KOTA MALANG | JATIMSATUNEWS.COM-
Pemerintah Kabupaten Bogor melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Kota Malang. Jumat (1/11/2024).
Rombongan yang terdiri dari 31 peserta tersebut disambut langsung oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Diah Ayu Kusumadewi serta Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Noer Rahman Wijaya di Ruang Sidang Balaikota Malang.
Suryanto Putra selaku Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kabupaten Bogor menyampaikan tujuan dari kunker adalah untuk menimba ilmu dalam mengoptimalkan pengelolaan sampah.
"Kami memilih Kota Malang sebagai tujuan dari studi tiru ini karena kami menilai Kota Malang telah berhasil mengelola sampah melalui sanitary landfill dan mampu melakukan pengembangan TPA," tutur Suryanto.
"Hasil dari kami belajar ini, nantinya dapat kami implementasikan di Kabupaten Bogor sehingga dapat memberikan dampak bagi masyarakat Kabupaten Bogor," imbuhnya.
Dikatakan Suryanto, Kabupaten Bogor memiliki wilayah seluas 2.991,78 km² dengan jumlah penduduk sebanyak 5.627.021 jiwa di tahun 2022. Menghasilkan timbulan sampah sebesar 2.727 ton per hari. Dimana 57 persen berasal dari sampah rumah tangga dan sisanya adalah sampah plastik dan lainnya.
"TPA di Kabupaten Bogor sudah menggunung sehingga kami mencoba membangun tempat baru untuk dapat mengurangi timbulan sampah. Kami ingin belajar dari Kota Malang yang telah memperoleh penghargaan yang bisa mengelola sampah dan mengedukasi masyarakatnya," jelasnya.
Di tempat yang sama, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Malang Diah Ayu Kusumadewi memberikan apresiasi dan ucapan terimakasih kepada Kabupaten Bogor karena memilih Kota Malang sebagai salah satu studi tiru.
"Kota Malang memiliki 62 TPS (Tempat Pembuangan Sampah) dimana 57 merupakan TPS aset Kota Malang dan yang lainnya privat. Memiliki 1 TPA Supiturang yang sudah lumayan bagus pengelolaannya dan mendapatkan bantuan dari Jerman melalui ERiC-SWM (Emission Reduction in Cities - Solid Waste Management)" terang Diah.
Dijelaskannya, mulai tahun 2023. Pemerintah Kota Malang mengikuti program LSDP (Local Service Delivery Improvement Program). "Harapan kami dengan adanya program LSDP ini dapat masuk ke oteker-oteker dan polanya sudah RDF sehingga akan ada oteker-oteker yang akan mengelola sampah menjadi zero," ucap Diah.
Dikatakannya, TPA Supiturang dulunya menggunakan sistem open dumping sampai menggunung. "Apabila panas akan terjadi kebakaran hingga tahun 2019 Adipura lepas di tangan karena adanya kebakaran di TPA Supiturang. Kemudian, kami berpikir jika tetap menggunakan open dumping akan terus menggunung. Sehingga kami beralih menggunakan konsep sanitary landfill," bebernya.
"Ternyata, sistem ini bukan sebuah solusi karena kita menyediakan banyak sel di sana dan ini sudah sel kedua yang dipakai dan jika dihitung usianya sampai 6 tahun. Artinya, setelah 6 tahun lahannya akan habis juga," ucapnya.
Untuk itu, Pemerintah Kota Malang menyambut antusias program LSDP. "Intinya ini adalah program 5 tahun ke depan dengan menggunakan dana talangan. Konsepnya sudah sirkular ekonomi karena melalui program LSDP harapannya sudah tidak ada lagi sampah karena semua menjadi barang dan barang itu bisa menjadi nilai rupiah. Akhirnya disitu yang kita utamakan sehingga mulai tahun 2024 sudah ada kajian di DLH dan 2025 pemanpatan dan 2026 mulai fisiknya. Bulan September 2026 sudah bisa menghasilkan PAD," urai Diah.
Hal senada disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Noer Rahman Wijaya. Ia mengatakan bahwa pengelolaan persampahan adalah satu hal yang perlu dipikirkan karena jika tidak ada konsep pengelolaan maka sebuah kota akan dianggap sebagai kota mati atau tidak bisa dikembangkan.
"TPA Supiturang sudah pernah mendapat bantuan dari program ERiC-SWM. Kami mengembangkan konsep sanitary landfill dan sorting komposting. Bahkan saat ini TPA Supiturang ini sedang mengimplementasikan Perda PDRD (Pajak Daerah Retribusi Daerah) terkait pengelolaan persampahan yang bisa menjadi PAD (Pendapatan Asli Daerah) Kota Malang. Sampah organik diolah menjadi kompos. Jadi syukur Alhamdulillah, pengelolaan persampahan bisa membantu PAD Kota Malang," bebernya.
Disebutkan Rahman TPA Supiturang memiliki luas 32,9 hektar dengan timbulan sampah sebesar 778 ton per hari. "Sampah tercatat masuk ke TPA Supiturang sebanyak 66 persen atau 514 per hari dengan pengelolaan sampah yang telah dilakukan mencapai 264,34 ton per hari.
Dalam kesempatan tersebut, Rahman mengemukakan bahwa sanitary landfill usianya hanya sampai 6 tahun saja. Sanitary Landfill proses pengembangan nya saat ini sudah masuk zona kedua.
"Jadi kita sudah masuk ke zona A, zona B, zona C dan zona D. Luasnya 5 hektar dibagi 4 kawasan. Sanitary Landfill bawahnya ada membrannya, kemudian ada sampah. Sampah level 1, level 2 dan ada tutupan. Ini memerlukan anggaran untuk sirtu dan urukan khusus untuk pemadatan sampah. Pemeliharaan yang dilakukan harus sampai 4 tahapan. Mulai dari bukaan lahan hingga tutupan lahan. Ini adalah dasar penilaian Adipura karena 54 persen indeksnya dari Sanitary Landfill," pungkas Rahman. (An)