ads H Makhrus

 

Pasang iklan disini

 


Sinergi NU,Aswaja,dan NKRI:Menjaga Kebangsaan,Membangun Peradaban

24 September 2024 | 19.44 WIB Last Updated 2024-09-24T15:53:18Z



NU dan Aswaja:Menjaga NKRI dengan Semangat Kebangsaan yang Kuat 

ARTIKEL | JATIMSATUNEWS.COM

Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi keagamaan terbesar di Indonesia yang memiliki ikatan erat dengan Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ketiga unsur ini tidak hanya saling mendukung, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam menjaga kedaulatan bangsa, melestarikan ajaran Islam moderat, dan membangun peradaban Indonesia yang beradab dan inklusif. Sejak berdirinya, NU selalu berada di garis depan dalam mempertahankan nilai-nilai kebangsaan yang sejalan dengan ajaran Aswaja.

NU dan Aswaja: Landasan Teologi Moderat

Aswaja, sebagai paham keagamaan yang dianut NU, merupakan representasi dari ajaran Islam yang moderat, seimbang, dan inklusif. Aswaja berlandaskan pada ajaran akidah Asy'ariyah dan Maturidiyah, serta mengikuti salah satu dari empat mazhab fikih utama (Syafi'i, Maliki, Hanbali, dan Hanafi). Dalam praktiknya, Aswaja menekankan empat nilai utama: Al-Tawazun (keseimbangan), Al-Tawassuth (moderat),Al-Tasamuh (toleransi), dan Al-I'tidal (keadilan).

Sebagai metodologi pemikiran (manhaj al-fikr), Aswaja tidak hanya berperan dalam menjaga kesucian ajaran Islam, tetapi juga menjadikannya kontekstual dan relevan dengan dinamika sosial-kemanusiaan. Aswaja yang dianut NU tidak mengisolasi diri dalam ranah teologis semata, tetapi aktif berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik dan kultural di Indonesia.

NU dan NKRI: Komitmen Kebangsaan yang Kuat

Hubungan antara NU dan NKRI sangat mendalam dan historis. NU memiliki peran penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, terutama melalui "Resolusi Jihad " yang dikeluarkan pada 22 Oktober 1945 oleh Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asy’ari. Resolusi ini menggerakkan umat Islam, khususnya para santri dan warga nahdliyin, untuk berjuang mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari ancaman penjajah. Peristiwa ini menjadi salah satu momen penting dalam mempertahankan kedaulatan bangsa, terutama saat pertempuran heroik di Surabaya pada 10 November 1945.

Dalam Muktamar NU tahun 1935, para ulama NU telah menetapkan bahwa Nusantara adalah Darul Islam (wilayah Islam) yang sah secara syariah. Pada saat proklamasi kemerdekaan, NU menyatakan bahwa NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 adalah bentuk negara yang sah dalam fiqh. Dengan demikian, NU mengakui NKRI sebagai final dan harus dijaga serta dilestarikan oleh setiap warga negara, khususnya warga NU.

Komitmen NU terhadap NKRI tercermin dalam semboyan “NKRI Harga Mati”, yang sering didengungkan dalam setiap acara dan kaderisasi NU. Bagi NU, mempertahankan negara tidak hanya menjadi tugas pemerintah atau militer, tetapi juga merupakan kewajiban agama. NU memposisikan seluruh warganya sebagai "aparatur ideologi negara," di mana Aswaja dianalogikan sebagai "software" yang menjaga keseimbangan dan keutuhan NKRI.

Aswaja dan Negara: Ajaran yang Fungsional dan Kontekstual 

Ajaran Aswaja yang dipegang teguh oleh NU bukanlah ajaran teologi yang kaku, tetapi merupakan panduan yang mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan kebutuhan sosial. Aswaja an-nahdliyah, sebagai manhaj al-fikr, memiliki kemampuan untuk berdialog dengan realitas sosial tanpa meninggalkan esensi ajaran Islam. Ini terbukti dalam sejarah panjang bangsa Indonesia, di mana NU selalu memberikan solusi atas kebuntuan-kebuntuan sejarah dan menjadi penopang utama dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Sebagai contoh, ketika bangsa ini dihadapkan pada ancaman kembalinya penjajah setelah proklamasi kemerdekaan, NU memberikan landasan teologis melalui Resolusi Jihad, yang tidak hanya menjadi motivasi perlawanan, tetapi juga memperkuat legitimasi keberadaan NKRI sebagai negara yang sah menurut hukum Islam. Dengan demikian, NU dan Aswaja telah membuktikan bahwa ajaran agama yang dijalankan dengan moderat dan inklusif mampu menjadi benteng yang kokoh bagi keutuhan negara.

Peran NU Dalam Membangun Peradaban 

Menuju usianya yang hampir satu abad, NU terus memainkan peran penting dalam pembangunan peradaban bangsa. Dalam Harlah ke-96 NU pada 31 Januari 2022, NU menegaskan komitmennya untuk “Merawat Jagat, Membangun Peradaban”. Puncak peringatan ini digelar pada 7 Februari 2023 di Gelora Delta, Jawa Timur, yang dihadiri jutaan warga nahdliyin. Tema ini mencerminkan visi NU untuk tidak hanya menjaga keutuhan bangsa, tetapi juga aktif dalam membangun masyarakat yang lebih maju dan beradab.

Pembangunan peradaban yang dimaksud NU mencakup berbagai dimensi kehidupan: agama, sosial, budaya, politik, pendidikan, ekonomi, hingga pertahanan dan keamanan. NU melihat bahwa kemajuan bangsa tidak hanya diukur dari aspek fisik, seperti pembangunan infrastruktur, tetapi juga dalam hal non-fisik, seperti nilai-nilai budaya, pendidikan yang berkualitas, dan penghargaan terhadap kearifan lokal. NU berperan aktif dalam menjaga kesusilaan masyarakat, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mempromosikan semangat persatuan dan kesatuan.

"Kesimpulan"

Nahdlatul Ulama, dengan berlandaskan pada ajaran Aswaja, telah membuktikan dirinya sebagai pilar penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Melalui komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebangsaan dan teologi yang moderat, NU berperan tidak hanya sebagai organisasi keagamaan, tetapi juga sebagai kekuatan kultural yang membangun peradaban bangsa. Kontribusi NU dalam menjaga NKRI dan membangun peradaban Indonesia tidak diragukan lagi akan terus berlanjut, seiring dengan peran aktifnya dalam berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan budaya. 

Dengan demikian, hubungan erat antara NU, Aswaja, dan NKRI adalah wujud dari sinergi antara agama, kebangsaan, dan kemanusiaan, yang menjadi landasan kokoh bagi masa depan Indonesia yang lebih baik.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sinergi NU,Aswaja,dan NKRI:Menjaga Kebangsaan,Membangun Peradaban

Trending Now