CERPEN | JATIMSATUNEWS.COM:
"TAKDIR 0424 ITU INDAH"
Dalam Islam, pernikahan memiliki makna yang sangat mulia dan mendalam, baik dari segi agama, sosial, maupun spiritual, membentuk kemitraan antara suami dan istri untuk saling melengkapi dan mendukung dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Pernikahan ku adalah sebuah pernikahan dengan kebahagiaan yang tak terperi. Aku, seorang perempuan yang bersanding dengan seorang pria yang melengkapi hidupku kala itu. Hari-hari awal pernikahanku seperti mimpi yang menjadi nyata penuh tawa, cinta, dan impian untuk masa depan yang cerah. Aku dan suamiku membangun rumah tangga dengan sebuah kepercayaan dan harapan, berjanji untuk selalu bersama dalam suka dan duka.
Impian tentang rumah tangga yang penuh cinta.
Aku ingin menjadi istri yang membawa kebahagiaan, membangun keluarga sakinah, mawaddah warahmah dalam doa.
Namun, semua itu hancur, luruh seperti air laut yang perlahan mengikis pantai. Kehidupan mulai membawa ujian demi ujian. Awalnya hanya percikan api kecil keisengan yang aku fikir tidak akan menjadi bara.
Pengkhianatan yang tak pernah kusangka, perselingkuhan yang tak pernah kubayangkan terjadi dalam rumah tanggaku dan mengubah segalanya. Hari-hari pun penuh pertengkaran dan kekecewaan. Kehangatan rumah tangga mulai redup, dan impian menjadi istri sholeha itu pun tinggal kenangan belaka. Kepercayaan yang telah hancur karena rasa sakit yang berulang bagai gelombang pasang, menghantam, menghacurkan impianku bersama anak-anakku.
Janji-janji indah, yang dulu di ucapkan depan penghulu, telah berubah menjadi dusta, dan aku tersesat dalam kecewa.Hatiku hancur bagaikan lentera yang retak, seperti figura kaca yang tak bisa dirangkai kembali.
Aku menangis tanpa suara, terluka tanpa tahu, bagaimana cara menyembuhkannya.
Ketidakbertanggungjawabanmu adalah duri yang menusuk. Mengoyak mimpi indah yang dulu kuperjuangkan dengan sepenuh hati.
Namun, semua itu sudah kututup beriringan bersama dengan tutupnya tahun 2024 ini. Mungkin kemarin, Tuhan mau mengajariku, dan menunjukkan, bahwa ini adalah bagian dari proses pendewasaan seorang ibu, dan akhirnya aku terbiasa dengan kehidupan yang seperti itu.
Kini aku bersyukur, dan berterima kasih atas semua ujian yang telah menyapaku, semua telah berakhir. Seperti kata pujangga, tak ada hujan yang tak reda, begitu pun juga dengan problematika seorang hamba.
Semua menjadi sejarah perjalananku. Ini takdir indah yang mengajariku banyak hal. Sekarang, air mataku telah kering. Aku memilih berdiri, tak lagi tenggelam dalam luka yang kau ciptakan.
Aku sadar, bahagia bukan sesuatu yang kuberikan padamu untuk kau hancurkan dengan cuma-cuma.
Bahagia adalah milikku, dan kini aku akan menjemputnya dengan caraku. Cinta yang kutemukan kembali di balik puing-puing kesabaran untuk diriku sendiri. Aku terus maju, dan aku berjanji pada hati dan Tuhanku, bahwa aku akan mengobati semua lukaku dan takkan pernah menoleh lagi ke belakang. Apapun yang ada di hadapanku akan kulalui bersama anak-anakku.
Dengan langkah yang tak lagi ragu meski sendiri,
Aku bangkit dari abu kesedihan, menjadi lebih kuat bagai arang yang tak terkalahkan warna hitamnya. Aku tahu, Tuhan menyiapkan bahagia yang lebih tulus untukku, aku percaya setelah hujan badai berlalu akan muncul pelangi indah di balik mega. Aku ingin tersenyum bersama anak-anakku.
Bagi kamu yang telah menyakitiku, aku sudah memaafkan. Semoga kamu bahagia dengan pilihanmu. Kita jalani hidup kita masing-masing. Bahagia itu milik setiap mereka yang berani berjuang dan sabar.
Dosen STIT IBNU SINA MALANG & Mahasiswa Doktor Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang.