Rufian, guru agama SMP Diponegoro Dampit yang dilaporkan ke Polres Malang oleh orang tua siswanya./dok. JSN-ANS |
MALANG | JATIMSATUNEWS.COM - Viral guru agama di SMP Diponegoro, Dampit, Kabupaten Malang yang dilaporkan ke polisi.
Guru agama yang bernama Rufian ini dilaporkan orang tua dari siswa perempuan (siswi) yang bernama Denis.
Kepada JSN, Rufian pun membeberkan kronologi kejadiannya hingga membuatnya dilaporkan orang tua siswinya ke Polres Malang.
"Pada hari itu, Selasa 27 Agustus (2024) jam pelajaran ketujuh dan kedelapan. Biasanya saya sebelum memulai pelajaran akan menanyai para siswa apakah sudah sholat. Kalau siswa laki-laki akan saya tanya apakah sudah sholat Jumat. Kalau siswa perempuan saya tanya tentang sholat Subuh," ungkap Rufian seperti yang diunggah kanal YouTube JSN (25/11).
"Kemudian ada siswi yang celingak-celinguk cari teman yang bisa dia ajak ke depan setelah saya panggil karena terindikasi tidak sholat. Namanya Denis. Dia mengajak Virly yang menolak maju karena dia bersikeras bahwa sudah sholat Subuh," lanjutnya.
Tanpa diduga, keluar umpatan 'nggatéli' dari Denis yang sontak membuat Guru Rufian terkejut.
Dia menghampiri Denis dan secara refleks menampar Denis.
"Jujur, Bu, saya refleks karena terkejut dan menyayangkan kata kotor yang keluar dari siswa saya," ujar Rufian dengan sedih.
Menurut sepengetahuan Rufian, umpatan tersebut bermakna dua, yakni berkaitan dengan kelamin laki-laki (gatél) dan tindakan tak terpuji dari perempuan (nggatéli).
Karena itu, secara spontan guru yang dipanggil Pak Rupian tersebut menampar siswinya. Dia segera memberi pembinaan sejenak untuk menasihati agar siswinya tak lagi berkata kasar sedemikian rupa.
"Jangan begitu, Nduk--panggilan kepada anak perempuan di Jawa. Itu kata-kata kasar," tutur Rufian.
Dia pun menanyai siswinya apakah orang tuanya di rumah salat atau tidak, yang kemudian dijawab bahwa hanya ibunya yang salat.
Rufian kemudian melanjutkan sesi mengajar dan mengizinkan Denis untuk keluar sejenak setelah situasi mereda pada 10 menit berselang.
Tetapi, dari momen tersebut Rufian diberitahu siswanya jika Denis menangis.
"Besok Denis izin tidak masuk dan orang tuanya mengirim SMS terkait Denis yang mengaku ditampar gurunya di sekolah," bebernya.
Informasi tersebut diterima guru piket. Rufian pun segera mengaku bahwa guru yang dimaksud adalah dirinya dan ingin segera mengurus masalah tersebut.
"Pak Eko memberi saran agar memanggil orang tuanya ke sekolah. Ayahnya kemudian datang tapi karena saya ada tugas mendampingi kegiatan drumband, maka tidak bisa bertemu. Maka, saya diminta datang ke rumahnya," lanjutnya.
Rufian datang bersama wali kelas dan guru yang mengetahui jalan menuju rumah Denis.
"Saya segera meminta maaf kepada orang tuanya, tetapi tidak digubris. Justru dibalas dengan hardikan. 'Sampeyan itu guru tapi perilakunya tidak seperti guru'. Yang buat saya jengkel adalah pernyataan berikutnya, yakni 'kenapa sholat diurus, yang disembah saja tidak terlihat'," ungkap Rufian yang makin sedih.
Rufian berusaha mengontrol emosinya terutama terkait dengan pernyataan orang tua siswinya terhadap makna ibadah salat.
Dia memilih fokus untuk meminta maaf agar permasalahan segera selesai dengan damai. "Saya kembali meminta maaf, bahkan sampai bersimpuh dan menunduk untuk meminta maaf. Saya sampai menangis," ucapnya.
Tetapi, orang tua Denis mengaku sudah menelepon saudaranya yang ada di Resor (Polres Malang). Mereka pun akan datang ke rumah Rufian pada sore hari.
Sepulangnya, Rufian menemui adik dan istrinya untuk menceritakan bahwa dirinya sedang dilanda masalah usai menampar siswanya.
Dia pun kembali menemui orang tua Denis untuk menyelesaikan masalah ini dan sembari memberi uang saku kepada Denis untuk membeli obat jika diperlukan.
Tetapi, orang tua Denis sudah memastikan telanjur menghubungi saudaranya yang polisi dan akan datang ke rumah Rufian pada malam hari selepas Isya.
"Yang datang istrinya (ibu Denis) bersama dua orang yang mengaku sebagai saudaranya. Karena rumah saya dekat tempat dagang dan mushola, jadi tetangga dan jamaah sholat saya juga sempat datang karena khawatir terhadap apa yang menimpa saya. Mereka tahu kalau saya tidak pernah bermasalah dengan orang lain hingga berurusan dengan polisi," ungkap Rufian.
Tetapi, pertemuan tersebut tak membuahkan hasil perdamaian karena laporan sudah dibuat dan diterima kepolisian.
Maka, prosesnya pun berlanjut ke penyidikan dan mediasi. "Prosesnya panjang, Bu, sekitar 1 bulan," ungkapnya.
Pada mediasi pertama, pihak orang tua Denis meminta uang ganti rugi 70 juta rupiah. Permintaan ini pun tidak bisa dipenuhi Rufian.
"Saya hanya bisa memberi 2 juta, itu pun harus saya usahakan dengan sangat tidak mudah," bebernya.
Pihak orang tua Denis tak setuju dan akhirnya proses berlanjut untuk membuat Rufian kini menjadi terlapor.
Dia dikenakan sanksi wajib lapor dua kali sepekan dan saat wawancara dengan JSN adalah pekan kelimanya untuk wajib lapor.
Menurut penjelasan Rufian, prosesnya masih panjang dan sekarang masuk tahap pengungkapan tentang keadaan Denis di rumah.
Rufian juga menegaskan dirinya tak melibatkan kepolisian untuk menandingi laporan orang tua Denis. Meskipun, dirinya memiliki kakak laki-laki purnawirawan kepolisian dan adik yang menawarkan bantuan.
"Seumur hidup, saya tidak pernah berhubungan dengan polisi. Sebagai guru, saya ingin menyelesaikan masalah sendiri dan ingin permasalahannya berakhir dengan damai," ucapnya hingga meneteskan air mata.
Rufian pun memohon dukungan dari semua pihak agar masalah ini lekas selesai dengan damai dan dirinya dapat bertugas sebagaimana mestinya di sekolah dan di masyarakat. "Yang saya butuhkan cuma doa," tegasnya.
Tayangan wawancara JSN dengan Guru Rufian pun viral dengan lebih dari 4 ribu kali penayangan dan mendapat banyak tanggapan (like dan komentar) dari warganet. ***
Penulis: YAN
Baca juga: Guru Rufian Dapat Dukungan