Dr. Ike Ratnawati, S.Pd., M.Pd., dosen Universitas Negeri Malang (UM) sekaligus ketua kegiatan, menjelaskan bahwa desain sirkulasi produk seni dan pelatihan ini memiliki target ganda.
"Kami tidak hanya fokus pada pengembangan teknik produksi, tetapi juga mendorong inovasi desain yang lebih adaptif terhadap pasar. Melalui kegiatan ini, para pengrajin diharapkan mampu melihat peluang yang lebih besar dalam hilirisasi produk mereka," ungkapnya.
Pelatihan ini diikuti oleh pengrajin dari Kampung Mentaraman. Fokusnya tidak hanya pada teknik pembuatan batik cap, tetapi juga penguatan kapasitas dalam mengelola pemasaran dan branding produk. Pendampingan ini bertujuan memastikan produk batik Kampung Mentaraman mampu bersaing di pasar lokal maupun nasional dengan identitas yang khas dan berkualitas tinggi.
"Untuk meningkatkan daya saing batik Kampung Mentaraman, kami tidak hanya memperhatikan teknik pembuatan batik cap, tetapi juga pentingnya penguatan kapasitas dalam pengelolaan pemasaran dan branding produk. Dengan pendampingan ini, kami berharap produk kami dapat bersaing di pasar lokal dan nasional, dengan identitas yang khas dan berkualitas tinggi," imbuh Dr. Ike.
Batik cap menjadi pilihan strategis karena memiliki proses produksi yang lebih efisien dibandingkan batik tulis. Dengan tetap menjaga estetika dan filosofi motif tradisional, para peserta dilatih untuk memadukan motif lokal dengan desain modern. Hasilnya, produk batik cap Kampung Mentaraman kini hadir dengan diversifikasi motif yang beragam, sesuai tren pasar yang terus berkembang.
Salah satu peserta pelatihan menyampaikan bahwa kegiatan ini memberikan perspektif baru tentang bagaimana kreativitas bisa dikolaborasikan dengan strategi bisnis.
"Kami merasa terbantu dengan adanya pelatihan ini. Tidak hanya belajar tentang teknik batik, tetapi juga bagaimana memasarkan produk kami agar lebih dikenal luas," ujar Tutik, salah satu pengrajin yang mengikuti kegiatan tersebut.
Selain dampak langsung pada ekonomi, program ini diharapkan dapat memberikan efek jangka panjang berupa peningkatan kesadaran masyarakat terhadap nilai budaya lokal. Dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, kegiatan ini menjadi bukti nyata bagaimana kemitraan yang solid mampu mendorong perubahan positif yang inklusif dan berkelanjutan.
Melalui inovasi, pelatihan, dan pendampingan yang berkesinambungan, produk seni seperti batik cap tidak hanya menjadi cerminan identitas budaya lokal tetapi juga simbol dari potensi besar yang dapat diraih melalui kolaborasi. Program ini memberikan harapan baru bagi pengrajin lokal untuk terus berkembang dan menjadikan produk mereka bagian dari ekosistem ekonomi kreatif yang lebih luas.
Pewarta: Luthfi Maulida Rochmah - Mahasiswa UM