Pasang iklan disini

 

Antara Kedisiplinan dan Perlindungan: Suara untuk Guru

Admin JSN
31 Januari 2025 | 21.36 WIB Last Updated 2025-01-31T14:36:41Z
cr: dreamers.id

ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM

Ode Untuk Guru

Wahai guru, pelita di lorong gelap dunia,
Engkau sinari jalan dengan ilmu dan cinta.
Setiap kata yang kau ucapkan,
Menjadi benih yang tumbuh dalam kehidupan.

Dengan kesabaran tanpa batas,
Kau rangkul kami yang rapuh dan terbatas.
Kau adalah pemahat jiwa,
Membentuk karakter menjadi lebih bermakna.

Waktu dan tenagamu tak kenal lelah,
Demi mencetak generasi penuh amanah.
Tak hanya ilmu, kau ajarkan teladan,
Menjadi inspirasi di sepanjang jalan.

Wahai guru, pahlawan tanpa tanda jasa,
Jasamu akan terus abadi dalam asa.
Terima kasih atas segala dedikasimu,
Engkaulah cahaya di setiap langkah kami maju.


Keprihatinan atas Kasus Guru yang Terancam Pidana Akibat Mendisiplinkan Siswa

Sebagai seorang guru yang memiliki tanggung jawab besar dalam mendidik dan membimbing generasi penerus bangsa, saya merasa prihatin melihat kasus-kasus di mana rekan sejawat terjerat persoalan hukum hanya karena berusaha mendisiplinkan siswa. Salah satu kasus terbaru yang menyita perhatian adalah peristiwa di mana seorang guru di salah satu sekolah menengah di Indonesia terancam pidana karena menghukum siswanya yang tidak mau diingatkan untuk melaksanakan sholat berjamaah di sekolah. Kejadian ini menimbulkan berbagai reaksi, baik dari masyarakat umum, rekan guru, maupun lembaga pendidikan, dan menjadi refleksi penting bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Potret Kasus yang Memprihatinkan

Kasus tersebut bermula ketika seorang siswa menolak ajakan untuk melaksanakan sholat berjamaah yang merupakan program wajib di sekolahnya. Guru yang merasa bertanggung jawab mengingatkan siswa tersebut dengan cara memberikan teguran lisan dan sanksi ringan berupa tugas tambahan. Namun, tindakan tersebut dianggap melampaui batas oleh orang tua siswa yang kemudian melaporkannya ke pihak berwajib. Guru tersebut akhirnya dilaporkan atas tuduhan pelanggaran hak anak, sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak.

Kasus ini menyedihkan karena mengilustrasikan dilema yang sering dihadapi oleh para pendidik. Di satu sisi, mereka memiliki tanggung jawab moral dan profesional untuk mendisiplinkan siswa serta menanamkan nilai-nilai agama dan karakter. Namun, di sisi lain, pendekatan yang tidak tepat atau kurang sensitif dapat berujung pada masalah hukum yang serius. Guru tersebut kini menghadapi ancaman pidana yang tidak hanya merugikan dirinya secara pribadi, tetapi juga menciptakan tekanan emosional dan stigma negatif di lingkungan pendidikan.

Refleksi terhadap Tugas dan Fungsi Guru

Sebagai pendidik, guru memiliki tugas utama untuk mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam menjalankan tugas ini, guru harus memahami bahwa mendidik tidak hanya sebatas transfer ilmu, tetapi juga pembentukan karakter dan sikap. Namun, mendidik anak tidak selalu mudah, terutama dalam konteks menjaga keseimbangan antara disiplin dan perlindungan hak anak.

UU Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014 Pasal 9 dengan jelas menyatakan bahwa setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, dan tindakan lain yang merugikan mereka. Dengan demikian, pendekatan dalam mendisiplinkan siswa harus dilakukan dengan cara yang bijak, penuh empati, dan menghindari metode yang dapat dianggap melanggar hak anak. Hal ini menjadi tantangan bagi guru yang sering kali berada dalam situasi yang kompleks, terutama ketika siswa tidak menunjukkan sikap hormat atau sulit diarahkan.

