Proses Pelapisan Serat (Sumber: Peneliti) |
Mahasiswa ITS Surabaya menciptakan filamen 3D printing ramah lingkungan berbasis serat rami dan PCL, menghadirkan solusi inovatif untuk mengurangi limbah plastik sekaligus mendukung industri manufaktur berkelanjutan.
SURABAYA | JATIMSATUNEWS.COM – Dalam rangka mendukung inovasi teknologi berkelanjutan, Lilis Safitri, mahasiswa magister Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), bersama tim penelitiannya mengembangkan filamen 3D printing ramah lingkungan berbahan dasar serat rami. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan material alami untuk menciptakan komposit berbasis polycaprolactone (PCL), polimer biodegradable yang potensial menggantikan plastik konvensional.
“Kami memilih PCL karena sifatnya yang mudah terurai secara hayati, sementara serat rami, dengan perlakuan kimia, dapat meningkatkan kekuatan dan adhesi filamen. Kombinasi ini mendukung pengembangan material yang lebih berkelanjutan,” ungkap Lilis.
Sebagai langkah inovatif, serat rami yang digunakan diproses menggunakan perlakuan alkali (NaOH 5%) dan silan (APTES 1% dan 3%). Perlakuan ini bertujuan meningkatkan sifat hidrofobik serat dan adhesinya terhadap PCL. Berbagai pengujian, seperti tensile test, contact angle, FTIR, XRD, DMA, TGA, dan SEM, dilakukan untuk mengevaluasi performa filamen yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan pada adhesi antara serat rami dan PCL, menghasilkan filamen yang lebih kuat dan serbaguna. “Kami berharap material ini dapat mendukung industri manufaktur yang lebih ramah lingkungan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada plastik berbasis fosil,” tambahnya.
Namun, Lilis mengungkapkan bahwa proses penelitian ini tidak luput dari tantangan, seperti memastikan serat terdistribusi merata dalam matriks dan menyesuaikan desain nozzle untuk ekstrusi filamen. Meski demikian, ia tetap optimistis bahwa inovasi ini akan memberikan kontribusi nyata dalam upaya pengurangan sampah plastik di Indonesia, salah satu negara dengan tingkat polusi plastik tertinggi di dunia.
Surabaya, 20 Desember 2024 – Dalam rangka mendukung inovasi teknologi berkelanjutan, Lilis Safitri, mahasiswa magister Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), bersama tim penelitiannya mengembangkan filamen 3D printing ramah lingkungan berbahan dasar serat rami. Penelitian ini berfokus pada pemanfaatan material alami untuk menciptakan komposit berbasis polycaprolactone (PCL), polimer biodegradable yang potensial menggantikan plastik konvensional.
“Kami memilih PCL karena sifatnya yang mudah terurai secara hayati, sementara serat rami, dengan perlakuan kimia, dapat meningkatkan kekuatan dan adhesi filamen. Kombinasi ini mendukung pengembangan material yang lebih berkelanjutan,” ungkap Lilis.
Sebagai langkah inovatif, serat rami yang digunakan diproses menggunakan perlakuan alkali (NaOH 5%) dan silan (APTES 1% dan 3%). Perlakuan ini bertujuan meningkatkan sifat hidrofobik serat dan adhesinya terhadap PCL. Berbagai pengujian, seperti tensile test, contact angle, FTIR, XRD, DMA, TGA, dan SEM, dilakukan untuk mengevaluasi performa filamen yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan pada adhesi antara serat rami dan PCL, menghasilkan filamen yang lebih kuat dan serbaguna. “Kami berharap material ini dapat mendukung industri manufaktur yang lebih ramah lingkungan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada plastik berbasis fosil,” tambahnya.
Namun, Lilis mengungkapkan bahwa proses penelitian ini tidak luput dari tantangan, seperti memastikan serat terdistribusi merata dalam matriks dan menyesuaikan desain nozzle untuk ekstrusi filamen. Meski demikian, ia tetap optimistis bahwa inovasi ini akan memberikan kontribusi nyata dalam upaya pengurangan sampah plastik di Indonesia, salah satu negara dengan tingkat polusi plastik tertinggi di dunia.
Proses Setelah Pemaparan Materi Konferensi di Malaysia (Sumber: Peneliti) |
Dengan target penyelesaian pada Desember 2024, penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah penting dalam menciptakan teknologi berbasis material alami yang tidak hanya efisien, tetapi juga berkelanjutan. “Kami optimis inovasi ini akan membawa dampak positif bagi lingkungan dan masa depan teknologi manufaktur,” tutup Lilis.