Gambar 2

Gambar 2

Yakinlah Banyak Berkah Di Balik Bencana Semeru

Admin JSN
01 Oktober 2024 | 10.43 WIB Last Updated 2024-10-01T03:43:57Z

 


Catatan: Yousri Nur Raja Agam

ARTIKEL|JATIMSATUNEWS.COM - Bencana yang terjadi akibat letusan gunung berapi, memang datang sekonyong-konyong. Tidak gampang diramal. Sulit untuk dihitung dengan ilmu pasti. Manusia dan para ahli hanya dapat menduga-duga. Melihat dan meraba dari berbagai gejala alam yang terjadi. Salah satu yang sering menjadi tanda, adalah turunnya binatang dari hutan lereng gunung ke daerah aman.

            Namun, setelah gunung berapi meletus, awan tebal mengepul ke langit. Berbagai peristiwa terjadi. Ada hujan abu, erupsi. lahar dingin dan lahar panas. Bahkan tidak jarang pula, batu-batu besar dan pasir menyertai awan panas itu. Dari puncak gunung pun, kemudian muntahan dari kawah itu meluncur ke bawah. Ada yang melalui jalur resmi, sungai dan tangkis-tangkis yang sudah disiapkan. Tetapi tidak jarang pula muntahan kawah itu mengalir melalui jalan-jalan baru. Isi perut bumi itu melanda segala jenis yang tumbuh dan berada di lereng gunung.

            Akibat yang ditimbulkan, selalu memberi peringatan. Agar awas dan waspada. Karena melindas segala yang dilewati. Melanda hutan, perkebunan dan lahan pertanian. Dan tentunya juga meluluh-lantakkan kawasan permukiman. Inilah cikal bakal yang disebut bencana alam itu.

            Menghadapi tantangan dan cobaan dari Allah Tuhan Semesta Alam itu, manusia bersama makhluk hidup lainnya, hanya menyerah. Tawakal dan berdo’a, memohon perlindungan Sang Maha Pencipta.

            Pemerintah melalui lembaga yang dibentuk, hanya bisa berusaha menanggulangi. Untuk itulah maka dibentuk Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat pusat dan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) di tingkat provinsi, kabupaten dan kota, di seluruh Indonesia.

            Tidak dapat dipungkiri, seluruh alam Nusantara kita ini rawan terhadap bencana. Salah satu yang maha dahsyat adalah gempa bumi, disertai dengan tsunami. Di samping letusan gunung api dan longsor, juga luapan air sungai dan laut yang mengakibatkan banjir. Semua itu, tiada henti dan terjadi silih berganti di berbagai daerah.

            Provinsi Jawa Timur, adalah suatu contoh daerah yang lengkap terhadap ancaman bencana alam itu. Selain beberapa gunung apinya masih aktif, sungainya banyak dan mengalir ke seluruh wilayah. Juga kejutan gempa yang dating secara tiba-tiba. Tidak hanya di daratan, tetapi juga dari laut dan samudera.

            Gunung Semeru, gunung tertinggi di Pulau Jawa, juga disebut Sang Mahameru, adalah gunung yang menakjubkan. Kendati Gunung Semeru ini menakutkan, namun di balik bencana yang dimuntahkan, ada berkah yang dihasilkan. Betapa tidak, setiap gunung Semeru meletus, ratusan juta meter kubik pasir diluncurkan. Mengalir dari puncak sampai ke wilayah Kabupaten Lumajang dan Malang. Hikmah di balik bencana yang pertama terlihat adalah pasir hitam yang berharga mahal itu. Kecuali itu, juga abu yang menutupi lahan pertanian, mengakibatkan kesuburan tanah. Berbagai jenis tanaman di sawah dan perkebunan menjadi harapan umat di wilayah ini. Dan satu lagi yang menarik, adalah lahirnya destinasi wisata di mana-mana.

            Kecemasan yang terpancar di wajah Kepala BPBD Jawa Timur, Gatot Subroto, memang kelihatan tegang. Namun tidak selalu kecemasan itu membuat membuat hatinya berdebar. Senyum kepuasan pun kadangkala muncul, membayangkan berkah yang bakal dianugerahkan Sang Maha Kuasa kepada warganya. Daerah yang semula menyeramkan, berubah menjadi wilayah rekreasi yang terang benderang dan menggembirakan.