Pentingnya Pendekatan Humanis dalam Pendidikan

Dari kasus ini, kita belajar bahwa pendekatan humanis dalam pendidikan sangat penting. Pendekatan ini menekankan pada penghargaan terhadap hak-hak anak, komunikasi yang baik, dan pengajaran yang berpusat pada kebutuhan siswa. Sebagai contoh, jika seorang siswa menolak ajakan untuk sholat berjamaah, guru dapat menggunakan pendekatan yang lebih dialogis, seperti berbicara secara pribadi dengan siswa tersebut untuk memahami alasannya, memberikan contoh inspiratif, atau menggunakan metode pengajaran yang lebih kreatif untuk menanamkan nilai agama.

Selain itu, penting bagi lembaga pendidikan untuk menyediakan pelatihan bagi guru dalam memahami cara-cara mendisiplinkan siswa secara efektif tanpa melanggar hak anak. Pelatihan ini dapat mencakup materi tentang manajemen kelas, teknik komunikasi empatik, dan pemahaman mendalam tentang undang-undang yang berkaitan dengan anak.

Dukungan bagi Guru dan Kolaborasi dengan Orang Tua

Kasus ini juga menyoroti pentingnya dukungan dari pihak sekolah dan kolaborasi dengan orang tua. Guru tidak dapat bekerja sendiri dalam membentuk karakter siswa. Orang tua harus dilibatkan dalam setiap proses pendidikan, termasuk dalam memahami aturan dan program sekolah. Jika terjadi masalah, komunikasi yang baik antara guru dan orang tua dapat mencegah eskalasi konflik.

Misalnya, dalam kasus ini, jika orang tua dan guru dapat berdiskusi secara terbuka tentang sanksi yang diberikan, mungkin kasus ini tidak perlu sampai ke ranah hukum. Selain itu, sekolah juga perlu memiliki kebijakan yang jelas terkait disiplin siswa, termasuk mekanisme penanganan konflik yang melibatkan pihak ketiga seperti konselor atau mediator.

Belajar dari Kasus Viral: Sebuah Pelajaran Penting

Kita dapat mengambil pelajaran dari kasus viral lainnya yang pernah terjadi, seperti seorang guru yang dihujat di media sosial karena dianggap memberi hukuman yang berlebihan kepada siswa. Dalam kasus tersebut, penyebaran informasi yang tidak utuh memperburuk situasi dan menciptakan opini publik yang tidak seimbang. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya bagi guru untuk mendokumentasikan setiap interaksi dengan siswa, terutama yang berkaitan dengan tindakan disiplin. Dokumentasi ini dapat menjadi bukti bahwa tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur dan tidak melanggar hak anak.

Sebagai contoh, dalam program sholat berjamaah, guru dapat mencatat kehadiran siswa, memberikan motivasi melalui pendekatan persuasif, dan melibatkan siswa dalam kegiatan yang menyenangkan untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang pentingnya ibadah. Dengan cara ini, program disiplin tetap dapat dijalankan tanpa menimbulkan konflik yang berpotensi menjadi masalah hukum.

Kesimpulan

Kasus guru yang terancam pidana karena menghukum siswa mengingatkan kita semua tentang pentingnya kehati-hatian dalam mendidik. Guru harus memahami tugas dan fungsinya secara menyeluruh, termasuk batasan-batasan yang diatur oleh undang-undang. Pendekatan humanis dan komunikasi yang baik menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung. Di sisi lain, orang tua dan lembaga pendidikan juga memiliki peran penting dalam memberikan dukungan kepada guru, sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan harmonis. Semoga kasus-kasus seperti ini menjadi pelajaran berharga bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Anak dididik penuh cinta,
Agar tumbuh cerdas dan bijaksana.
Guru berhati-hati dalam langkahnya,
Melahirkan generasi bangsa yang istimewa.

 ----

Bionarasi

DEWI MORA RIZKIANA, S.TP., S.Pd. adalah pendidik dan pegiat literasi yang berdedikasi dalam dunia pendidikan anak usia dini serta pengembangan budaya literasi di masyarakat. Berpengalaman sebagai Kepala RA Baitul Mu’minin, ia aktif dalam berbagai organisasi pendidikan, pelatihan, dan komunitas literasi. Selain itu, ia juga seorang penulis produktif dengan berbagai buku anak, cerita inspiratif, serta makalah best practice yang telah diterbitkan.

Sebagai narasumber dan juri dalam berbagai kompetisi mendongeng dan literasi, ia berkomitmen membangun ekosistem pembelajaran berbasis literasi yang kreatif dan inklusif bagi anak-anak dan pendidik.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Antara Kedisiplinan dan Perlindungan: Suara untuk Guru

Trending Now