ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM: Kamis malam mestinya, adalah kerinduan melihat getaran gelombang mengalun shalawat, dzikir juga doa-doa di sebuah rumah besar yang dulu saya sangka garasi mobil - mobil mewah. Rumah itu, baru 2 kali kulihat dalamnya, rumah Abah Anton, memang mewah dengan segala rupa hiasan cinta. Pada Rabb, pada utusannya, pada warasatul anbiya', juga pada pemilik, Abah Anton.
Tadi malam, 23 kamis saya absen, perjalanan luar kota membuat saya tidak bisa hadir. Maklum, saya hanya sopir, harus taat majikan. Meski begitu kerinduan menyaksikan gelegar lantunan indah tak terbendung. Medsos, kabar kawan menjadi pelampiasan penglihatan. Masih seperti itu, cinta mengalun berusaha menembus langit, untuk umat, untuk sosok kecintaan mayoritas para pemilik rahim, untuk Abah Anton memimpin kembali kota Malang.
Membuat saya mengintip lagi catatan kamis 7 hari lalu. Saat coretan yang saya maksudkan sebagai rangkuman peristiwa dituding koyo cerpen oleh Gus Muhaimin. Iya, saya baca lagi ternyata demikian. Ada perasaan indah ketika menuliskan, getar yang ingin saya bagikan, dahulu. Agar tak tercecer rasayanya sayang saja bila terbuang, siapa tahu ada yang ingin tahu, siapa tahu ada yang memiliki perasaan sama dengan saya.
Kamis malam itu, melantun, doa-doa dan dzikir indah menggetarkan siapa saja yang terlibat dalam jamaah cinta. Tahlil, istighosah, sholawat hingga hizib terangkai dalam alunan puja puji pada Rasulullah Saw dan sang khalik Allah SWT di rumah Abah Anton Tlogomas Malang, 17/10/2023.
Dikumandangkan mayoritas para wanita, dengan rentang usia bervariasi dan aneka profesi, majelis cinta umat makin syahdu tatkala sampai pada doa. Khusyuk, tunduk, menyingkirkan segala gaduh.
" Ya Allah Abah Anton Dadosaken Walikota Malang Ingkang Sae, Ya Allah Kun fayakun."
Lalu mengalun lantunan indah, dari mulut para emak, dari bibir ribuan hadirin para lelaki dewasa juga, pecinta majelis cinta umat milik Abah Anton, serentak, Indah membelai telinga, menggetarkan dada.
"Sholallohu ala Muhammad, shalallahu alaihi wasallam."
Selanjutnya hadir sosok yang disebutkan, Abah Anton. Datang gagah melewati jamaah, bersamanya Ustadz Ardi, sosok yang akan memberi tausiyah ceramah pada para jamaah.
Senyap sejenak, Abah Anton memecahkan hening, menyampaikan sambutan.
"Waktu kita tinggal 1 bulan setengah. Di waktu satu bulan setengah ini banyak sekali fitnah dilakukan lawan politik kita. Mereka mencoba mengungkap masalah yang sudah selesai," ucap Abah Anton dari atas panggung sembari tetap duduk sama rendah di antara para ulama dan yang hadir.
Sebuah ironi untuk Abah Anton, yang telah lama dikenal karena kontribusinya kepada masyarakat Malang, berhadapan dengan berbagai fitnah dan tuduhan.
Abah Anton sendiri dalam Pilkada tahun tahun sebelumnya hingga saat ini tidak pernah terlibat dalam politik kotor. Sebaliknya, ia terus menunjukkan sikap sabar dan santun meski difitnah.
"Abah Anton dipanggil polisi padahal tidak. Saya tetap berusaha supaya Malang kondusif, Abah Anton tidak pernah menjelekkan. Tapi mereka terus seperti itu. Mereka tidak bisa seperti kita, yang mempunyai majelis. Ini harus menjadi pertimbangan kita bersama. Kita harus netral, tetap sopan," ucapnya.
"Mereka menuduh keterlibatan saya ikut pilihan walikota bahkan hanya sebagai sponsor. Saya ini tidak mencari bayaran. Lima tahun saya telah pernah berjuang sebagai walikota Malang. Semua gaji untuk dhuafa, fakir miskin, dan yatim tanpa menerima sepeser pun. Saya hanya ingin ibadah," tegas Abah Anton di hadapan para jamaah.
Survei-survei yang terus menempatkan Abah Anton di posisi tinggi semakin membuat lawan politiknya geram. Mereka berusaha menyerang dengan berbagai cara, tetapi dukungan masyarakat kepada Abah Anton tidak tergoyahkan.
Ia juga mengajak seluruh pendukungnya untuk tetap setia hingga hari pemilihan dan tidak terpengaruh oleh fitnah yang disebarkan.
"Jadi kalau sekarang sampean mendengarkan Abah Anton belum bersih, itu Preeet. Kurang satu bulan setengah, ini nanti massive, dibalik fitnah, Allah meninggikan derajat," kata Abah Anton.
Dalam pidatonya, Abah Anton juga mengingatkan jamaah untuk cerdas dalam memilih pemimpin.
"Abah Anton kepinginnya damai, Malang kondusif. Sampean seng cerdas, golek seng pemimpin seng kenal, jelas, Loman,"
"Contone nomor telu. Nyoblos bathuk e Abah," celetuk salah satu jamaah wanita di depan panggung lantang, sontak mendapat tepuk tangan.
"Abah Anton berkopya hitam, coblos yang berkopyah. Sampekno Nang anak e, ojok sampek tgl 27 ninggal TPS," tutur Abah Anton.
Menurut Gus Ardi, pengasuh pesantren Hidayatul Mubtadi in, fitnah ini justru menjadi bahan pembelajaran bagi para pendukung Abah Anton.
“Mereka boleh menghujat, tapi kita harus tetap fokus dan tidak tergoyahkan,” pesannya kepada jamaah.
Di penghujung acara, Gus Ardi memberikan pesan yang mendalam kepada para jamaah.
"Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu," katanya, mengutip pepatah yang mengajak untuk tetap tenang di tengah badai fitnah. Ia juga mengingatkan para jamaah bahwa Abah Anton adalah sosok pemimpin adil yang peduli pada kesejahteraan rakyat kecil, termasuk para guru ngaji dan marbot masjid yang kini mendapat insentif dari APBD berkat kepemimpinannya.
Bagi salah satu jamaah wanita mengaku bernama Nur Dhuhati, pensiunan Kankemenag kota Malang fitnah dan hal hal jelek yang menyudutkan Abah Anton tidak menggoyahkan keyakinan untuk tetap memilih Abah Anton.
"Bertahun tahun saya ikut pengajian ini, sejak saya bekerja malah. Datang bersama rombongan tahunya Abah Anton itu orang baik, panutan, pemimpin idaman. Saya juga kawan-kawan pasti memilih Abah Anton," ujarnya mantap, usai mengikuti acara menuju persiapan pulang. ANS