            Gatot Subroto, tidak perlu bernostalgia mengenang masa lampau. Cukup mengingat kembali kejadian di bulan September 2024 ini. Dikatakan, aktivitas Gunung Semeru yang tingginya 3.676 meter di atas permukaan laut (dpl) itu masih didominasi gempa erupsi dan letusan rutin. Tetapi, berkat laporan yang cepat dari petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, menyatakan pengamatan kegempaan di akhir pekan ini tercatat 72 kali gempa erupsi dengan amplitudo 10-23 mm dengan lama gempa 60-187 detik.

            Dari laporan itu ada empat kali gempa guguran dengan amplitudo 2-8 mm sebanyak lima kali harmonik dengan amplitudo 2-10 mm, berlanjut satu kali gempa vulkanik dan empat kali gempa tektonik, katanya. Sebelumnya juga tercatat 66 kali gempa erupsi dengan amplitudo 12-22 mm dan lama gempa 60-178 detik, sebelas kali gempa embusan dan 14 kali harmonik, serta satu kali tektonik lokal.  

            Berdasarkan kisah singkat yang terjadi terus-menerus itu, sesuai laporan yang diterima dari Ghufron Alwi, petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, di Lumajang, kelihatannya adalah hal yang biasa. Walaupun demikian, laporan petugas itu perlu diperhatikan, sebab Gunung Semeru saat ini masih berstatus waspada. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) memberikan rekomendasi, agar masyarakat tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara, di sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 km dari pusat erupsi. Sedangkan di luar jarak itu masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai, sepanjang Besuk Kobokan. Sebab, berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar, hingga jarak 13 km.

            Erupsi tersebut tidak berdampak, sehingga kami tidak menurunkan tim ke lokasi. Kendati demikian BPBD Jatim akan terus memantau, dan berkomunikasi dengan tim Pusat Pantau Gunung Semeru. Dari laporan itu kami mengetahui kondisinya. Sehingga, kami dapat berkoordinasi dengan BPBD kabupaten Lumajang, ujar Gatot Subroto.

Begitulah sekilas kisah dan cerita di balik aktivitas Gunung Semeru atau Mahameru itu.

Tidak Sekedar Janji

Kepala Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Timur, saat ini dalam masa transisi. Gubernur Jawa Timur masa bakti 2018-2023, Khofifah Indar Parawansa dengan Wakilnya Emil Elestianto Dardak, sudah berakhir 13 Februari 2023. Di masa peralihan menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak, 27 November 2024, Jawa Timur dipimpin oleh Penjabat (Pj) Gubernur, yakni Adhy Karyono.

Ada hal yang menarik di masa pemerintahan sela itu. Adhy Karyono, mendapat tugas meresmikan tanggul Sungai Mujur dan Jembatan Mujur II Kelopo Sawit yang ada di Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Sabtu (8/6/2024).

Jembatan itu, merupakan gerak cepat dari Pemprov Jatim mengatasi dampak bencana banjir lahar dingin yang menerjang Kabupaten Lumajang pada tanggal 18 April lalu. Akibat bencana banjir itu, tujuh desa dan tiga kelurahan di lima kecamatan terendam banjir. Sebanyak enam jembatan rusak, salah satunya jembatan Mujur II Kelopo Sawit.

Nah, ketika meninjau lokasi bencana di bulan April itu, Pj.Gubernur Jatim Adhy Karyono berjanji segera memperbaiki jembatan yang rusak itu. Alhamdulillah, memang Adhy tidak sekedar janji. Sebab, sudah selesai dalam waktu singkat. Jembatan itu merupakan jembatan penghubung dua wilayah kecamatan di Kabupaten Lumajang.

Untuk melihat lebih dekat keberadaan dan manfaat jembatan Mujur II itu, Kelompok Wartawan Grahadi, melakukan kunjungan ke sana. Sebanyak 51 wartawan menyaksikan langsung fungsi dan dampak positif Jembatan Mujur II itu. Selain meninjau jembatan itu, berbagai penjelasan tentang Gunung Semeru, disampaikan oleh para ahli dari BPBD Jatim. Di antaranya: dari Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim Dadang Iqwandi, ST, MTlt. Kordinator Forum Komunikasi TAGANA Jatim, Hanif Ikhsanuddin, S.ST dan Ketua Tim Kerja Penenangan Bencana Alam Dinas Sosial Jatim, Emil Wahyudianto ST, M Eng. Selain itu, juga pejabat Fungsional Madya Teknik Jalan Jembatan dari dinas PU Bina Marga Jatim, dan Wempi Roberto Goa, S.Sos, M.I.Kom, Pustakawan Ahli Muda Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Prov. Jatim.

