Berkhidmat di NU adalah sebuah perjalanan spiritual dan sosial yang membentuk diri saya menjadi lebih baik
ARTIKEL|JATIMSATUNEWS.COM - Dalam setiap langkah kehidupan, selalu ada jalan yang menjadi panggilan hati dan jiwa, panggilan yang tidak sekadar didasari oleh tugas atau kewajiban, tetapi tumbuh dari kesadaran mendalam akan pentingnya melayani dan berkontribusi bagi kebaikan bersama. Bagi saya, panggilan itu adalah berkhidmat di Nahdlatul Ulama (NU), sebuah organisasi yang tidak hanya menjadi wadah pengabdian, tetapi juga ruang untuk menyalurkan cinta kepada Allah dan umat manusia.
Berkhidmat sebagai Aktualisasi Diri
Berkhidmat di NU adalah cara saya mengaktualisasikan diri. Pengabdian ini melibatkan seluruh kemampuan yang saya miliki untuk meneguhkan komitmen pada kemaslahatan umat. NU bukan sekadar organisasi; ia adalah tempat bagi saya untuk menjaga warisan budaya, agama, dan tradisi Islam yang telah tertanam sejak lama. Pengabdian ini mengajarkan bahwa melayani bukan hanya tugas, melainkan sebuah panggilan suci yang membutuhkan ketulusan hati.
NU mengajarkan bahwa pelayanan kepada umat adalah bentuk ibadah yang harus dijalankan tanpa pamrih. Keikhlasan menjadi inti dari setiap langkah, karena hanya dengan niat yang murni, kita dapat merasakan makna sejati dari pengabdian. Dalam setiap program sosial, pendidikan, atau pelatihan yang saya ikuti, saya merasakan bagaimana NU mendorong anggotanya untuk melayani dengan semangat kasih sayang dan kepedulian.
Tantangan dalam Pengabdian
Namun, berkhidmat di NU bukanlah perjalanan yang mudah. Tantangan selalu hadir, mulai dari menjaga relevansi ajaran agama di tengah perubahan zaman hingga menghadapi kompleksitas sosial dan politik yang terus berkembang. Misi untuk membumikan Islam yang rahmatan lil 'alamin sering kali dihadapkan pada rintangan yang membutuhkan kesabaran, kecerdasan, dan kebijaksanaan.
Tantangan ini tidak membuat saya gentar, melainkan semakin menguatkan tekad untuk terus melayani. Saya terinspirasi oleh semangat para kiai, ulama, dan santri NU yang telah membuktikan dedikasi mereka selama puluhan tahun. Mereka menunjukkan bahwa pengabdian tidak hanya tentang ideologi, tetapi juga tentang kemampuan untuk membaca konteks sosial dan menjawab kebutuhan umat dengan pendekatan yang inklusif dan bijak.
Panggilan Hati dan Jiwa
Berkhidmat di NU adalah cara saya untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bukan sekadar tentang program kerja atau kegiatan organisasi, tetapi lebih dalam dari itu: sebuah cara untuk meraih keberkahan hidup. Ketika saya melihat senyum di wajah masyarakat yang terbantu oleh program Fatayat NU, saya merasakan kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan materi.
Bagi saya, pengabdian ini adalah bukti cinta kepada Allah dan umat-Nya. Ia menyatukan niat untuk melayani dan membangun dunia yang lebih baik. NU memberikan saya ruang untuk belajar, tumbuh, dan berkontribusi, tidak peduli seberapa kecil peran yang saya jalani.
Kesimpulan
Berkhidmat di NU adalah sebuah perjalanan spiritual dan sosial yang membentuk diri saya menjadi lebih baik. Ini adalah panggilan hati dan jiwa yang tidak bisa diabaikan, karena di dalamnya saya menemukan makna hidup yang sesungguhnya: melayani dengan cinta, ikhlas, dan dedikasi penuh. Semoga langkah ini selalu diridhai oleh Allah dan memberikan manfaat bagi umat serta generasi mendatang.
Penulis: Ika Nur Hikmah seorang Mahasiswi Pasca Sarjana Al-Qolam dan Sekretaris PAC Fatayat NU Gondanglegi