Kerjasama IAIN Madura dengan Tim Pakem Maddhu Pamekasan dalam membuat inovasi pembelajaran sastra Madura berbasis AI melalui FGD
MADURA|JATIMSATUNEWS.COM – Dalam upaya melestarikan budaya lokal di tengah derasnya arus digitalisasi, kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di Yayasan Pakem Maddhu pada Jumat (13/9/2024) membahas pentingnya integrasi teknologi, khususnya kecerdasan buatan (AI), dalam proses pengajaran sastra Madura. Acara yang dihadiri oleh praktisi pendidikan dan anggota komunitas Pakem Maddhu ini mengangkat tema "Pelestarian Sastra Madura di Era Digital melalui Teknologi AI".
Diskusi dimulai dengan pemaparan narasumber mengenai urgensi melestarikan budaya lokal di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Narasumber menekankan bahwa AI dapat menjadi alat yang kuat dalam mendukung pengajaran, namun terdapat tantangan signifikan dalam implementasinya di kelas. Para guru mengungkapkan bahwa pengajaran sastra Madura saat ini dihadapkan pada berbagai hambatan, seperti keterbatasan media pengajaran, rendahnya minat siswa terhadap pelajaran sastra, serta keterbatasan sumber daya untuk menciptakan pembelajaran yang interaktif.
Selama diskusi, para peserta yang berasal dari kalangan praktisi pendidikan mengemukakan sejumlah tantangan spesifik yang dihadapi di lapangan. Banyak guru yang merasa kesulitan mengakses perangkat digital dan aplikasi berbasis AI yang dapat membantu menciptakan media pembelajaran yang inovatif. Mereka juga menyebutkan bahwa keterampilan teknologi yang dibutuhkan untuk menggunakan AI cukup tinggi, sementara sebagian besar guru di daerah masih kurang berpengalaman dalam bidang tersebut.
Meski demikian, para peserta juga mengakui potensi besar AI dalam menyederhanakan berbagai aspek pengajaran. Penggunaan AI dianggap dapat membantu dalam pembuatan soal, penyusunan materi ajar, hingga penciptaan simulasi interaktif yang membuat siswa lebih tertarik mempelajari sastra Madura. Contohnya, aplikasi seperti ChatGPT dapat digunakan untuk menghasilkan konten sastra yang lebih bervariasi, menyesuaikan soal-soal dengan tingkat pemahaman siswa, serta memberikan narasi yang lebih menarik tentang cerita rakyat Madura.
Narasumber juga menyoroti beberapa aplikasi lain seperti Canva dan CapCut yang dapat membantu guru menciptakan media visual dan audiovisual yang kreatif serta mudah dipahami oleh siswa. Dengan pelatihan yang tepat, alat-alat ini bisa menjadi solusi praktis bagi para guru dalam memperluas metode penyampaian materi sastra dengan lebih dinamis dan interaktif.
Sebagai kesimpulan dari FGD, para peserta sepakat bahwa pelatihan yang akan dilaksanakan harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal, dengan fokus pada teknologi yang mudah diakses dan dipelajari. Selain itu, perlu ada dukungan teknis berkelanjutan untuk para guru setelah pelatihan selesai. Beberapa peserta juga menyarankan agar pelatihan dilengkapi dengan modul pembelajaran mandiri yang memungkinkan guru terus mengembangkan keterampilan mereka dalam menggunakan AI.
Para peserta juga menekankan pentingnya melibatkan komunitas lokal dalam pengembangan media pembelajaran sastra, agar materi yang disampaikan lebih relevan dengan budaya Madura dan mendukung pelestarian nilai-nilai budaya lokal. Hasil dari FGD ini akan dijadikan acuan utama dalam penyusunan kurikulum pelatihan yang lebih kontekstual dan terarah, baik dari segi teknologi maupun materi sastra.
Dengan adanya kesepakatan tersebut, tim penyusun proposal pelatihan akan menyesuaikan pendekatan pelatihan untuk memenuhi kebutuhan guru-guru di Kabupaten Pamekasan. Harapannya, pelatihan ini tidak hanya menjadi transfer teknologi, tetapi juga langkah nyata dalam memberdayakan para guru lokal serta memperkuat pendidikan berbasis budaya di Pamekasan.