Tanggul Sungai Mujur ini dibangun di dua titik lokasi dan 1 upaya normalisasi. Titik pertama dengan tanggul sepanjang 225m, tinggi 7.5 m dan krib sepanjang 30 m dengan tinggi 4.5 m, titik kedua tanggul sepanjang 62 m dengan tinggi 2 m dan untuk normalisasi sepanjang 362 m dengan volume 3.169 m3.

Kecuali Jembatan Mujur II, Pemprov Jatim juga menggarap empat tanggul di lokasi berbeda di Kab. Lumajang. Juga ada lima jembatan yang dibangun dan satu jembatan lagi diperbaiki. Dan tidak lupa diinformasikan pula ada perbaikan jalandi Tawon Songo kecamatan Pasrujambe.

Kegiatan pembangunan dan perbaikan akibat bencana di bulan April itu, menghabiskan dana hampir Rp52 miliar.

Huntara dan Huntap

Selain berkunjung ke proyek jembatan Mujur II, rombongan diajak menyaksikan kawasan pembangunan perumahan untuk korban bencana alam Semeru beberapa waktu lalu. Proyek perumahan ini disebut: Huntara (Hunian Sementara) dan Huntap (HuniAN Tetap).

Asisten Administrasi Sekda Kabupaten Lumajang, Agus Widarto yang mewakili Pj. Bupati Lumajang, Indah Wahyuni, menguraipaparkan hal ini di Pendopo Arya Wiraraja Kabupaten Lumajang, Selasa (17/9/2024) malam.

Informasi tentang Huntara dan Huntap ini, merupakan progres pasca bencana erupsi Gunung Semeru yang terjadi di Kabupaten Lumajang, ujar Agus. Atas nama Pj.Bupati, katanya,  

Kisah-kisah di balik bencana ini bisa menjadi inspiratif. Sekaligus, juga sebagai proses pelaksanaan dan tantangan yang dihadapi. Tentunya hal ini, punya dampak positif dalam penanganan pasca bencana di Kabupaten Lumajang.

Saat ini, hunian tetap telah terselesaikan 1.951 unit. Ini sesuai dengan target, ujar Agus Widarto.

Memang benar, kata Kepala Desa Sumber Mujur, Yayuk Sri Rahayu, ketika menjamu rombongan jurnalis yang datang dari Surabaya. Menurut Yayuk, di Lumajang ini ada tradisi selamatan masyarakat lereng Gunung Semeru. Tradisi itu disebut Barikan yang berlangsung setiap Jum'at Legi. Tradisi dengan doa ini dilakukan secara Islam.

Saat berada di ruang Pertemuan itu, Yayuk menjelaskan, Huntap berdiri di atas lahan seluas 82 hektar. Dulunya di sini kebun cengkeh milik Perhutani.

Berkah di Balik Bencana

Jerit tangis dan duka yang mendalam dari para korban bencana letusan Gunung Semeru, tak kan terobati. Jiwa yang melayang terkubur abu dan lava panas, tidakek mungkin kembali. Bagaimanapun juga, Tuhan sang Penguasa Alam, sudah membuat rencana jangka panjang. Tidak hanya kaitan dengan dunia, tetapi juga berhubungan dengan akhirat.

Kepercayaan itu, merupakan penyejuk hati bagi orang yang beriman. Sehingga, di balik bencana alam itu, tentu Allah punya rencana lain. Sekurang-kurangnya bagi penganut agama akan menerima kenyataan itu. Maka, mereka akan terhibur dengan berbagai kenyataan, bahwa di balik bencana alam itu ada berkah yang bakla muncul. Ada, pepatah menyebutkan “Sengsara membawa nikmat”.

