Kompetisi ini berfokus pada pemahaman kitab kuning, dan Ana mengikuti kategori kitab Nihayatuz Zain, karya ulama besar Syekh Nawawi al-Bantani. Setelah melalui dua tahap seleksi yang ketat serta babak penyisihan, Ana berhasil menyingkirkan para peserta lainnya dari berbagai negara Asia Tenggara hingga meraih posisi sebagai juara kedua.
Keberhasilan ini tentu tidak lepas dari bimbingan intensif di bawah pengawasan KH Mukhlason Nasir, pengasuh pondok pesantren Mansyaul Ulum serta para guru. Ana Maulidiyah merupakan salah satu santri yang dikenal gigih dalam belajar, khususnya dalam memperdalam ilmu agama dan penguasaan kitab kuning.
Ana Maulidiyah bersaing dengan para peserta dari berbagai negara di Asia Tenggara dalam ajang yang menitikberatkan pada kemampuan membaca dan memahami kitab kuning. Keterampilan Ana yang mumpuni dalam memahami teks-teks klasik Islam mengantarkannya meraih prestasi gemilang ini.
Kepala Madrasah Aliyah Abdur Rosyid Asadullah, menyampaikan apresiasi kepada Ana yang telah menunjukkan kualitas keilmuan yang tinggi.
"Keberhasilan ini bukan hanya milik Ana pribadi, tetapi juga kebanggaan bagi Mansyaul Ulum Ganjaran dan bangsa Indonesia," ujarnya
Wakil Kepala Pondok Pesantren Mansyaul Ulum, Ustadz Amiruddin sekaligus sebagai official, mengungkapkan rasa syukur dan bangganya atas prestasi Ana maulidiyah "Ini adalah bukti bahwa pondok pesantren tidak hanya menjadi tempat untuk menimba ilmu agama, tetapi juga tempat untuk mencetak generasi yang berdaya saing di tingkat internasional," ungkapnya
”ini adalah hasil / buah konsitensi, di balik itu ada tidur yang tidak nyenyak, ada makan yang tak lagi enak, itu adalah perjuangan” pungkas Ustadz Amiruddin
Keberhasilan Ana Maulidiyah ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi para santri lain untuk terus belajar dan berprestasi. Kompetisi seperti MQK ini menjadi wadah penting untuk menunjukkan bahwa generasi muda Islam mampu bersaing di kancah global dengan ilmu dan akhlak yang unggul.