo di tengah agenda Studi Tiru Forum Pembauran Kebangsaan Kabupaten Pasuruan kepada FPK dan Kesbangpol Kota Pontianak pada Selasa (14/1) lalu.
Studi tiru itu pun berlangsung di ruang rapat rektor IAIN Pontianak, yang dihadiri pula oleh beberapa pejabat dari pihak kampus. Salah satunya, Direktur Pascasarjana, Prof. Dr. Zaenuddin Hudi Prasojo, M.A.
Kepada JSN yang turut meliput agenda ini, Zaenuddin mengatakan jika Pontianak cenderung stabil meski menjadi kota yang berisi banyak orang dari berbagai latar belakang. Yakni, beragam suku, ras, bahasa, budaya, dan agama ada di Pontianak.
"Mereka semua berkumpul dan bergaul di Kota Pontianak. Padahal, secara sejarah, kota ini didirikan oleh keturunan Arab yaitu Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie. Memang, saat itu Pontianak sudah ada orangnya, tetapi sejak keberadaannya di lokasi yang menjadi cikal bakal Pontianak ini, wilayah ini menjadi berkembang pesat dan menjadi penanda awal berdirinya Kota Pontianak," ungkap Zaenuddin.
Dia mengatakan bahwa sejak itu, Pontianak menjadi tempat berlabuh banyak orang yang beragam latar belakangnya dan itu berlangsung hingga sekarang.
"Sekarang, multikulturalisme sudah menjadi bagian penting dari Kota Pontianak. Dan, zero conflict menjadi fakta di sini, yang sudah banyak diceritakan banyak orang, dan tidak lagi sekadar omongan belaka," lanjutnya.
Zaenuddin beberkan bagaimana kondisi Pontianak saat ini yang berproses sebagai kota toleransi di tanah air./dok. JSN-ANS |
Zaenuddin pun termasuk salah satu orang yang mengabadikan eksistensi Pontianak sebagai salah satu kota di Indonesia yang memiliki tingkat toleransi tinggi.
"Saya juga turut menulis tentang Kota Pontianak di Perspective Singapura. Di situ saya ceritakan bahwa biasanya agama dan ras digunakan untuk political identity--politik identitas, tetapi faktanya di Pontianak tidak demikian. Karena itu, Pontianak tetap stabil di tiap momen Pilkada yang kami lalui," bebernya.
Menurutnya, Pontianak selalu kondusif ketika Indonesia masuk dalam momen Pemilihan Kepala Daerah, karena memang pada momen inilah yang paling rentan untuk dijadikan praktik politik identitas agar memenangkan suara terbanyak.
Sedangkan, di Pontianak, menurut Zaenuddin justru sejak 2018 secara berkelanjutan masyarakatnya tidak mempermasalahkan jika wali kotanya bersuku Jawa atau Madura. Padahal, tiga suku mayoritas di ibu kota Provinsi Kalimantan Barat ini adalah Melayu, Dayak, dan Tionghoa.
"Bahkan, sekarang hasil Pilkada 2024 yang terpilih paslon petahana dari suku Jawa dan Madura dengan suara lebih dari 80 persen. Ini bukti masyarakat percaya dengan kinerja pemimpinnya tanpa melihat etnisnya dari mana," ujar Zaenuddin lagi.
Seperti yang dikatakan Zaenuddin, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pontianak yang terpilih adalah pasangan petahana (sejak 2018-2024), Edy Rusdi Kamtono dan Bahasan. Keduanya memang putra Pontianak namun bersuku Jawa dan Madura.
Mereka pun memiliki visi dan misi untuk menjadikan Kota Pontianak tanpa konflik (zero conflict), yang kemudian menjadi konsentrasi tugas dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik beserta forum lain yang terkait, termasuk Forum Pembauran Kebangsaan.
Apa yang disampaikan Zaenuddin mengenai gambaran kondisi Pontianak terkini secara tertulis ada di publikasi Perspective ISEAS Yushof Ishak Institute Singapura pada 8 Oktober 2024.
Kemudian, mengenai awal berdirinya Pontianak secara literatur menunjukkan pendiri sekaligus pemimpin pertama Pontianak yaitu Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie dan Pontianak berdiri pada 23 Oktober 1771.
Lalu, mengenai progres Pontianak sebagai kota toleran di Indonesia, Zaenuddin optimistis dapat naik tangga dari ke-18 menjadi peringkat yang lebih baik.
Merunut pada Indeks Kota Toleran 2023 yang dipublikasikan pada Januari 2024 oleh SETARA Institute, Pontianak memang berada di peringkat ke-18 dari 94 kota yang terindeks pada periode ini.
Singkawang menjadi kota paling toleransi nomor 1, disusul Bekasi dan Salatiga di tiga besar.
Sementara, Pontianak ada di peringkat ke-18, di antara Surabaya (16), Tomohon (17), Yogyakarta (19), dan Malang (20). Lalu, untuk tetangga lekat Kabupaten Pasuruan yakni Kota Pasuruan berada di peringkat ke-63. ***
Penulis: YAN