Lebih jauh lagi, bagi umat Islam akan mempercayai ayat suci Al Quran Surat Al Insyirah ayat 6 yang berbunyi: Inna ma’al ‘Usri Yusra, Fain na ma’al ‘Usri Yusra. Artinya: Sesungguhnya di balik kesulitan itu, ada kemudahan.

Nah, dengan keyakinan itu, terbukti bahwa di balik bencana alam letusan gunung itu, termasuk Gunung Semeru, ada berkah yang bakal datang. Sebagai contoh langsung, Setelah letusan gunung terjadi, perut bumi memuntahkan abu vulkanis, lava pijar yang cair dan awan panas guguran. Berikutnya, hujan lebat turun mengiringi erupsi. Sehingga, menggelontorkan lahar yang membawa material vulkanis dari lereng atas-tengah ke lereng bawah.

Tidak hanya itu, aliran lahar kencang itu telah menghancurkan berbagai sarana dan prasarana kehidupan masyarakat. Erupsi gunung api memang merupakan petaka untuk manusia, menghancurkan lingkungan dan merusak infrastruktur di sekitarnya. Namun, setelah letusan nanti, tanah-tanah di sekitar gunung akan subur.

Dalam catatan para ilmuan, sejak awal abad ke-19 lebih dari 70 kali Semeru meletus. Biasanya berlangsung beberapa hari sampai bulanan. Kendati letusan gunung tidak pernah bosan menggoda kehidupan masyarakat, sebaliknya warga juga tidak kapok-kapoknya menghindar jauh dari kitaran gunung itu.

Selain kesuburan tanah akibat erupsi yang menggelontor material vulkanis, itu bagi masyarakat Kabupaten Lumajang, “pasir” yang hanyut sampai kea rah pantai dianggap sebagai “primadona” kehidupan. Tidak sedikit masyarakat yang berbisnis pasir Lumajang yang terkenal berkualitas itu.

Rangkuman lain yang berhasil dihimpun, akibat letusan gunung Semeru itu, terdeteksi berbagai unsure kimia yang bermanfaat. Jumlah tertinggi adalah kalsium oksida (CaO) mencapai 18% (180.000 mg/kg), magnesium oksida (MgO) 3,6% (36.000 mg/kg), potasium oksida (K2O) 2,16% (21.600 mg/kg) dan 2,52% (25.200 mg/kg) fosfor pentaoksida (P2O5). Ke empat elemental oksida ini merupakan unsur hara penting yang sangat dibutuhkan tanaman dan kehadirannya di tanah akan meningkatkan kesuburan tanah.

Produksi pertanian dan perkebunan dari lahan di sekitar Semeru, cukup banyak. Selain terkenal pisang dengan berbagai jenis, juga salak, jeruk, dan macam-macam buah favorit dari Lumajang.

Kadar kalsium di tanah tropis seperti di Indonesia tidak terlalu tinggi kecuali pada tanah yang berbahan induk batu kapur. Kekurangan kalsium pada tanah dapat diatasi dengan penambahan kapur pertanian agar konsentrasinya di dalam tanah minimal 5 cmol/kg tanah (100 mg/kg). Dengan penambahan 1 kg pasir vulkanis ke dalam tanah maka akan terjadi peningkatan kadar kalsium sampai 1800 kali lipat.

Idealnya di dalam tanah harus tersedia unsur fosfor (P) sebanyak 20-100 mg/kg agar tanaman tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pasir vulkanis dapat menyumbang fosfor per kilogramnya sebanyak 25 g, berarti terjadi peningkatan konsentrasi fosfor antara 200 sampai 1000 kali.

Tanah pertanian Indonesia umumnya kekurangan unsur fosfor dan petani harus memupuk tanahnya dengan pupuk fosfor (TSP, SP-36) dalam jumlah yang banyak. Maka, material vulkanis mengandung nutrisi penting untuk meningkatkan kesuburan tanah.

Walaupun awalnya abu ini banyak menimbulkan masalah, tapi pemanfaatan yang tepat akan membuat abu ini sebagai sumber tanah yang terbarukan. Sehingga abu tersebut harus kita manfaatkan dan jangan terhanyutkan di sungai.

Jadi jika saat ini letusan gunung itu membawa bencana, beberapa tahun lagi material letusan itu akan membawa berkah di sektor pertanian di sekitar gunung. (*)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Yakinlah Banyak Berkah Di Balik Bencana Semeru

Trending Now