Dr. Subhan, saat memimpin doa sebelum sarasehan dimulai |
Pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang memiliki peran besar dalam mencetak generasi penerus bangsa. Kemerdekaan Indonesia tidak lepas dari peran orang-orang pesantren. Karenanya pemerintah sangat berkepentingan untuk ikut hadir dalam memperkuat peran pesantren dan mempersiapkan santri menjadi generasi tangguh di masa depan.
Dalam rangka menyambut Hari Santri pada tanggal 22 Oktober, Pemerintah Kota Malang menggelar kegiatan sarasehan bertajuk "Sarasehan Santri Tangguh, Merengkuh Masa Depan" pada Selasa (17/10) di Ballroom Mahameru, Aria Gajayana Hotel.Giat yang didasarkan pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren dan Peraturan Gubernur Nomor 3 Tahun 2022 tentang Fasilitasi Pengembangan Pesantren ini, menurut Kabag Kesra H. Mabroer sebagai upaya untuk memberdayakan potensi luar biasa yang dimiliki para santri secara optimal, baik dari segi intelektual maupun spiritual, agar mereka mampu menghadapi tantangan masa depan dengan tangguh.
Dalam sambutan pembukanya, Sekretaris Daerah Pemerintahan Kota Malang, Erik Setyo Santoso, ia menyatakan bahwa momen ini merupakan hal penting bagi para santri dan pengurus pesantren dan aparat pemerintah guna berdiskusi langsung untuk mengurai berbagai masalah yang harus dihadapi.
"Hari Santri tercetus dari perjuangan para santri melalui Resolusi Jihad dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Kini, santri memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa dengan fokus pada pendidikan dan pembentukan karakter," ujarnya.
Erik juga menekankan pentingnya santri menguasai teknologi namun tetap bijak dalam menggunakannya. "Saya berharap santri Kota Malang dapat menjadi motor penggerak ekonomi, sekaligus menjadi benteng dari intoleransi dan ekstremisme. Kegiatan ini harus menjadi forum diskusi yang mampu menghasilkan solusi untuk berbagai persoalan bangsa di masa depan," tambahnya. Diakhir sambutannya, Sekda Pemerintah Kota Malang ini memberikan doorprize kepada santri yang berhasil menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh Sekda Kota Malang.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Malang yang dalam giat ini berkenan menjadi pemateri pertama, menekankan bahwa santri harus menjadi pribadi yang dapat mewujudkan perkataan dan ilmunya dengan tindakan nyata. "Santri harus melihat segala sesuatu melalui kacamata kasih sayang, karena kita semua adalah makhluk Allah, karena santri adalah penerus Kyai yang senantiasa memandang umat manusia dengan kacama kasih sayang sebagaimana diajarkan Rasulullah" ujarnya.
Gus Shampton panggilan akrab Kepala Kemenag Kota Malang ini juga menyoroti pergeseran fokus orang tua dalam memilih pesantren, yang kini lebih mempertimbangkan fasilitas dibandingkan figur Kyai. Padahal, Kyai atau pengajar adalah salah seorang pendidik yang anak didiknya dituntut tahu track record keilmuan dan moral Kyai sebagai sosok panutan. Selain itu, ia mengkritik kebijakan pendidikan formal yang dirasa kurang berpihak pada pendidikan agama, semakin sempit ruang waktu untuk pendidikan diniah dan ngaji Al-Qur'an.
Sosok Kyai yang pantas dijadikan panutan menurut Kepala Kantor yang juga salah satu pengasuh pesantren Nurul Huda Mergosono ini adalah sosok yang setiap perilaku dan perkataannya senantiasa mencerminkan pada tiga hal penting sebagaimana pesan Habib Abdullah Al Haddad dalam bukunya Hikam Haddadiyah: yang pertama memotivasi santri untuk selalu mengingat nikmat dari Allah; yang kedua menyampaikan hal-hal yang menumbuhkan ketaatan kepada Allah; dan yang ketiga memotivasi untuk menjauhi kemaksiatan. Tiga variable ini juga bisa digunakan untuk mendeteksi mana ulama yang sesungguhnya dan mana ulama abal-abal yang hanya mencari sensasi belaka sebagaimana di era sekarang ini banyak bermunculan.
Giat yang dimoderatori oleh Sukirman, M.PdI, Kasi PD Pontren Kemenag Kota Malang ini pada sesi dua menampilkan Riza Wahyuni, S.Psi., M.Si salah satu pakar psikologi forensik. Riza yang juga alumni pesantren ini menekankan pada pentingnya penghapusan budaya bullying di Pesantren dan menghilangkan hukuman dengan Kekerasan. "Kekerasan dan bullying bukanlah identitas pesantren. Karenanya kita harusbisa menjaga pesantren sebagai lingkungan yang aman, terutama bagi perempuan dan anak, serta memastikan pendidikan yang diterapkan selalu berlandaskan kasih sayang dan kembali pada pendidikan seperti yang tercantum pada kitab ta’lim muta’allim." tegasnya.
Kegiatan Sarasehan Santri Tangguh ini diharapkan dapat menjadi tonggak penting dalam upaya mencetak santri yang tidak hanya tangguh secara intelektual, tetapi juga kuat dalam akhlak dan spiritual, sehingga mampu menghadapi berbagai tantangan di masa depan dengan lebih siap dan matang. Y42K