Tren baju thrift ini tidak hanya sebatas penghematan, tetapi juga bagian dari kepedulian terhadap lingkungan
SURABAYA|JATIMSATUNEWS.COM – Di tengah hiruk-pikuk Manyar, Surabaya, toko “Rere Secondhand” menjual berbagai koleksi baju thrift yang semakin ramai dikunjungi, terutama oleh kalangan Gen Z. Fenomena thrifting atau membeli baju bekas kini telah menjadi tren yang tidak hanya populer di kalangan remaja dan dewasa namun juga berkembang menjadi bagian dari gaya hidup mereka.
Tren ini semakin ramai berkat adanya media sosial seperti Instagram dan TikTok, di mana banyak pengguna dari Gen Z membagikan momen gaya berpakaian thrift mereka, lengkap dengan inspirasi mix and match. Hal ini menimbulkan rasa penasaran di antara para remaja, yang akhirnya mencari dan menjelajahi berbagai toko thrift untuk menemukan pakaian yang unik namun berkualitas dengan harga yang terjangkau.
Untuk memperkuat bukti, Muhammad Felix Fauzi dan Stephent Anugrah Simanjuntak melakukan wawancara terhadap pengunjung bernama Rina (19), mahasiswa di Surabaya, mengaku senang berburu pakaian thrift. Menurutnya, pakaian bekas sering kali memiliki gaya unik dan bahkan vintage yang jarang ditemukan di toko-toko retail besar. "Aku sering lihat baju thrift di TikTok, dan banyak yang terlihat unik. Di sini, aku bisa menemukan pakaian dengan model yang beda dari orang lain," ujarnya sambil memilih-milih kaos di Rere Secondhand.
Ketika ditanya tentang di mana ia biasa membeli baju thrift, Rina menjelaskan bahwa Manyar menjadi pilihan utamanya karena variasi barang yang ditawarkan cukup banyak dan harganya terjangkau. Selain itu, ia mengaku pernah menemukan pakaian berkualitas dari merek-merek ternama dengan harga yang jauh lebih murah.
Sementara itu, Abdul Azis, Pemilik Rere Secondhand, mengungkapkan bahwa antusiasme terhadap baju thrift memang semakin meningkat, terutama dalam satu tahun terakhir. "Kalau dilihat dari segi penjualan, memang ada kenaikan yang cukup signifikan, apalagi dari pembeli yang usianya masih muda, kebanyakan Gen Z," jelasnya. Ia menambahkan bahwa pakaian vintage dan model oversized menjadi yang paling banyak dicari karena bisa dipadukan dengan berbagai gaya.
Bagi Azis, semakin limited barang second original mengharuskan pemiliknya juga harus mengikuti perkembangan produk barang itu sendiri.
“Karena barang second original yang terbatas itu jumlahnya juga tidak banyak. Harga sewaktu-waktu bisa turun atau malah naik. Pemilik atau kolektor wajib memantau harga di pasar. Ini juga harus dipahami,” ujar Azis.
Abdul Azis juga menyebutkan bahwa tren baju thrift ini tidak hanya sebatas penghematan, tetapi juga bagian dari kepedulian terhadap lingkungan. Banyak dari konsumen Gen Z yang memilih thrifting sebagai langkah untuk mengurangi limbah tekstil, sejalan dengan kampanye sustainability yang sering mereka lihat di media sosial.
Dengan berbagai keunikan dan alasan yang melatarbelakangi, thrifting di Surabaya khususnya di toko seperti Rere Secondhand Manyar, telah menjadi fenomena yang lebih dari sekadar tren. Gen Z tidak hanya mencari pakaian, tetapi juga mengejar identitas, kebebasan berekspresi, dan kepedulian terhadap lingkungan. Inilah yang menjadikan toko-toko thrift semakin populer dan berkembang di berbagai kota besar di Indonesia.
Penulis : Aprilia Devi Nur Aini, dan Nastiti Sintha Respati
Dosen Pendamping : Saifuddin Zuhri. Drs, M.Si