Penulis: Abdul Malik Karim Amrullah, Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim Malang sekaligus Ketua LP Ma’arif NU Kab Malang
OPINI|JATIMSATUNEWS.COM - Gagasan Prof. Dr. Abdul Mukti sebagai Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa Pendidikan harus bermutu untuk semua (educational quality for all) ini sangat bagus, melihat kenyataan pendidikan nasional kita sekarang masih perlu ditingkatkan baik dari sisi pengembangan kurikulum maupun kualifikasi dan kompetensi pendidik. Hal ini dikarenakan guru dengan kualifikasi minimal S1/D4 baru mencapai 73,17% dan guru yang bersertifikat pendidik baru mencapai 25,76%.
Di pentas dunia realitasnya juga pada kuartal pertama di tahun 2022 sebagaimana disampaikan oleh Muhammad Yusro dalam Peringkat Sistem Pendidikan Dunia 2023, Indonesia menempati urutan ke-67 dari 203 negara dan peringkat pendidikan worldtop20.org ditempati oleh Korea Selatan. Di kuartal kedua, posisi pertama diisi oleh Irlandia dan Korea Selatan turun di peringkat 12. Sementara di kuartal ketiga, posisi pertama kembali diisi oleh Korea Selatan dan disusul Denmark sebagai peringkat ke-2. Sementara Indonesia, tahun 2022 pun menempati peringkat pendidikan ke-67. Sehingga, Indonesia memang belum berhasil menduduki 20 teratas dalam peringkat pendidikan. Menurut worldtop20.org, kelemahan pendidikan Indonesia ada pada Teacher Ratio Academic Levels (rasio guru tingkat akademik). Di tahun 2023 ini, worldtop20.org kembali mengurutkan peringkat pendidikan di dunia dan Indonesia ada di urutan ke-67 dari 203 negara. Urutan Indonesia berdampingan dengan Albania di posisi ke-66 dan Serbia di peringkat ke-68. Peringkat tersebut berdasarkan lima tingkat pendidikan. Inilah rincian persentase lima tingkat pendidikan di Indonesia. Tingkat pendaftaran sekolah anak usia dini: 68 %, Tingkat penyelesaian Sekolah Dasar: 100 %, Tingkat penyelesaian Sekolah Menengah: 91.19 %, Tingkat kelulusan SMA: 78 %, Tingkat kelulusan Perguruan Tinggi: 19 %
Jadi Pendidikan bermutu untuk semua harus dimaknai sebagai sebuah Gerakan untuk mendorong Pendidikan dasar, menengah sampai tinggi agar menjadi Lembaga Pendidikan yang bermutu yaitu Pendidikan yang memiliki kontribusi nyata terhadap peradaban Masyarakat, sehingga Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat harus betul-betul sinergi satu sama lain untuk mencapai sebuah peradaban Masyarakat yang luhur. Kita harus mencoba untuk bekerja berbasis mutu dan bukan berbasis akreditasi, bekerja berbasis mutu adalah bekerja dengan tulus agar performance Lembaga Pendidikan betul-betul dipandang Masyarakat sebagai Lembaga yang kredibel, memproduksi manusia-manusia yang bermutu yaitu manusia yang memiliki karakter selalu membantu menyelesaikan problem Masyarakat.
Program berbasis mutu setidaknya ada tiga hal prinsip yang harus diperhatikan oleh sekolah dan madrasah. Pertama harus prinsip memenuhi persyaratan, misalnya jika ingin melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik, maka perayaratannya apa saja, pemenuhan persyaratan itu hakikatnya memenuhi standar yang ditetapkan. Kedua semua program harus memperhatikan kepuasan pelanggan (customer satisfaction), siapakah pelanggan sekolah dan madrasah harus diidentifikasi kemudian dilayani dengan baik sampai kepuasan pelanggan tersebut terpenuhi. Ketiga harus memperhatikan perbaikan berkelanjutan (continouse improvement), jika guru sudah mampu memenuhi standar yang ditetapkan maka harus dinaikkan lagi ke level berikutnya yang lebih tinggi, dengan melakukan perencanaan standar berikutnya yang lebih tinggi, kemudian dilaksanakan, dicek lagi ketercapaiannya, kemudian ditetapkan lagi pada standar berikutnya yang lebih tinggi.
Prinsip tertinggi dalam manajemen mutu sebenarnya fokus pada pelanggan, karena merekalah yang kita layani dan imbas dari kepuasan pelanggan, maka organisasi akan terus bisa menjalankan roda organisasinya. Siapakah pelanggan di sekolah dan madrasah, maka harus teridentifikasi dengan karena akan terkait dengan sistem layanan yang harus dilaksanakan dengan baik. Katakanlah siswa merupakan pelanggan utama dari sekolah, kemudian masyarakat, maka ketika sekolah atau madrasah tidak mengutamakan siswa dan masyarakat, bisa diprediksi sekolah atau madrasah tersebut akan cepat ditinggalkan dan lama-kelamaan akan surut dan habis
Selama ini mutu Pendidikan hanya di lihat dari nilai akreditasi, sehingga banyak warga sekolah dan madrasah yang hanya menyajikan data secara instan yang dipaksakan untuk memenuhi kriteria, sehingga nilai akreditasi hanyalah sebuah “rekayasa” agar performance Lembaga Pendidikan memiliki nilai unggul tanpa memperhatikan keadaan yang sebenarnya. Karenanya system penjaminan mutu internal harus betul-betul di dorong dari dalam agar mutu itu memang sebuah kesadaran dari dalam, selain itu juga Lembaga Pendidikan harus didorong mengembangkan system layanan untuk memudahkan siswa bisa mencapai pengetahuan yang dikembangkannya, layanan untuk orang tua dan Masyarakat sebagai stakeholder juga harus dikembangkan agar mereka bisa mengetahui keadaan anak-anak yang ada di dalam Lembaga Pendidikan, sehingga orang tua dan Masyarakat tidak kawatir akan keselamatan anak-anak mereka di dalam.
Mutu juga harus menjadi program yang efektif terutama terkait dengan kesejahteraan guru sekaligus meningkatkan kompetensinya, karenanya program sertifikasi guru harus terus dilanjutkan dan ditingkatkan kualitasnya, harapannya guru yang Sejahtera dan kompeten akan berdampak pada cara mengajar dan motivasi mereka untuk serius melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik.
Walhasil Pendidikan bermutu untuk semua, hakikatnya bagaimana membangun ekosistem Pendidikan yang akan berdampak signifikan terutama pada lingkungan sekitarnya, setidaknya sumber daya manusia yang sudah melalui proses Pendidikan bermutu, mereka akan memiliki sikap untuk bisa bermanfaat untuk bisa menyelesaikan problem Masyarakat.