Menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia, menghapus primordialisme kedaerahan
OPINI|JATIMSATUNEWS.COM - 28 Oktober menjadi momentum kebangkitan para pemuda Indonesia ketika menyuarakan tiga dasar negara, yaitu tanah air, bangsa, bahasa. Momentum peringatan yang pertama kali digelar tahun 1928 ini menjadi pijakan utama lintas generasi pemuda Indonesia setiap tahunnya untuk menyuarakan satu kata tanya “Siapa aku? Aku Indonesia?” Para pemuda multigenerasi seharusnya paham sekali dengan hal ini. Sebab, pencapaian terbesar pemuda Indonesia pada masa lalu terukir secara mengakar dalam sumpah serapah yang tidak akan pernah terlupakan keabadiannya.
“Sumpah” menjadi satu kata sakral yang harus diamini keberadaanya. Jika orang bersumpah maka dia harus bertekad atas janji ikrar untuk semestanya. Selain itu, kata sumpah menunjukkan bahwa keberanian menderita jika pernyataan yang disampaikan menjadi tidak benar. Merujuk dari tiga indikator Sumpah Pemuda yakni tanah air, bangsa, dan bahasa. Tanah Air Indonesia adalah kata sakral yang menunjukkan kepada para pemuda multigenerasi bahwa seberapapun menjauh pergi dari Indonesia, harumnya aroma tanah berbijak akan menjadi kerinduan bagi para pemuda yang lahir, bertumbuh, dan menyatu kembali. Setiap pemuda harus sadar tentang ini, tentang tanah air yang pertama kali menerima dan terakhir menyimpan raga.
Selanjutnya, Bangsa. Menurut Benedict Anderson, seorang ilmuwan politik asal Amerika mendefinisikan bangsa sebagai komunitas politik yang dibayangkan dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat. Indonesia adalah rumah dari 1.300 suku dan 700 bahasa. Luasnya pun sedikit lebih besar daripada seluruh wilayah eropa barat, yang meliputi negara-negara seperti Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol, yang totalnya sekitar 1.000.000 km². Kesamaan latar belakang Masyarakat Indonesia menjadikan bangsa ini berdaulat atas nama Indonesia. Multigenarasi perlu memahami betul kedigdayaan bangsa Indonesia sehingga tidak akan ada keraguan dan keciutan hati sebagai kumpulan Masyarakat terhormat di hadapan bangsa lain.
Janji terakhir tentang bahasa. Perenungan lebih mendalam tentang pertama kali bahasa dilahirkan adalah situasi sejarah yang wajib diimani oleh multigenarasi Indonesia. Bayangkan jika janji persatuan bahasa itu tidak diikrarkan. Peristiwa di tanah Sri Lanka tidak menutup kemungkinan akan terjadi di Indonesia. Konflik ini adalah salah satu yang paling tragis dan paling lama berlangsung. Ketegangan antara kelompok Sinhala yang berbahasa Sinhala dan kelompok Tamil yang berbahasa Tamil mengarah pada Perang Saudara Sri Lanka yang berlangsung sejak 1983 hingga 2009. Perang ini menyebabkan ribuan korban jiwa dan penderitaan yang mendalam. Konflik bahasa menjadi simbol ketidakadilan terhadap etnis Tamil, yang merasa termarginalkan karena bahasa Sinhala menjadi bahasa nasional.
Andai para pemuda tidak menyertakan kata menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia, mungkin saat ini Indonesia hanya akan menjadi sebuah “nama negara” semu dengan mengagungkan primordialisme kedaerahan. Oleh karena itu, sepatutnya, bangsa Indonesia bangga akan tanah kelahirannya serta bahasa yang telah menyatukan simbol-simbol kebanggaan daerahnya. Terima kasih para pemuda pendahulu atas sumbangsih ide yang tak lekang akan dimensi multigenarasi. Salam persatuan!
Penulis: Sahrul Romadhon