“selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih, maka selama itu kita tidak akan mau menyerah kepada siapapun juga”
OPINI|JATIMSATUNEWS.COM - Masih ingatkan kita tentang sepenggal pidato Bung Tomo tersebut? Pidato ini mampu memporak-porandakan pasukan sekutu yang berusaha kembali menguasai Indonesia setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Penggalan pidato tersebut juga telah berhasil memberikan pengaruh yang sangat besar dalam membangkitkan semangat juang rakyat Indonesia di medan pertempuran. Rasa takut dan keraguan rakyat Indonesia pada saat itu berhasil digantikan dengan semangat pantang menyerah. Pidato tersebut mengobarkan perasaan cinta tanah air yang begitu kuat dan mendorong ribuan rakyat untuk berjuang dengan tekad bulat, meskipun menghadapi kekuatan musuh yang jauh lebih besar.
Cuplikan kedigdayaan para pejuang bangsa dalam medan pertempuran tersebut tentu menjadi nilai-nilai yang harus diajawentahkan dalam pribadi masyarakat Indonesia. Pengorbanan biasanya berkaitan dengan bagaimana individu atau kelompok rela memberikan sesuatu yang berharga atau penting demi mencapai tujuan tertentu, memperjuangkan nilai-nilai tertentu, atau untuk kesejahteraan orang lain. Pengorbanan dapat dilihat dalam berbagai konteks, baik itu dalam psikologi, sosiologi, agama, maupun dalam filosofi moral.
Satu di antara pengorbanan yang dapat diwujudkan dalam menyemai janji keabadian para pahlawan sejak 10 November 1945 yang telah bertransformasi pada era Revolusi Industri 4.0 adalah pengorbanan mindset berpikir. Maksud dari pengorbanan mindset berpikir adalah kemampuan daya ledak pemikiran yang telah dipelopori oleh psikolog Daniel Batson yang mengemukakan bahwa orang berperilaku altruistik karena dorongan empati, yaitu keinginan untuk merasakan atau memahami penderitaan orang lain dan bertindak untuk mengurangi penderitaan tersebut. Batson dan rekan-rekannya dalam eksperimen-eksperimen altruistik mengungkapkan bahwa perilaku altruistik terjadi ketika seseorang merasakan "empati" terhadap orang lain yang membutuhkan pertolongan.
Pengorbanan yang dilakukan oleh para pahlawan Indonesia sejak 10 November 1945 adalah contoh nyata dari altruism yang murni, di mana mereka rela mengorbankan nyawa dan kebahagiaan pribadi demi kemerdekaan dan kesejahteraan bangsa. Seperti yang dijelaskan oleh Daniel Batson, pahlawan-pahlawan tersebut bertindak atas dorongan empati terhadap penderitaan rakyat Indonesia yang tertindas oleh penjajahan.
Semangat mereka untuk memperjuangkan kemerdekaan adalah bentuk tindakan altruistik yang mewujudkan rasa kepedulian terhadap sesama, dan sekarang menjadi inspirasi bagi kita untuk mengembangkan mindset berpikir yang mampu membawa perubahan positif. Dalam era Revolusi Industri 4.0, kita perlu meneladani semangat pengorbanan ini dengan berpikir kritis, inovatif, dan peduli terhadap kemajuan sosial untuk membawa bangsa Indonesia menuju masa depan yang lebih baik. Merdeka!
Penulis: Sahrul Romadhon