Romy Sastra, bersama Ibu Dyah Dhomi Eko Wulandari, guru sekaligus penyair, menjelaskan dasar-dasar penulisan puisi kepada siswa SMPN 2 Purwoharjo
ARTIKEL|JATIMSATUNEWS.COM - Sebagai bagian dari agenda Jambore Sastra Asia Tenggara 2024, para penyair yang karyanya terpilih dalam antologi puisi "IJEN PURBA" berkesempatan untuk berbagi wawasan sastra kepada para siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan puisi dan menumbuhkan kecintaan terhadap sastra.
Pada kesempatan ini, saya, Romy Sastra, bersama Ibu Dyah Dhomi Eko Wulandari, guru sekaligus penyair, menjelaskan dasar-dasar penulisan puisi kepada siswa SMPN 2 Purwoharjo. Mengapa penting untuk mencintai puisi? Karena cinta adalah dasar yang memperindah setiap proses. Dengan cinta, kita dapat menciptakan puisi yang penuh estetika dan makna.
Mengapa Menulis Puisi?
Menulis puisi adalah cara mengekspresikan diri melalui estetika bahasa. Puisi bukan sekadar rangkaian kata, tetapi lahir dari perasaan yang mendalam dan pengalaman yang kaya. Menulis puisi bisa menjadi sulit jika kita tidak mencintai prosesnya atau tidak memiliki pemahaman mendalam tentang puisi itu sendiri.
Langkah-langkah Menciptakan Puisi
1. Cintai Bahasa Indonesia
Mencintai bahasa Indonesia berarti menghargai dan memahami tata bahasa serta aturan penulisan yang benar. Sebagai generasi muda, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia melalui karya sastra.
2. Pilih Diksi yang Tepat
Diksi atau pilihan kata adalah elemen penting dalam puisi. Pemilihan kata yang tepat dan indah akan memberikan kesan mendalam pada puisi yang kita tulis.
3. Gunakan Majas untuk Memperkaya Makna
Majas adalah gaya bahasa yang memberi warna pada puisi. Penggunaan majas yang tepat dapat membuat puisi lebih hidup dan menyentuh. Misalnya, majas metafora atau simile akan membantu menghadirkan gambaran visual yang kuat dalam puisi.
Menulis Puisi: Tantangan dan Kesempatan
Banyak yang merasa menulis puisi adalah hal yang sulit karena kurangnya cinta dan pemahaman terhadap puisi itu sendiri. Sastra, khususnya puisi, adalah ranah keilmuan yang memiliki nilai dan martabat tinggi. Puisi tidak hanya menjadi karya seni tetapi juga dapat memberikan nilai ekonomi kreatif.
Para pemula dianjurkan untuk belajar menulis puisi dengan serius, baik melalui pembimbingan penulis senior maupun bergabung dalam komunitas sastra. Dengan bimbingan yang tepat, kita dapat menghindari puisi yang hanya sekadar curahan hati atau curhat tanpa nilai artistik yang jelas.
"Bangunlah dari tidur, anak-anak muda! Sadarkan diri dan cintailah puisi. Jangan biarkan kecintaan pada sastra hanya menjadi mimpi."
Struktur Dasar Puisi
Dalam struktur puisi, kita bisa memahaminya seperti tubuh manusia, ada kepala, badan, dan kaki.
1. Kepala
Kepala puisi adalah judul. Tanpa judul, puisi seperti tubuh tanpa kepala; ia kehilangan identitas. Judul sebaiknya mencerminkan tema puisi, yaitu ide atau gagasan utama yang ingin disampaikan.
2. Badan
Badan puisi terdiri dari diksi, bait, dan larik yang membentuk alur puisi. Diksi yang dipilih dengan tepat akan memperkuat pesan dan makna puisi.
3. Titimangsa
Titimangsa adalah keterangan waktu dan tempat di akhir puisi yang mencatat kapan dan di mana puisi ditulis. Ini penting untuk menjaga orisinalitas karya dan menjadi bukti autentikasi.
Inspirasi di Sekitar Kita
Setiap hal di sekitar kita bisa menjadi sumber inspirasi untuk puisi. Mulailah dengan perenungan dan biarkan emosi serta imajinasi mengalir. Segala hal dapat dituangkan dalam puisi jika kita mampu mengolahnya dengan perasaan yang mendalam.
Menurut Sofyan RH Zaid, ada tiga gaya bahasa dalam puisi:
1. Bahasa Umum
Bahasa sehari-hari yang digunakan tanpa hiasan, seperti “Aku melihat air matamu mengalir di pipimu.”
2. Bahasa Puitis
Bahasa yang menyentuh emosi, contohnya, “Aku melihat kristal-kristal bening mencair di pipimu yang basah.”
3. Bahasa Penyair
Gaya khas yang menunjukkan ciri khas seorang penyair, seperti “Aku melihat telaga nan tumpah di sudut iba, rembulan tertutup awan.”
Membuat Puisi yang Baik: Sebuah Pertanyaan dan Jawaban
Salah seorang siswa bertanya, bagaimana menciptakan puisi yang baik?
Romy menjawab bahwa tidak ada istilah puisi yang buruk atau sempurna; teruslah berkarya dengan jujur dan biarkan puisi berbicara untuk dirinya sendiri. Puisi yang baik adalah puisi yang hidup dan menyentuh pembaca, membangkitkan emosi dan refleksi. Ketika puisi mampu menyampaikan pesan dan dihargai oleh pembacanya, di situlah puisi itu menjadi bermakna.
Jakarta, 30 Oktober 2024
Biodata Penulis:
Romy Sastra lelaki berdarah Minang. Kelahiran Kubang Bayang Pesisir Selatan Sumatera Barat Indonesia, berdomisili di Jakarta Barat. Kegiatan sehari-harinya adalah berniaga di kaki lima, puisi baginya adalah jati diri yang dia kenali dari namanya sendiri. Salah satu karyanya mendapatkan anugerah puisi terbaik pertama di media apajake 2023, dan juara 3 lomba cipta puisi tingkat nasional dengan tema: "Jejak Seni dan Dakwah dalam Langkah sang Pendiri" Ambo Dalle 2024. Pernah menghadiri Temu Penyair Dunia di Kelantan Malaysia 2018. Menghadiri "Temu Penyair Ziarah Karyawan/Kesenian Nusantara" Pahang Malaysia 2019. Menghadiri Jambore Sastra Asia Tenggara 2024 Banyuwangi, dll. Menerbitkan dua buku puisi tunggal "Tarian Angin 2019, Alegori 2023". Karyanya tergabung di 100 lebih buku antologi puisi bersama: Indonesia, Malaysia, Kanada.
Email: romysastra76@gmail.com
Hp: 082310330589