PASURUAN|JATIMSATUNEWS.COM - Kopi adalah minuman yang dihasilkan dari biji kopi yang dipanggang dan digiling, serta dikenal dengan aroma dan rasanya yang khas, kopi mengandung kafein yang memberikan efek stimulan. Minuman ini populer di seluruh dunia dan disajikan dalam berbagai acara, dan seringkali menjadi bagian penting dalam budaya dan kehidupan sosial masyarakat.
Desa Kalipucang, Tutur, Kabupaten Pasuruan berwilayah di kaki Gunung Bromo. Sepanjang jalan terdapat perkebunan dan pepohonan yang masih sangat rindang. Banyak tanaman ditanam di perkebunan warga, seperti pohon cengkeh, pohon kopi dan pohon sengon. Dari beberapa pengakuan warga, produksi utama di Desa Kalipucang adalah produksi kopi, sedangkan untuk tanaman cengkeh sudah mulai ditinggalkan. Hal tersebut dikarenakan adanya serangan organisme pengganggu tanaman sehingga menyebabkan terjadinya penuruan kualitas cengkeh yang dihasilkan.
Salah satu produksi kopi yang cukup menarik dan menajanjikan namun masih kurang dilirik adalah produksi kopi KO-PUCANG milik Pak Iswanto. Pak Iswanto merupakan salah satu produsen yang ada di Desa Kalipucang. Kopi yang diproduksi oleh beliau antara lain adalah kopi robusta dan arabika. Beliau sudah cukup lama menekuni bidang tersebut sejak beberapa tahun yang lalu, bahkan sebelum harga kopi naik seperti sekarang. Agar pemahaman tentang kopi dan pemasaran produksi kopinya terus meningkat, Pak Iswanto seing mengikuti kegiatan pameran, seminar bahkan kontes atau kejuaran tingkat kabupaten dan mampu menang dalam beberapa kontes tersebut.
Kopi Robusta dan Kopi Arabika adalah dua jenis utama biji kopi yang memiliki karakteristik dan rasa yang berbeda. Kopi Arabika, yang berasal dari tanaman Coffee Arabica, dikenal karena rasanya yang halus, kompleks, dan memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi, sering kali diiringi dengan aroma buah dan bunga. Di sisi lain, Kopi Robusta, berasal dari Coffee Canephora, cenderung memiliki rasa yang lebih kuat, pahit, dan kurang asam, serta mengandung lebih banyak kafein. Robusta juga lebih tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga sering ditanam di daerah yang lebih rendah dan dengan iklim yang lebih keras. Perbedaan ini membuat kedua jenis kopi memiliki tempatnya masing-masing dalam industri kopi dan preferensi konsumen.
Pak Iswanto menanam pohon kopi di lahan milik pribadi yang masih berada di kaki Gunung Bromo dengan ketinggian tanah kurang lebih 800 mdpl. Dengan ketinggian tanah tersebut, kopi yang dihasilhan memiliki rasa yang unggul dan dapat bersaing dengan kopi-kopi lainnya. Perawatan yang dilakukan terhadap pohon kopi tersebut yaitu dengan memberikan pupuk organik berupa biogas yang diolah sendiri oleh Pak Iswanto dengan bahan baku berupa kotoran sapi dan kulit kopi. Seluruh bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biogas berasal dari hewan ternak dan tanaman yang dibudidayakan oleh Pak Iswanto sendiri.
Pengolahan kopi KO-PUCANG menggunakan mesin pengolahan kopi yang terdiri dari mesin pengupas kulit kopi, mesin sangrai, mesin pengecil ukuran serta mesin untuk packaging. Mesin-mesin tersebut beberapa berasal dari bantuan pemerintah yaitu seperti mesin pengupas kulit kopi, mesin sangrai serta mesin pengecil ukuran. Perawatan tanaman kopi dilakukan secara telaten serta memberikan pupuk sesuai dengan takaran sendiri sesuai dengan pengalaman beliau selama menanam kopi bertahun-tahun serta ilmu yang didapatkan saat mengikuti seminar, pameran dan kontes kopi. Proses pemilihan biji kopi yang siap dipanen didasarkan pada warna biji kopi tersebut yang sudah berwarna merah.
Informasi selengkapnya mengenai KO-PUCANG atau kopi produksi milik Pak Is dapat diakses melalui platform sosial media beliau
https://www.instagram.com/cak.is_kopucang?igsh=MWs5M2JmaTJtMW9vdw
https://youtube.com/@kopucangcofeeto8617?si=0x2LAE7KcukRiVsN