Tugas Berat Terasa ringan jika dikerjakan bersama,Ngaji Perkum MWCNU Bugul Kidul Hadir untuk memperkokoh sinergi dan profesionalisme Pengurus NU tingkat ranting hingga pusat
PASURUAN | JATIMSATUNEWS.COM
Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Bugul Kidul menggelar acara Ngaji Perkum (Peraturan Perkumpulan) di Blandongan. Kegiatan yang berlangsung pada Rabu (20/11/2024) malam.dihadiri berbagai peserta dari empat wilayah, yakni Blandongan, Bakalan, Kejobo, dan Krampyangan. Acara ini menjadi momentum penting untuk memperkuat pemahaman mengenai tugas pokok dan fungsi pengurus dalam struktur organisasi NU.
Ketua PCNU Kota Pasuruan, KH. Naliur Rohman atau akrab disapa Gus Amak, hadir memberikan paparan motivasi, pesan, dan arahan kepada para peserta. Dalam sambutannya, Gus Amak menegaskan pentingnya memahami peran masing-masing dalam struktur organisasi.
“Terkadang ada yang beranggapan menjadi pengurus NU itu tidak ada pekerjaannya. Padahal, dalam struktur organisasi, setiap jabatan memiliki tugas yang jelas. Jika tugas itu tidak dipahami, akhirnya tidak ada gerakan atau kontribusi yang berarti,” ujar Gus Amak.
Acara Ngaji Perkum ini merupakan bagian dari program Turba PCNU Kota Pasuruan. Sebelumnya, Gus Amak bersama tim telah menggelar beberapa kegiatan, seperti gowes, kunjungan malam, dan orientasi syuriyah serta tanfidziyah.
Kali ini, tema utama yang diangkat adalah pemahaman tentang Peraturan Perkumpulan (Perkum) yang menjadi pedoman organisasi NU. Gus Amak menjelaskan bahwa Perkum merupakan turunan dari ADART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga), yang menjadi landasan tertinggi dalam organisasi. Materi yang dibahas mencakup tugas pokok, fungsi pengurus, dan ukuran kinerja pengurus di masing-masing jabatan.
“Tolok ukur kinerja pengurus NU itu bukan dari seragam atau teriakan semangatnya, tetapi dari sejauh mana target kerja yang telah ditetapkan bisa tercapai,” tambahnya.
Dalam pemaparannya, Gus Amak juga menguraikan struktur organisasi NU mulai dari tingkat PB (Pengurus Besar) hingga anak ranting. Ia menekankan peran strategis setiap bagian, seperti Mustasyar sebagai penasihat, Syuriyah yang merumuskan dan mengendalikan kebijakan, hingga Tanfidziyah yang melaksanakan program kerja.
Ia juga menjelaskan fungsi penting Katib dalam mengatur agenda keagamaan, termasuk kegiatan rutin seperti pembacaan Sahih Bukhari yang menjadi ciri khas PCNU Kota Pasuruan.
“Agenda rutin tidak hanya membaca wirid, tetapi juga mempelajari dalil-dalil Aswaja. Pulang membawa satu atau dua dalil adalah sebuah keberkahan,” jelas Gus Amak.
Gus Amak memaparkan delapan indikator keberhasilan MWC di wilayah klasifikasi A, seperti Jawa. Di antaranya adalah kelancaran permusyawaratan, keterlibatan ranting, pelaksanaan Lailatul Ijtima’ minimal empat kali setahun, memiliki kantor, kegiatan rutin, dan pelaksanaan Program Pendidikan Dasar Pendidikan Kader Penggerak NU (PD-PKPNU). Sementara itu, ranting yang sukses harus memenuhi tujuh kriteria, seperti administrasi yang lengkap, SK sah, hingga memiliki lembaga pendidikan yang berafiliasi dengan NU.
“Kita harus memastikan semua ranting aktif dan bekerja sesuai prosedur. Jika ada kendala, MWC bertugas untuk mendampingi dan memberikan solusi,” tegasnya.
Dalam acara ini, berbagai badan otonom (banom) NU seperti Muslimat, Fatayat, IPNU, IPPNU, Ansor, dan Banser turut dilibatkan. Gus Amak menegaskan bahwa sinergi antar banom menjadi kunci keberhasilan program kerja.
“Jika ini dikerjakan bersama-sama, tugas berat akan terasa ringan dan dampaknya akan besar bagi masyarakat,” tutupnya.
Acara Ngaji Perkum ini diharapkan dapat memperkuat pemahaman pengurus dan memperbaiki kinerja organisasi NU di tingkat MWC hingga ranting. Melalui pengelolaan yang profesional dan terarah, NU dapat terus memberikan kontribusi nyata bagi umat dan bangsa.(Asyraf)